PENDALAMAN ALKITAB
MEMPERTUHANKAN KRISTUS
Oleh : Yason Resyiworo
Hyangputra
Ayat
Alkitab : Lukas 9:57-62
Observasi
Sebagai umat Kristen
kita adalah anggota gereja. Menjadi anggota gereja tidak sama dengan menjadi
anggota perkumpulan olahraga, politik, arisan dan perkumpulan-perkumpulan
lainnya. Menjadi anggota perkumpulan duniawi mungkin cukup dengan membayar
sejumlah uang sebagai tanda keikutsertaan kita dalam perkumpulan tersebut.
Sebagai anggota gereja selain persembahan
materi (persembahan bulanan, mingguan) kita dituntut untuk mempersembahkan
kehidupan kita. Menjadi pengikut Kristus berarti harus siap dengan segala
konsekuensinya dalam mengikut Tuhan kita, Yesus Kristus. Menjadi pengikut
Kristus memiliki konsekuensi tersendiri. Apa saja konsekuensi itu?Dapat kita
lihat dalam perikop “Hal Mengikut Yesus” dalam Lukas 9:57-62.
Yesus berkata kepada
orang pertama (Luk 9:58) bahwa konsekuensi mengikut Kristus adalah bahkan Yesus
sendiri tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Serigala mempunyai
liang, burung mempunyai sarang sementara Yesus tidak memiliki tempat untuk
meletakkan kepala-Nya. Liang dan sarang adalah tempat tinggal, tempat
berlindung milik serigala dan burung, juga hewan-hewan liar lainnya. Kita dapat
melihat sebuah kenyataan yang cukup bertolak belakang karena hewan liar
memiliki tempat tinggal, sementara Yesus tidak. Ini bukan berarti umat Kristen
tidak boleh memiliki rumah. Tentu bukan itu maksudnya. Kita tetap berhak
memiliki kecukupan sandang, pangan dan papan. Namun Yesus ingin menekankan
bahwa umat Kristen tidak boleh bergantung sepenuhnya kepada hal-hal duniawi.
Ketika kita tertuju pada hal-hal yang duniawi seperti sandang, pangan, papan (bahkan
gadget sebagai tema besar Tabernakel kali ini) maka perhatian kita teralihkan
dari tujuan hidup sesungguhnya yaitu memuliakan Allah ataupun memperTuhankan
Kristus.
Yesus berkata pula
kepada orang yang kedua (Luk 9:60) “Biarlah orang mati menguburkan orang mati,
tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana”. Bagi
sebagian orang perkataan ini terdengar kejam. Orang kedua seakan dilarang oleh
Yesus untuk menguburkan ayahnya. Namun demikian kita dapat menafsirkannya bahwa
orang ini hanya sekedar menunda ajakan Yesus untuk mengikut Dia (ayat 59).
Konsekuensi yang kedua dalam mengikut Yesus adalah bahwa kita tidak boleh
menunda-nunda. Kita tidak boleh kehilangan momen-momen berharga dalam kehidupan
kita yang seharusnya dapat kita maknai dengan rasa syukur kepada Allah hanya
karena kita menundanya karena perhatian kita teralihkan oleh perkara duniawi
lainnya. Misalnya, alih-alih kita beribadah dan mendengarkan Firman Tuhan dalam
khotbah Pendeta saat kebaktian minggu, kita malah teralihkan oleh dering ponsel
kita dan asyik keluar masuk ruang ibadah karena menerima telepon penting
terkait pekerjaan. Ketika ini terjadi maka kita kehilangan momen penting yaitu
suasana khidmat ketika bertemu Allah karena kita teralihkan oleh pekerjaan
kita. Padahal pekerjaan kita telah menyita waktu kita yang berharga dari hari
senin-sabtu, dan bahkan kurang karena hari minggu, hari sabat, kita pakai untuk
bekerja juga. Bila itu terjadi, lagi-lagi kita tidak menempatkan Allah dalam
posisinya sebagai pemilik kehidupan kita, karena kita menunda waktu untuk
bertemu denganNya dalam sebuah waktu khusus yang khidmat. Itulah sebabnya lebih
baik ketika dalam waktu ibadah kita menonaktifkan ponsel kita agar fokus pada
Allah selama ibadah. Jangan menunda-nunda waktu yang seharusnya menjadi milik
Allah.
Konsekuensi ketiga,
dalam Lukas 9: 62 Yesus mengatakan bahwa “Setiap orang yang siap untuk membajak
tapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”. Mungkin saat ini
kita sudah menjadi pengikut Kristus. Tetapi jika kita terus menoleh ke
belakang, mengingat masa lalu, maka kita tetap tidak layak untuk masuk Kerajaan
Allah. Makna sesungguhnya dari menoleh ke belakang adalah terus menerus
mengingat masa lalu kita, kesuksesan atau bahkan kegagalan di masa lalu kita.
Manusia yang seringkali mengingat-ingat masa lalunya adalah manusia yang egois
karena seakan dunia terpusat pada dirinya dan orang lain tidak mendapatkan
tempat dalam hati dan pikirannya. Seseorang yang sudah menjadi pengikut Kristus
tidak akan egois dan apatis dengan hanya terus menerus melihat kesuksesan diri
sendiri atau juga kegagalan diri sendiri namun senantiasa fokus kepada masa
kini dan masa depan dengan cara berbuat, menolong sesama dan aktif mengadakan
perubahan yang tentunya seturut firman Allah.
Penerapan
Pribadi
Sebagai bahan refleksi kita dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.
Apakah
sejauh ini dalam kita mengikut Kristus seringkali perhatian kita tidak fokus
kepada tujuan hidup kita sesungguhnya yaitu memuliakan Allah ataupun
memperTuhankan Kristus?Hal-hal apa yang menyebabkan perhatian kita teralihkan
(sandang, pangan, papan, atau hal-hal lain)?
2.
Apakah
dalam mengikut Kristus kita sering menunda-nunda waktu untuk bertemu Kristus
dalam ibadah kita, saat teduh pribadi kita?Hal-hal apa yang menyebabkan kita
sering menunda ibadah ataupun saat teduh kita?
3.
Apakah
dalam mengikut Kristus kita seringkali egois dan apatis, menengok ke masa lalu
kita, kesuksesan dan ambisi diri kita dan tidak memperhatikan sesama, tidak
fokus kepada masa kini dan terlebih masa depan (kedatangan Kristus)?Hal apa
yang menyebabkan kita sering egois dan apatis, menengok masa lalu dan tidak
memperhatikan sesama, masa kini dan masa depan?
Kalau kita sudah dapat mengevaluasi dan
merefleksikan pengalaman kita dalam mengikut Kristus maka kita harus membuat
langkah-langkah perbaikan dalam diri kita dengan meninggalkan kebiasaan lama
kita dan menjadi manusia baru dalam roh dan pikiran kita agar seturut dengan
kehendak Kristus.
Aplikasi
Kita dapat membuat proyek ketaatan
seperti:
-
Saat
teduh pribadi
-
Menonaktifkan
ponsel saat ibadah, ataupun saat kita bersaat teduh
-
Memprioritaskan
menyelesaikan tanggung jawab kepanitiaan atau pekerjaan ketimbang menundanya
untuk selfie saat pekerjaan tersebut
belum selesai.
-
Tidak
menunda-nunda pekerjaan kita, berbuat agar lebih baik, karena dalam bekerja
juga kita berjumpa dengan Allah.(Tentunya pada hari kerja, bukan hari sabat).
Mulailah dengan hal
yang terkecil karena setiap perubahan sekecil apapun jika perubahan itu ke arah
yang lebih baik akan membawa dampak positif dalam kehidupan rohani kita. Setiap
perubahan membutuhkan komitmen dan konsisten, harus berkesinambungan agar
menjadi kemuliaan bagi Allah
© YRH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar