Jumat, 27 Mei 2016


PENDALAMAN ALKITAB
MEMPERTUHANKAN KRISTUS
Oleh : Yason Resyiworo Hyangputra

Ayat Alkitab : Lukas 9:57-62

Observasi

Sebagai umat Kristen kita adalah anggota gereja. Menjadi anggota gereja tidak sama dengan menjadi anggota perkumpulan olahraga, politik, arisan dan perkumpulan-perkumpulan lainnya. Menjadi anggota perkumpulan duniawi mungkin cukup dengan membayar sejumlah uang sebagai tanda keikutsertaan kita dalam perkumpulan tersebut. Sebagai  anggota gereja selain persembahan materi (persembahan bulanan, mingguan) kita dituntut untuk mempersembahkan kehidupan kita. Menjadi pengikut Kristus berarti harus siap dengan segala konsekuensinya dalam mengikut Tuhan kita, Yesus Kristus. Menjadi pengikut Kristus memiliki konsekuensi tersendiri. Apa saja konsekuensi itu?Dapat kita lihat dalam perikop “Hal Mengikut Yesus” dalam Lukas 9:57-62.
Yesus berkata kepada orang pertama (Luk 9:58) bahwa konsekuensi mengikut Kristus adalah bahkan Yesus sendiri tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang sementara Yesus tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Liang dan sarang adalah tempat tinggal, tempat berlindung milik serigala dan burung, juga hewan-hewan liar lainnya. Kita dapat melihat sebuah kenyataan yang cukup bertolak belakang karena hewan liar memiliki tempat tinggal, sementara Yesus tidak. Ini bukan berarti umat Kristen tidak boleh memiliki rumah. Tentu bukan itu maksudnya. Kita tetap berhak memiliki kecukupan sandang, pangan dan papan. Namun Yesus ingin menekankan bahwa umat Kristen tidak boleh bergantung sepenuhnya kepada hal-hal duniawi. Ketika kita tertuju pada hal-hal yang duniawi seperti sandang, pangan, papan (bahkan gadget sebagai tema besar Tabernakel kali ini) maka perhatian kita teralihkan dari tujuan hidup sesungguhnya yaitu memuliakan Allah ataupun memperTuhankan Kristus.
Yesus berkata pula kepada orang yang kedua (Luk 9:60) “Biarlah orang mati menguburkan orang mati, tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana”. Bagi sebagian orang perkataan ini terdengar kejam. Orang kedua seakan dilarang oleh Yesus untuk menguburkan ayahnya. Namun demikian kita dapat menafsirkannya bahwa orang ini hanya sekedar menunda ajakan Yesus untuk mengikut Dia (ayat 59). Konsekuensi yang kedua dalam mengikut Yesus adalah bahwa kita tidak boleh menunda-nunda. Kita tidak boleh kehilangan momen-momen berharga dalam kehidupan kita yang seharusnya dapat kita maknai dengan rasa syukur kepada Allah hanya karena kita menundanya karena perhatian kita teralihkan oleh perkara duniawi lainnya. Misalnya, alih-alih kita beribadah dan mendengarkan Firman Tuhan dalam khotbah Pendeta saat kebaktian minggu, kita malah teralihkan oleh dering ponsel kita dan asyik keluar masuk ruang ibadah karena menerima telepon penting terkait pekerjaan. Ketika ini terjadi maka kita kehilangan momen penting yaitu suasana khidmat ketika bertemu Allah karena kita teralihkan oleh pekerjaan kita. Padahal pekerjaan kita telah menyita waktu kita yang berharga dari hari senin-sabtu, dan bahkan kurang karena hari minggu, hari sabat, kita pakai untuk bekerja juga. Bila itu terjadi, lagi-lagi kita tidak menempatkan Allah dalam posisinya sebagai pemilik kehidupan kita, karena kita menunda waktu untuk bertemu denganNya dalam sebuah waktu khusus yang khidmat. Itulah sebabnya lebih baik ketika dalam waktu ibadah kita menonaktifkan ponsel kita agar fokus pada Allah selama ibadah. Jangan menunda-nunda waktu yang seharusnya menjadi milik Allah.
Konsekuensi ketiga, dalam Lukas 9: 62 Yesus mengatakan bahwa “Setiap orang yang siap untuk membajak tapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah”. Mungkin saat ini kita sudah menjadi pengikut Kristus. Tetapi jika kita terus menoleh ke belakang, mengingat masa lalu, maka kita tetap tidak layak untuk masuk Kerajaan Allah. Makna sesungguhnya dari menoleh ke belakang adalah terus menerus mengingat masa lalu kita, kesuksesan atau bahkan kegagalan di masa lalu kita. Manusia yang seringkali mengingat-ingat masa lalunya adalah manusia yang egois karena seakan dunia terpusat pada dirinya dan orang lain tidak mendapatkan tempat dalam hati dan pikirannya. Seseorang yang sudah menjadi pengikut Kristus tidak akan egois dan apatis dengan hanya terus menerus melihat kesuksesan diri sendiri atau juga kegagalan diri sendiri namun senantiasa fokus kepada masa kini dan masa depan dengan cara berbuat, menolong sesama dan aktif mengadakan perubahan yang tentunya seturut firman Allah.
 

Penerapan Pribadi
Sebagai bahan refleksi kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
1.     Apakah sejauh ini dalam kita mengikut Kristus seringkali perhatian kita tidak fokus kepada tujuan hidup kita sesungguhnya yaitu memuliakan Allah ataupun memperTuhankan Kristus?Hal-hal apa yang menyebabkan perhatian kita teralihkan (sandang, pangan, papan, atau hal-hal lain)?
2.     Apakah dalam mengikut Kristus kita sering menunda-nunda waktu untuk bertemu Kristus dalam ibadah kita, saat teduh pribadi kita?Hal-hal apa yang menyebabkan kita sering menunda ibadah ataupun saat teduh kita?
3.     Apakah dalam mengikut Kristus kita seringkali egois dan apatis, menengok ke masa lalu kita, kesuksesan dan ambisi diri kita dan tidak memperhatikan sesama, tidak fokus kepada masa kini dan terlebih masa depan (kedatangan Kristus)?Hal apa yang menyebabkan kita sering egois dan apatis, menengok masa lalu dan tidak memperhatikan sesama, masa kini dan masa depan?

Kalau kita sudah dapat mengevaluasi dan merefleksikan pengalaman kita dalam mengikut Kristus maka kita harus membuat langkah-langkah perbaikan dalam diri kita dengan meninggalkan kebiasaan lama kita dan menjadi manusia baru dalam roh dan pikiran kita agar seturut dengan kehendak Kristus.

Aplikasi
Kita dapat membuat proyek ketaatan seperti:
-       Saat teduh pribadi
-       Menonaktifkan ponsel saat ibadah, ataupun saat kita bersaat teduh
-       Memprioritaskan menyelesaikan tanggung jawab kepanitiaan atau pekerjaan ketimbang menundanya untuk selfie saat pekerjaan tersebut belum selesai.
-       Tidak menunda-nunda pekerjaan kita, berbuat agar lebih baik, karena dalam bekerja juga kita berjumpa dengan Allah.(Tentunya pada hari kerja, bukan hari sabat).

Mulailah dengan hal yang terkecil karena setiap perubahan sekecil apapun jika perubahan itu ke arah yang lebih baik akan membawa dampak positif dalam kehidupan rohani kita. Setiap perubahan membutuhkan komitmen dan konsisten, harus berkesinambungan agar menjadi kemuliaan bagi Allah


© YRH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar