Jumat, 27 Mei 2016





MEMPERTUHANKAN GADGET
Oleh : Yason Resyiworo Hyangputra

Gadget, adalah  alat teknologi yang memiliki tujuan dan fungsi praktis yang dibuat lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya. Sebagai contoh ponsel diciptakan untuk menggantikan atau melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada pada telepon rumah. Laptop/notebook diciptakan untuk melengkapi atau menggantikan kelemahan-kelemahan yang ada pada komputer/PC.
Pada era modern ini gadget telah  menjadi sebuah kebutuhan manusia. Manusia menjadi tergantung sepenuhnya kepada teknologi. Padahal teknologi adalah alat untuk membantu manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh ketika bangun pagi, tanpa disadari, kita menjadi lebih peduli dengan ponsel kita. Secara refleks alih-alih berdoa pada Tuhan dan saat teduh kita malah cek status kita di medsos ataupun hal lainnya. Contoh lainnya, ketika saya berkumpul dengan teman-teman pada sebuah reuni, tanpa disadari ada saatnya ketika semua sibuk dengan ponsel masing-masing. Padahal acara reuni itu dibuat dengan tujuan untuk mendekatkan relasi kami karena telah lama dan jarang bertemu. Alih-alih mendekatkan yang jauh teknologi malah menjauhkan kami yang dekat.
Gadget pada hakikatnya adalah bagian dari kebudayaan manusia. Kebudayaan menurut KBBI adalah hasil kegiatan dan penciptaan manusia yang melibatkan akal budi manusia. Gadget diciptakan menggunakan akal budi manusia agar memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Penyalahgunaan gadget
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan berita adanya prostitusi online. Salahkah gadgetnya?Saya pikir tidak. Man behind the gun. Ketika melihat relasi antara manusia dengan teknologi (dalam hal ini gadget) saya menjadi teringat sebuah diskusi antara saya dengan rekan saya mengenai siapakah yang bersalah jika terjadi penyalahgunaan fungsi dari teknologi. Kami berdiskusi mengenai manfaat senjata api. Pada akhirnya kami berkesimpulan bahwa senjata api di tangan orang yang berwenang (militer) menyebabkan timbulnya keadilan dan perlindungan (dengan mengesampingkan ekses-ekses militer yang bisa juga melakukan penyalahgunaan senjata). Sementara senjata api di tangan penjahat maka akan menimbulkan bahaya dan ketidakadilan.
Maka gadget tidak bisa dipersalahkan, ketika terjadi penyalahgunaan fungsi dalam penggunaan gadget. Manusia lah yang jelas-jelas dengan sengaja menyalahgunakan gadget. Ponsel yang fungsinya adalah baik, yaitu sebagai sarana komunikasi malah menjadi sarana untuk mempermudah prostitusi dengan cara online.

Etika Kristen mengenai barang menurut Augustinus
Selain penyalahgunaan gadget, hal yang tidak kurang harus dibahas adalah kecenderungan beberapa orang untuk gonta-ganti gadget. Hal ini seperti trend, ketika muncul teknologi yang lebih canggih, maka seseorang cenderung  untuk mengganti gadgetnya yang lama dengan yang baru yang lebih canggih.
Hal ini bila ditinjau lebih jauh akibat pengaruh dari pengaruh materialisme dan konsumerisme. Tujuan hidup dan orientasi hidup dari manusia yang berpandangan demikian telah teralihkan dari tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan berada dalam cinta kasih Allah. Terhadap hal-hal yang demikian Augustinus Bapa Gereja pernah mengatakan bahwa pemuasan segala kebutuhan akan harta benda tidak akan pernah membuat manusia dapat mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia justru berada dalam Allah sendiri, maka kita harus mengarahkan cinta kita, cinta sejati kita kepada Allah agar kita dapat menemukan pedoman bagi tindakan kita.
Namun demikian dalam kenyataannya, manusia sering kali jatuh ke dalam cinta diri karena kecenderungannya jatuh kepada salah dalam memilih barang-barang keperluan. Menurut Augustinus segala sesuatu hanya boleh kita pakai sejauh membantu kita mencapai tujuan kita diciptakan, yakni kebahagiaan dalam Allah yang kita nikmati hanya demi diri Allah sendiri. Augustinus tidak memandang remeh barang-barang material, ia melihat itu semua sebagai sarana yang dapat dan harus dipakai untuk membantu manusia mencapai tujuan akhir hidupnya.Bila kita menikmati barang-barang duniawi niscaya kita akan melenceng dari tujuan hidup kita yaitu memuliakan Allah (Tjahjadi 2004).

Mempertuhankan gadget
Sebagai umat Kristen, tentunya kita harus berbeda dengan agama lain dalam menyikapi pola hubungan kita dengan kebudayaan, dalam hal ini konteks kita adalah gadget. Kita tidak boleh tergantung pada gadget dan tidak boleh juga menutup mata dan sama sekali tidak menggunakan gadget.
Menurut J. Verkuyl, sikap umat Kristen adalah umat Kristen harus berpandangan bahwa Injil akan menguduskan kebudayaan, menyucikan kebudayaan dengan rahmat Allah. Hal ini bukan berarti bahwa kebudayaan kotor ataupun penuh dosa namun Injil dan kebudayaan bertransformasi (Verkuyl 1989).
Demikian pula Richard H. Niebuhr dalam pandangan kelimanya mengenai pola atau model hubungan gereja dengan budaya, dalam hal ini saya menggunakannya dalam konteks gadget. Pola ini yang merupakan terbaik dalam pandangan Niebuhr adalah bahwa Kristus pembaharu kebudayaan. Pandangan ini menyatakan bahwa  Kristus dengan umat Kristen harus membawa perubahan dan menjadi pembaharu dalam kebudayaan, mentransformasi, memberikan pemaknaan baru dalam kebudayaan. (Niebuhr 1995).
Umat Kristen harus bertransformasi dengan kebudayaan, dalam hal ini bertransformasi dengan gadget. Kita tidak boleh tergantung dengan gadget, malahan kita harus memanfaatkan gadget dalam konteks dan kerangka memuliakan Allah sebagai tujuan hidup.
Dengan cara apa?saya berusaha memberikan contoh, walaupun mungkin contoh ini tidak sempurna. Sekarang ini terdapat aplikasi Alkitab yang dapat kita gunakan di ponsel kita untuk memudahkan kita dalam membaca Alkitab. Tentu saja kita perlu dan tetap harus menggunakan Alkitab dalam bentuk buku, karena itu adalah kitab suci dan bukan ponsel suci, namun rasanya tidak salah untuk menggunakan aplikasi ini dengan wajar dan seperlunya.
Belakangan ini juga terdapat aplikasi saat teduh yang dapat kita pakai di ponsel kita. Tentunya ini memudahkan kita untuk dapat bersaat teduh dimana saja tanpa repot, terutama jika kita adalah orang yang bermobilitas tinggi sebagai tuntutan pekerjaan. Masih banyak contoh yang lain, mungkin saja contoh yang saya berikan tidak sempurna namun realitanya kita tidak boleh menutup mata pentingya penggunaan teknologi dalam kehidupan rohani kita.

Bagaimana kata Alkitab tentang teknologi?
Paulus dalam 1 Korintus 6 : 12 mengatakan bahwa “segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Saya rasa konteks ini dapat kita pakai dalam kaitan relasi kita, umat Kristen dengan teknologi dalam hal ini konteksnya adalah gadget.
Umat Kristen tidak dilarang untuk mempergunakan gadget, hanya saja pergunakanlah dengan memberdayagunakan gadget dalam kerangka berpikir yang optimal yaitu menggunakannya dalam memenuhi tujuan hidup yaitu memuliakan Allah.

Daftar Acuan
Tjahjadi, Simon Petrus L. (2004). Petualangan Intelektual: Konfrontasi
dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman Modern. Jakarta : Kanisius.
Niebuhr, H. Richard. (1995). Kristus dan kebudayaan. Jakarta : Petra Jaya.
Verkuyl, DR. J. (1989). Etika Kristen dan Kebudayaan. Jakarta : BPK Gunung
       Mulia.


© YRH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar