MEMPERTUHANKAN GADGET
Oleh : Yason Resyiworo
Hyangputra
Gadget, adalah alat teknologi yang memiliki tujuan dan fungsi
praktis yang dibuat lebih canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan
sebelumnya. Sebagai contoh ponsel diciptakan untuk menggantikan atau melengkapi
kelemahan-kelemahan yang ada pada telepon rumah. Laptop/notebook diciptakan
untuk melengkapi atau menggantikan kelemahan-kelemahan yang ada pada komputer/PC.
Pada era modern ini
gadget telah menjadi sebuah kebutuhan
manusia. Manusia menjadi tergantung sepenuhnya kepada teknologi. Padahal
teknologi adalah alat untuk membantu manusia dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari.
Sebagai contoh ketika
bangun pagi, tanpa disadari, kita menjadi lebih peduli dengan ponsel kita.
Secara refleks alih-alih berdoa pada Tuhan dan saat teduh kita malah cek status
kita di medsos ataupun hal lainnya. Contoh lainnya, ketika saya berkumpul
dengan teman-teman pada sebuah reuni, tanpa disadari ada saatnya ketika semua
sibuk dengan ponsel masing-masing. Padahal acara reuni itu dibuat dengan tujuan
untuk mendekatkan relasi kami karena telah lama dan jarang bertemu. Alih-alih
mendekatkan yang jauh teknologi malah menjauhkan kami yang dekat.
Gadget pada hakikatnya
adalah bagian dari kebudayaan manusia. Kebudayaan menurut KBBI adalah hasil
kegiatan dan penciptaan manusia yang melibatkan akal budi manusia. Gadget
diciptakan menggunakan akal budi manusia agar memudahkan manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
Penyalahgunaan
gadget
Baru-baru ini kita
dikejutkan dengan berita adanya prostitusi online. Salahkah gadgetnya?Saya
pikir tidak. Man behind the gun.
Ketika melihat relasi antara manusia dengan teknologi (dalam hal ini gadget)
saya menjadi teringat sebuah diskusi antara saya dengan rekan saya mengenai
siapakah yang bersalah jika terjadi penyalahgunaan fungsi dari teknologi. Kami
berdiskusi mengenai manfaat senjata api. Pada akhirnya kami berkesimpulan bahwa
senjata api di tangan orang yang berwenang (militer) menyebabkan timbulnya
keadilan dan perlindungan (dengan mengesampingkan ekses-ekses militer yang bisa
juga melakukan penyalahgunaan senjata). Sementara senjata api di tangan
penjahat maka akan menimbulkan bahaya dan ketidakadilan.
Maka gadget tidak bisa
dipersalahkan, ketika terjadi penyalahgunaan fungsi dalam penggunaan gadget.
Manusia lah yang jelas-jelas dengan sengaja menyalahgunakan gadget. Ponsel yang
fungsinya adalah baik, yaitu sebagai sarana komunikasi malah menjadi sarana
untuk mempermudah prostitusi dengan cara online.
Etika
Kristen mengenai barang menurut Augustinus
Selain penyalahgunaan
gadget, hal yang tidak kurang harus dibahas adalah kecenderungan beberapa orang
untuk gonta-ganti gadget. Hal ini seperti trend, ketika muncul teknologi yang
lebih canggih, maka seseorang cenderung
untuk mengganti gadgetnya yang lama dengan yang baru yang lebih canggih.
Hal ini bila ditinjau
lebih jauh akibat pengaruh dari pengaruh materialisme dan konsumerisme. Tujuan
hidup dan orientasi hidup dari manusia yang berpandangan demikian telah
teralihkan dari tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan berada dalam
cinta kasih Allah. Terhadap hal-hal yang demikian Augustinus Bapa Gereja pernah
mengatakan bahwa pemuasan segala kebutuhan akan harta benda tidak akan pernah
membuat manusia dapat mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia justru
berada dalam Allah sendiri, maka kita harus mengarahkan cinta kita, cinta
sejati kita kepada Allah agar kita dapat menemukan pedoman bagi tindakan kita.
Namun demikian dalam
kenyataannya, manusia sering kali jatuh ke dalam cinta diri karena
kecenderungannya jatuh kepada salah dalam memilih barang-barang keperluan.
Menurut Augustinus segala sesuatu hanya boleh kita pakai sejauh membantu kita
mencapai tujuan kita diciptakan, yakni kebahagiaan dalam Allah yang kita
nikmati hanya demi diri Allah sendiri. Augustinus tidak memandang remeh
barang-barang material, ia melihat itu semua sebagai sarana yang dapat dan
harus dipakai untuk membantu manusia mencapai tujuan akhir hidupnya.Bila kita
menikmati barang-barang duniawi niscaya kita akan melenceng dari tujuan hidup
kita yaitu memuliakan Allah (Tjahjadi 2004).
Mempertuhankan
gadget
Sebagai umat Kristen, tentunya
kita harus berbeda dengan agama lain dalam menyikapi pola hubungan kita dengan
kebudayaan, dalam hal ini konteks kita adalah gadget. Kita tidak boleh
tergantung pada gadget dan tidak boleh juga menutup mata dan sama sekali tidak
menggunakan gadget.
Menurut J. Verkuyl, sikap
umat Kristen adalah umat Kristen harus berpandangan bahwa Injil akan
menguduskan kebudayaan, menyucikan kebudayaan dengan rahmat Allah. Hal ini
bukan berarti bahwa kebudayaan kotor ataupun penuh dosa namun Injil dan
kebudayaan bertransformasi (Verkuyl 1989).
Demikian pula Richard
H. Niebuhr dalam pandangan kelimanya mengenai pola atau model hubungan gereja
dengan budaya, dalam hal ini saya menggunakannya dalam konteks gadget. Pola ini
yang merupakan terbaik dalam pandangan Niebuhr adalah bahwa Kristus pembaharu
kebudayaan. Pandangan ini menyatakan bahwa
Kristus dengan umat Kristen harus membawa perubahan dan menjadi
pembaharu dalam kebudayaan, mentransformasi, memberikan pemaknaan baru dalam
kebudayaan. (Niebuhr 1995).
Umat Kristen harus
bertransformasi dengan kebudayaan, dalam hal ini bertransformasi dengan gadget.
Kita tidak boleh tergantung dengan gadget, malahan kita harus memanfaatkan
gadget dalam konteks dan kerangka memuliakan Allah sebagai tujuan hidup.
Dengan cara apa?saya
berusaha memberikan contoh, walaupun mungkin contoh ini tidak sempurna.
Sekarang ini terdapat aplikasi Alkitab yang dapat kita gunakan di ponsel kita
untuk memudahkan kita dalam membaca Alkitab. Tentu saja kita perlu dan tetap
harus menggunakan Alkitab dalam bentuk buku, karena itu adalah kitab suci dan
bukan ponsel suci, namun rasanya tidak salah untuk menggunakan aplikasi ini
dengan wajar dan seperlunya.
Belakangan ini juga
terdapat aplikasi saat teduh yang dapat kita pakai di ponsel kita. Tentunya ini
memudahkan kita untuk dapat bersaat teduh dimana saja tanpa repot, terutama
jika kita adalah orang yang bermobilitas tinggi sebagai tuntutan pekerjaan.
Masih banyak contoh yang lain, mungkin saja contoh yang saya berikan tidak
sempurna namun realitanya kita tidak boleh menutup mata pentingya penggunaan
teknologi dalam kehidupan rohani kita.
Bagaimana
kata Alkitab tentang teknologi?
Paulus dalam 1
Korintus 6 : 12 mengatakan bahwa “segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan
semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan
diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Saya rasa konteks ini dapat kita pakai
dalam kaitan relasi kita, umat Kristen dengan teknologi dalam hal ini
konteksnya adalah gadget.
Umat Kristen tidak
dilarang untuk mempergunakan gadget, hanya saja pergunakanlah dengan
memberdayagunakan gadget dalam kerangka berpikir yang optimal yaitu
menggunakannya dalam memenuhi tujuan hidup yaitu memuliakan Allah.
Daftar
Acuan
Tjahjadi,
Simon Petrus L. (2004). Petualangan
Intelektual: Konfrontasi
dengan para filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman Modern. Jakarta : Kanisius.
Niebuhr,
H. Richard. (1995). Kristus dan kebudayaan.
Jakarta : Petra Jaya.
Verkuyl,
DR. J. (1989). Etika Kristen dan
Kebudayaan. Jakarta : BPK Gunung
Mulia.
© YRH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar