Jumat, 27 Mei 2016


Yesus bangkit atau dibangkitkan?: Mengenal kuasa kebangkitan Kristus
Oleh : Yason Resyiworo Hyangputra

Yesus bangkit atau tidak?dan kalau Yesus bangkit maka apakah Yesus bangkit (membangkitkan diriNya sendiri) atau dibangkitkan?Pertanyaan-pertanyaan kritis semacam ini paling tidak pernah mengusik benak seseorang, baik umat Kristen atau non-Kristen. Pertanyaan ini bukan hanya milik mereka yang berkecimpung pada ranah teologis, tetapi juga milik mereka yang merupakan jemaat awam, bukan hanya pertanyaan yang digumuli para Pendeta tetapi juga Jemaat. Artikel ini akan mencoba membahas mengenai apakah Yesus bangkit atau dibangkitkan dalam rangka mengenal kuasa Kristus.
Posisi teologis dan iman penulis pada makalah ini jelas, bahwa Yesus bangkit, oleh karena itu pertanyaan pertama pada kalimat pembuka tidak kita kupas lebih dalam tetapi justru menjadi titik berangkat kita dalam pembahasan artikel ini. Yesus bangkit, apakah Ia bangkit atau dibangkitkan?Menurut penulis, jawabannya justru terletak pada pemahaman kita mengenai doktrin Trinitas.

Trinitas
Allah Trinitas adalah Allah Bapa, Putra, dan Roh kudus. Mengenai hubungan di antara ketiganya (Bapa, Putra dan Roh Kudus) saya mencoba untuk membahasakan hubungan mereka seperti pandangan para Bapa gereja yang dijuluki “Bapa Kappadokia” yaitu “satu substansi (substance) dalam tiga person (hypostaseis)”. Sang Anak dan Roh Kudus, kedudukan mereka bukanlah subordinat dari sang Bapa. Ketiganya memiliki satu nature (Allah) namun dalam tiga persons yang berbeda. Konsep person disini bukan berarti tiga makhluk, bukan pula berarti terdapat tiga Allah, melainkan satu Allah tapi tiga karakteristik dan peran yang berbeda (cobalah memahaminya dalam konsep universalitas dan partikularitas).
Kita teringat kepada Allah Bapa, ketika kita melihat karakteristik dan perannya sebagai dasar, asal muasal, pencipta segala sesuatu. Kita teringat pada Sang Anak ketika kita melihat karakteristiknya dan perannya sebagai Juruselamat dalam karya penyelamatan Allah bagi manusia, Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Kita teringat pada Roh Kudus, ketika kita mengingat peran dan karakteristiknya sebagai penolong kita memahami karya penyelamatan Allah dalam Kristus, penolong dalam kehidupan, pemelihara kehidupan dan penghibur dalam kehidupan. Ketika kita mengingat Allah Bapa, secara otomatis kita melihat dan mengingat Sang Anak dan Roh Kudus. Ketika kita mengingat Sang Anak, kita mengingat Bapa dan Roh Kudus. Demikian pula ketika kita mengingat Roh Kudus kita mengingat Bapa dan Sang Anak. Ketiganya tak terpisahkan.

Yesus bangkit atau dibangkitkan?
                Yesus bangkit atau dibangkitkan?Kalau posisi teologis kita, posisi iman kita, berpijak pada iman yang menyatakan bahwa Yesus bangkit maka persoalan apakah bangkit atau dibangkitkan sebenarnya hanya membuat kita terjebak pada polarisasi atau dikotomi bahwa Yesus itu bangkit sendiri atau dibangkitkan oleh kuasa lain di luar dirinya. Kalau kita terjebak pada polarisasi atau dikotomi ini maka kita menjadi mengecilkan kuasa Yesus (bila kita hanya berpandangan bahwa Yesus dibangkitkan) dan juga melupakan doktrin Trinitas (bila kita hanya berpandangan bahwa Yesus membangkitkan dirinya sendiri), sebuah doktrin yang justru dipegang teguh umat Kristen sejak masa gereja perdana.
                Yesus membangkitkan diriNya sendiri?Ya! Jelas karena Ia adalah Tuhan dan memiliki kuasa untuk membangkitkan diriNYa sendiri. Pernyataan bahwa Yesus bangkit berkaitan dengan perananNya sebagai Anak Allah, dalam doktrin Trinitas. Yesus berkali-kali menegaskan bahwa Anak Manusia, akan menderita, mati dan kemudian akan bangkit (Markus 8:31, Markus 9:9, Markus 9:31, Lukas 24:7). Kuasa ini dijelaskan Yesus sendiri bahwa, tidak ada seorang pun yang mengambil nyawa Yesus melainkan Yesus memberikannya menurut kehendakNya sendiri. Ia berkuasa memberikan dan mengambilnya kembali, itulah tugas yang diberikan Bapa kepadaNya (Yohanes 10:17-18).
                Yesus dibangkitkan?Ya! Hal ini banyak kita jumpai dalam pembahasan di Alkitab (Matius 16:21, Matius 17:9, Lukas 9:22, Kisah Para Rasul 2:32). Lalu siapa yang membangkitkannya? Allah Bapa (Kisah Para Rasul 4:10, 10:40, 13:37). Frase “Allah membangkitkan” atau “Kristus dibangkitkan”, ingin menunjukkan kuasa Allah Bapa dalam kaitan sebuah karya penyelamatan. Lalu apa peran Roh Kudus?Roh Kudus, dalam karya penyelamatan, berperan penting dalam memberikan pencerahan, menyingkapkan rahasia misteri ilahi ini, kepada manusia untuk dapat mengerti makna karya penyelamatan yang dilakukan dalam sinergi Allah Trinitas. Dalam pada itu, hal ini menunjukkan bahwa dalam karya penyelamatan justru ada sinergi diantara ketiga persons yang terkandung di dalam Trinitas.
                Maka kesimpulan saya berdasarkan penelusuran kita di dalam Alkitab dan tradisi gereja (Trinitas) adalah bahwa Yesus bangkit dan dibangkitkan! “Kristus dibangkitkan” atau pun “Kristus bangkit”, keduanya adalah benar kalau kita memahaminya dalam kerangka berpikir Allah Trinitas. Keduanya benar, karena menunjukkan dan menekankan peran pribadi ilahi yang berbeda.

Implikasinya dan kuasa kebangkitan Kristus
                Setelah analisa dan pembahasan kita di atas, maka kita mengerti sekarang bahwa kedua pernyataan, “Yesus dibangkitkan” maupun “Kristus bangkit”, tidak lagi perlu dan penting untuk diperdebatkan dan dipertentangkan karena keduanya benar dan menunjukkan peran pribadi ilahi yang berbeda. Ortodoksi atau ajaran yang lurus dan benar memang penting, maka itu saya berusaha, dalam tulisan ini untuk menggali ortodoksi tersebut dari Alkitab dan tradisi, doktrin gereja. Ortodoksi tersebut telah kita mengerti dan kita pahami bahwa Yesus bangkit dan dibangkitkan!
                Akan tetapi, kita jangan melupakan aspek ortopraksis atau perbuatan yang baik, benar, tepat dan sesuai dengan ortodoksi yang kita terima. Setelah kita mengerti ortodoksi maka hal kemudian yang tidak kalah penting adalah apa implikasinya dalam perbuatan kita? Hal yang perlu saya tekankan di sini adalah kebangkitan Kristus (baik itu Yesus dibangkitkan dan Yesus bangkit, karena keduanya adalah benar) menginspirasi, menggerakkan para murid untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus!

Kuasa kebangkitan Kristus telah menggerakkan para murid untuk bergerak mewartakan kabar bahagia tersebut ke seluruh dunia. Justru di sinilah letak kuasa kebangkitan Kristus itu karena mampu mengubah kesedihan para murid akibat matinya Yesus menjadi bahagia dan sukacita karena bangkitnya Kristus. Pada konteks kita saat ini, mari kita mengalami kuasa kebangkitan Kristus dan menjadi saksi kebangkitan Kristus, menjadi garam dan terang di sekitar kita, melalui panggilan kita masing-masing, di mana pun kita ditempatkan! Selamat Paskah, Kristus telah bangkit! Haleluya! (YRH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar