Yesus bangkit atau dibangkitkan?: Mengenal kuasa
kebangkitan Kristus
Oleh : Yason Resyiworo
Hyangputra
Yesus bangkit atau tidak?dan kalau
Yesus bangkit maka apakah Yesus bangkit (membangkitkan diriNya sendiri) atau
dibangkitkan?Pertanyaan-pertanyaan kritis semacam ini paling tidak pernah
mengusik benak seseorang, baik umat Kristen atau non-Kristen. Pertanyaan ini
bukan hanya milik mereka yang berkecimpung pada ranah teologis, tetapi juga
milik mereka yang merupakan jemaat awam, bukan hanya pertanyaan yang digumuli
para Pendeta tetapi juga Jemaat. Artikel ini akan mencoba membahas mengenai
apakah Yesus bangkit atau dibangkitkan dalam rangka mengenal kuasa Kristus.
Posisi teologis dan iman penulis pada
makalah ini jelas, bahwa Yesus bangkit, oleh karena itu pertanyaan pertama pada
kalimat pembuka tidak kita kupas lebih dalam tetapi justru menjadi titik berangkat
kita dalam pembahasan artikel ini. Yesus bangkit, apakah Ia bangkit atau
dibangkitkan?Menurut penulis, jawabannya justru terletak pada pemahaman kita mengenai
doktrin Trinitas.
Trinitas
Allah Trinitas adalah Allah Bapa,
Putra, dan Roh kudus. Mengenai hubungan di antara ketiganya (Bapa, Putra dan
Roh Kudus) saya mencoba untuk membahasakan hubungan mereka seperti pandangan
para Bapa gereja yang dijuluki “Bapa Kappadokia” yaitu “satu substansi (substance) dalam tiga person (hypostaseis)”. Sang Anak dan Roh Kudus,
kedudukan mereka bukanlah subordinat dari sang Bapa. Ketiganya memiliki satu nature (Allah) namun dalam tiga persons yang berbeda. Konsep person disini bukan berarti tiga
makhluk, bukan pula berarti terdapat tiga Allah, melainkan satu Allah tapi tiga
karakteristik dan peran yang berbeda (cobalah memahaminya dalam konsep
universalitas dan partikularitas).
Kita teringat kepada Allah Bapa, ketika
kita melihat karakteristik dan perannya sebagai dasar, asal muasal, pencipta
segala sesuatu. Kita teringat pada Sang Anak ketika kita melihat
karakteristiknya dan perannya sebagai Juruselamat dalam karya penyelamatan
Allah bagi manusia, Allah yang berinkarnasi menjadi manusia. Kita teringat pada
Roh Kudus, ketika kita mengingat peran dan karakteristiknya sebagai penolong
kita memahami karya penyelamatan Allah dalam Kristus, penolong dalam kehidupan,
pemelihara kehidupan dan penghibur dalam kehidupan. Ketika kita mengingat Allah
Bapa, secara otomatis kita melihat dan mengingat Sang Anak dan Roh Kudus.
Ketika kita mengingat Sang Anak, kita mengingat Bapa dan Roh Kudus. Demikian
pula ketika kita mengingat Roh Kudus kita mengingat Bapa dan Sang Anak.
Ketiganya tak terpisahkan.
Yesus bangkit atau
dibangkitkan?
Yesus bangkit atau
dibangkitkan?Kalau posisi teologis kita, posisi iman kita, berpijak pada iman
yang menyatakan bahwa Yesus bangkit maka persoalan apakah bangkit atau
dibangkitkan sebenarnya hanya membuat kita terjebak pada polarisasi atau
dikotomi bahwa Yesus itu bangkit sendiri atau dibangkitkan oleh kuasa lain di
luar dirinya. Kalau kita terjebak pada polarisasi atau dikotomi ini maka kita
menjadi mengecilkan kuasa Yesus (bila kita hanya berpandangan bahwa Yesus
dibangkitkan) dan juga melupakan doktrin Trinitas (bila kita hanya berpandangan
bahwa Yesus membangkitkan dirinya sendiri), sebuah doktrin yang justru dipegang
teguh umat Kristen sejak masa gereja perdana.
Yesus membangkitkan diriNya sendiri?Ya! Jelas karena Ia adalah
Tuhan dan memiliki kuasa untuk membangkitkan diriNYa sendiri. Pernyataan bahwa
Yesus bangkit berkaitan dengan perananNya sebagai Anak Allah, dalam doktrin
Trinitas. Yesus berkali-kali menegaskan bahwa Anak Manusia, akan menderita,
mati dan kemudian akan bangkit (Markus 8:31, Markus 9:9, Markus 9:31, Lukas
24:7). Kuasa ini dijelaskan Yesus sendiri bahwa, tidak ada seorang pun yang
mengambil nyawa Yesus melainkan Yesus memberikannya menurut kehendakNya
sendiri. Ia berkuasa memberikan dan mengambilnya kembali, itulah tugas yang
diberikan Bapa kepadaNya (Yohanes 10:17-18).
Yesus dibangkitkan?Ya! Hal ini banyak kita jumpai dalam pembahasan
di Alkitab (Matius 16:21, Matius 17:9, Lukas 9:22, Kisah Para Rasul 2:32). Lalu
siapa yang membangkitkannya? Allah Bapa (Kisah Para Rasul 4:10, 10:40, 13:37).
Frase “Allah membangkitkan” atau “Kristus dibangkitkan”, ingin menunjukkan
kuasa Allah Bapa dalam kaitan sebuah karya penyelamatan. Lalu apa peran Roh
Kudus?Roh Kudus, dalam karya penyelamatan, berperan penting dalam memberikan
pencerahan, menyingkapkan rahasia misteri ilahi ini, kepada manusia untuk dapat
mengerti makna karya penyelamatan yang dilakukan dalam sinergi Allah Trinitas.
Dalam pada itu, hal ini menunjukkan bahwa dalam karya penyelamatan justru ada
sinergi diantara ketiga persons yang
terkandung di dalam Trinitas.
Maka kesimpulan saya berdasarkan
penelusuran kita di dalam Alkitab dan tradisi gereja (Trinitas) adalah bahwa Yesus bangkit dan dibangkitkan! “Kristus
dibangkitkan” atau pun “Kristus bangkit”, keduanya adalah benar kalau kita
memahaminya dalam kerangka berpikir Allah Trinitas. Keduanya benar, karena
menunjukkan dan menekankan peran pribadi ilahi yang berbeda.
Implikasinya dan kuasa
kebangkitan Kristus
Setelah analisa dan pembahasan
kita di atas, maka kita mengerti sekarang bahwa kedua pernyataan, “Yesus
dibangkitkan” maupun “Kristus bangkit”, tidak lagi perlu dan penting untuk
diperdebatkan dan dipertentangkan karena keduanya benar dan menunjukkan peran
pribadi ilahi yang berbeda. Ortodoksi atau ajaran yang lurus dan benar memang
penting, maka itu saya berusaha, dalam tulisan ini untuk menggali ortodoksi
tersebut dari Alkitab dan tradisi, doktrin gereja. Ortodoksi tersebut telah
kita mengerti dan kita pahami bahwa Yesus
bangkit dan dibangkitkan!
Akan tetapi, kita jangan
melupakan aspek ortopraksis atau perbuatan yang baik, benar, tepat dan sesuai
dengan ortodoksi yang kita terima. Setelah kita mengerti ortodoksi maka hal
kemudian yang tidak kalah penting adalah apa implikasinya dalam perbuatan kita?
Hal yang perlu saya tekankan di sini adalah kebangkitan Kristus (baik itu Yesus dibangkitkan dan Yesus bangkit,
karena keduanya adalah benar) menginspirasi, menggerakkan para murid untuk
menjadi saksi kebangkitan Kristus!
Kuasa kebangkitan Kristus telah
menggerakkan para murid untuk bergerak mewartakan kabar bahagia tersebut ke
seluruh dunia. Justru di sinilah letak kuasa kebangkitan Kristus itu karena
mampu mengubah kesedihan para murid akibat matinya Yesus menjadi bahagia dan
sukacita karena bangkitnya Kristus. Pada konteks kita saat ini, mari kita mengalami
kuasa kebangkitan Kristus dan menjadi saksi kebangkitan Kristus, menjadi garam
dan terang di sekitar kita, melalui panggilan kita masing-masing, di mana pun
kita ditempatkan! Selamat Paskah, Kristus telah bangkit! Haleluya! (YRH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar