Tafsiran
2 Yohanes 1:4-12
Latar
belakang Surat 2 Yohanes
Surat 2 Yohanes digolongkan
ke dalam surat “Am” atau Katolik. Menurut Agustinus suatu surat digolongkan surat
Am dengan alasan surat tersebut diterima secara umum sebagai Kitab Suci, dengan
dasar pemikiran tersebut maka banyak ahli menggolongkan 2 Yohanes ke dalam
surat Am. Sementara itu, Cyrillus dari Alexandria berpendapat surat Am adalah
surat yang dialamatkan kepada umum. Jika kita memakai pendapat ini maka 2
Yohanes tidak cocok dikatakan surat Am sebab surat ini dialamatkan kepada
jemaat tertentu. (Hakh 2010, 125-126).
Penulis surat ini menggunakan gelar “ho presbyteros” (penatua: 2 Yoh 1), seorang
yang memegang jabatan khusus dalam gereja. Penatua ini adalah seorang tokoh
jemaat yang berwibawa, sehingga tanpa menyebutkan nama, semua anggota sudah mengenalnya.
Surat ini dialamatkan kepada “Ibu yang terpilih” (jemaat rumah) beserta “anak-anaknya”
(anggotanya). Surat ini bertujuan mengingatkan jemaat tentang para pengajar
sesat yang ada di jemaat (antikristus, Kristologi Doketik), yang tidak mengakui
bahwa Yesus Kristus datang sebagai manusia (daging). Sementara itu, pokok
teologis dari surat ini adalah agar jemaat memelihara kasih satu kepada yang
lain dan waspada menghadapi para penyesat. (Hakh 2010, 361-365).
Tafsiran
2 Yohanes 1:4-12
Ayat
4 (LAI): Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa
separuh dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang
telah kita terima dari Bapa.
(Yun.):Ἐχάρην λίαν ὅτι εὕρηκα ἐκ τῶν τέκνων σου περιπατοῦντας ἐν ἀληθείᾳ, καθὼς
ἐντολὴν ἐλάβομεν παρὰ τοῦ πατρός.
Tafsiran
: Ἐχάρην λίαν diartikan sebagai I rejoiced greatly, sementara ὅτι εὕρηκα
diartikan sebagai that i have found. ἐκ τῶν τέκνων σου diartikan sebagai some
of thy children. περιπατοῦντας ἐν ἀληθείᾳ, καθὼς diartikan sebagai walking
in truth, even as. ἐντολὴν ἐλάβομεν diartikan
sebagai we received commandment. παρὰ τοῦ πατρός
diartikan sebagai from the Father. (Westcott
1957, 227). Pada ayat 4 ini penatua, memberikan pujian kepada jemaat yang ia
sapa sebagai “Ibu yang terpilih” dan “anak-anaknya” (anggotanya) (ayat 1) dan bersukacita
karena paling tidak, beberapa dari mereka hidup dalam kebenaran sesuai perintah
Allah (jemaat yang bukan antikristus, bukan penganut Kristologi Doketik).
(Brown 1981, 173-174). Penatua yang menulis surat 2 Yohanes ini kemungkinan
mengetahui hal tersebut dari beberapa anggota jemaat yang bepergian dan
berjumpa dengan penatua tersebut (seperti di 3 Yohanes 3) dan bahwa penatua
tersebut bersukacita mendapati hal itu secara langsung dari komitmen mereka
terhadap kemurnian, keortodoksan dan kebenaran doktrin tentang Kristus.
(Smalley 1984, 323).
Ayat
5 (LAI): Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu – bukan
seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang
sudah ada pada kita dari mulanya – supaya kita saling mengasihi.
(Yun.):καὶ νῦν ἐρωτῶ σε, κυρία, οὐχ ὡς ἐντολὴν καινὴν γράφων σοι ἀλλὰ ἣν εἴχομεν ἀπ' ἀρχῆς, ἵνα ἀγαπῶμεν ἀλλήλους.
Tafsiran
: καὶ νῦν diterjemahkan sebagai and
now, sementara ἐρωτῶ σε, κυρία,
diartikan sebagai I pray thee, Lady. οὐχ ὡς ἐντολὴν καινὴν γράφων σοι ἀλλὰ ἣν εἴχομεν ἀπ' ἀρχῆς,
diterjemahkan sebagai not as writing a
new commandment to thee, but that which we had from the beginning. ἵνα ἀγαπῶμεν ἀλλήλους diterjemahkan sebagai that we love one another . (Westcott 1957, 227). Ayat ini menggunakan frase yang sama dengan
1 Yoh. 2:7 yaitu “perintah baru” dan “dari mulanya”, yang bagi beberapa ahli
menunjukkan bahwa penulis surat 1 Yoh. sama dengan penulis surat 2 Yoh. (Ross
1954, 229). Untuk gereja/jemaat ini yang menderita karena perpecahan masalah
internal (antikristus, Kristologi Doketik), penatua tersebut menasehatkan untuk
memperbaharui dan memelihara persekutuan dengan cara mempraktikkan kasih,
saling mengasihi, karena hal tersebut bukanlah hal yang baru namun merupakan
bagian penting dari Injil dan kekristenan yang tetap, orisinil dan tidak
berubah. (Dodd 1946, 147). Penatua tersebut bisa saja memerintahkan para
pembacanya untuk saling mengasihi, dengan mengatasnamakan dirinya sendiri,
tetapi ia tahu bahwa kewajiban untuk mengasihi pada dasarnya berasal dari
perintah Yesus, dan ditujukan untuk semua orang percaya dan permintaannya adalah
agar jemaat melanjutkan ketaatan mereka melaksanakan perintah tersebut.
(Smalley 1984, 325).
Ayat
6 (LAI): Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup
menurut perintahNya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di
dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
(Yun.):καὶ αὕτη ἐστὶν ἡ ἀγάπη, ἵνα περιπατῶμεν κατὰ τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ: αὕτη ἡ ἐντολή
ἐστιν, καθὼς ἠκούσατε ἀπ'ἀρχῆς, ἵνα ἐν αὐτῇ περιπατῆτε.
Tafsiran
: καὶ αὕτη ἐστὶν ἡ ἀγάπη
diterjemahkan sebagai And this is love.
ἵνα περιπατῶμεν κατὰ τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ diterjemahkan sebagai that
we should walk according to His commandments. αὕτη ἡ ἐντολή ἐστιν diterjemahkan sebagai this
is the commandment, sementara καθὼς ἠκούσατε ἀπ'ἀρχῆς
diterjemahkan sebagai even as ye heard
from the beginning. ἵνα ἐν αὐτῇ περιπατῆτε
diterjemahkan sebagai that ye should walk
in it (love). (Westcott 1957, 228). Penatua tersebut ingin menegaskan
perintah yang Yesus katakan pada Injil Yohanes (Yoh. 13: 34-35). Penatua
menasehatkan supaya jemaat saling mengasihi karena kasih dapat memperbaiki
hubungan di antara jemaat yang kondisinya saat itu mungkin saja rusak dan
terganggu ketika terjadi saling tegur, saling kritik yang menimbulkan kebencian
dan permusuhan (adu argumen atas kontroversi antikristus, Kristologi Doketik). (Barclay
1958, 164-165). Penatua yang menulis surat ini beranggapan bahwa “kebenaran”
dan “kasih” berhubungan erat dan mengajarkan bahwa iman kepada Yesus tidak bisa
terlepas dari keharusan untuk berperilaku benar dengan cara saling mengasihi.
(Smalley 1984, 326-327).
Ayat
7 (LAI): Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke
seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai
manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.
(Yun.):ὅτι πολλοὶ πλάνοι ἐξῆλθον εἰς τὸν κόσμον, οἱ μὴ ὁμολογοῦντες Ἰησοῦν Χριστὸν
ἐρχόμε ον ἐν σαρκί: οὗτός ἐστιν ὁ πλάνος καὶ ὁ ἀντίχριστος.
Tafsiran
: Kata
kunci terletak pada πλάνοι yang
diartikan sebagai deceivers, penyesat
yang οἱ μὴ ὁμολογοῦντες (they who confess not) tidak mengakui Yesus Kristus telah datang
sebagai manusia (Ἰησοῦν Χριστὸν ἐρχόμε ον ἐν σαρκί). Mereka itulah penyesat dan antikristus (ὁ πλάνος καὶ ὁ ἀντίχριστος). (Westcott 1957, 228-229).
Sang penatua kini sampai pada tujuan utama Surat 2 Yohanes ini ditulis untuk
mengingatkan jemaat akan bahaya dari para pembelot yang menganut doktrin sesat
mengenai Kristus. Mereka menolak realitas Inkarnasi yaitu Kristus yang ilahi,
Anak Allah, pernah benar-benar hidup dalam sejarah manusia. Penatua
mengingatkan kepada jemaat bahwa pandangan doketisme ini sesat karena
menganggap Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh manusia dan hanya tampak seperti
manusia. (Dodd 1946, 148-149). Fakta yang menyedihkan bagi sang penatua adalah
kendati beberapa anggota jemaat di dalam surat 2 Yohanes ini hidup dalam
kebenaran, banyak di antara anggota jemaat yang lainnya meninggalkan kebenaran
dan berpaling ke dunia, kepada para penyesat dan pembelot. Penatua mengingatkan
kepada jemaat yang sedang mengalami perpecahan karena konflik di antara mereka
yang mendukung pembelot dan yang tetap berpegang kepada ortodoksi kebenaran
doktrin tentang Inkarnasi Yesus. (Smalley 1984, 327).
Ayat
8 (LAI):Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang
telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
(Yun.):βλέπετε ἑαυτούς, ἵνα μὴ ἀπολέσητε ἃ εἰργασάμεθα ἀλλὰ μισθὸν πλήρη ἀπολάβητε.
Tafsiran
: βλέπετε ἑαυτούς, ἵνα μὴ ἀπολέσητε ἃ εἰργασάμεθα diartikan sebagai look
to yourselves, that ye may not lose (or destroy) the things which we wrought. Sementara
ἀλλὰ μισθὸν πλήρη ἀπολάβητε diartikan sebagai but
may receive a full reward. (Westcott 1957, 229). Penatua yang
menulis surat ini sangat serius memperingatkan jemaat di dalam surat ini bahwa
jika jiwa mereka terinfeksi oleh “racun” dari para penyesat maka mereka dengan
mudah dapat kehilangan bagian di dalam kemuliaan Kristus. (Ross 1954, 230).
Kepercayaan dan pemahaman yang benar akan Yesus Kristus sangat penting dan
menentukan kualitas ibadah yang sejati kepada Bapa, karena itu persyaratan
paling penting yang dituntut kepada umat Kristen adalah agar jemaat tetap
tinggal dalam ajaran ortodoks (ajaran yang lurus, tradisional dan benar) tentang
Kristus dan harus menolak para penyesat dan pembelot tersebut. (Brown 1981,
174).
Ayat
9 (LAI): Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran
Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah.
Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.
(Yun.):πᾶς ὁ προάγων καὶ μὴ μένων ἐν τῇ διδαχῇ τοῦ Χριστοῦ θεὸν οὐκ ἔχει: ὁ μένων ἐν τῇ
διδαχῇ, οὗτος καὶ τὸν πατέρα καὶ τὸν υἱὸν ἔχει.
Tafsiran
: πᾶς ὁ προάγων καὶ μὴ μένων ἐν τῇ διδαχῇ τοῦ Χριστοῦ θεὸν οὐκ ἔχει
diterjemahkan sebagai Every one that
goeth forward and abideth not in the teaching of Christ hath not God. Sementara
itu, ὁ μένων ἐν τῇ διδαχῇ, οὗτος καὶ τὸν πατέρα καὶ τὸν υἱὸν ἔχει diterjemahkan sebagai he
that abideth in the teaching, the same hath both the Father and the Son. (Westcott
1957, 230). Penatua langsung mengkritik mereka yang berpikir “terlalu jauh dan
melenceng” dan senang “berspekulasi” tentang Yesus Kristus, pada masanya.
Mereka seringkali mengklaim kebenaran hanyalah milik mereka dan bukan milik
dari mayoritas umat Kristen lainnya. Penatua ingin mengingatkan bahwa
pertumbuhan dan kemajuan hanya dapat ditemukan di dalam doktrin tentang Kristus
yang ortodoks serta semangat dari doktrin yang ortodoks tersebut lah yang memimpin
jemaat tahap demi tahap, kepada makna dan implikasi sejati dari pengenalan yang
benar akan Kristus. Penatua mengingatkan bahwa mereka yang tetap tinggal dalam
pengajaran yang benar akan Kristus memiliki Bapa dan juga Anak, dan dari hari
ke hari semakin dekat dalam persekutuan dengan keduanya. (Ross 1954, 230-231).
Ayat
10 (LAI): Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa
ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi
salam kepadanya.
(Yun.)εἴ τις ἔρχεται πρὸς ὑμᾶς καὶ ταύτην τὴν διδαχὴν οὐ φέρει, μὴ λαμβάνετε αὐτὸν εἰς
οἰκίαν καὶ χαίρειν αὐτῷ μὴλέγετε:
Tafsiran
: εἴ τις ἔρχεται πρὸς ὑμᾶς diartikan sebagai if any cometh unto you, sementara καὶ ταύτην τὴν διδαχὴν οὐ φέρει
diartikan sebagai and beareth not this
teaching (doctrine of Christ). μὴ λαμβάνετε αὐτὸν εἰς οἰκίαν καὶ χαίρειν αὐτῷ μὴλέγετε
diartikan sebagai receive him not into
your house and give him no greeting. (Westcott 1957, 230-231). Menurut
penatua yang menulis surat 2 Yohanes ini, keramahtamahan umat Kristen tidak
boleh ditujukan kepada mereka yang mengajarkan ajaran yang berbahaya
(Doketisme, antikristus) karena keramahtamahan tersebut dapat membuka peluang
masuknya penyesat dan ajaran sesat mereka akan semakin meluas dan menyebar. Propaganda
dari para penyesat tersebut akan menghancurkan kesetiaan umat Kristen kepada
doktrin bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Selain itu, para
penyesat ini juga memiliki moral yang buruk dalam kehidupan mereka yang juga
dapat berdampak buruk kepada umat Kristen lainnya. Namun demikian, kita harus
hati-hati dalam mempraktikkan saran Yohanes di dalam surat ini. Kita harus
memastikan posisi lawan bicara kita, sebagai penyesat atau pembelot atau tidak,
sebelum kita memperlakukan mereka sesuai dengan saran Yohanes di dalam surat
ini. (Ross 1954, 231-232).
Ayat
11 (LAI): Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia
mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.
(Yun.)ὁ λέγων γὰρ αὐτῷ χαίρειν κοινωνεῖ τοῖς ἔργοις αὐτοῦ τοῖς πονηροῖς.
Tafsiran
: Kata
kuncinya terletak pada κοινωνεῖ,
yang mengimplikasikan lebih dari sekedar partisipasi dalam pengertian turut
serta bertindak bersama dengan para pembelot melainkan menjadi sekutu mereka dan
pada akhirnya menjadi sama karakternya dengan mereka (para pembelot) yang
bermoral buruk (for he that giveth him
greeting hath fellowship with his evil works). (Westcott 1957, 231).
Penatua yang menulis surat ini menegaskan dan memperingatkan bahwa memberi
salam kepada mereka mengindikasikan bahwa kita bersimpati kepada mereka. Jemaat
harus jelas memposisikan diri mereka bahwa gereja tidak mentolerir dan
berkompromi dengan mereka yang mengajarkan hal-hal yang sesat dan merusak iman
Kristen. Jemaat tidak boleh berkompromi dengan para pengajar sesat tetapi kita
tidak boleh melupakan bahwa kita juga memiliki kewajiban untuk membimbing
mereka kembali kepada doktrin Kristen yang benar, sejati dan ortodoks mengenai
Kristus. (Barclay 1958, 168-169). Persekutuan dengan para pengajar sesat sama
saja dengan persekutuan dengan “si jahat” dan manifestasi-manifestasinya.
Ketidakramahan umat Kristen dengan para pembelot merupakan salah satu bentuk
perang antara Kristus dengan antikristus, perang antara manusia yang menjadi
milik Tuhan dengan manusia yang menjadi milik dunia, antara anak Allah dengan
anak iblis. (Brown 1982, 691).
Ayat
12 (LAI): Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu, aku
tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta, tetapi aku berharap datang
sendiri kepadamu dan berbicara berhadapan muka dengan kamu, supaya sempurnalah
sukacita kita.
(Yun.)Πολλὰ ἔχων ὑμῖν γράφειν οὐκ ἐβουλήθην διὰ χάρτου καὶ μέλανος, ἀλλὰ ἐλπίζω
γενέσθαι πρὸς ὑμᾶς καὶ
στόμα πρὸς στόμα λαλῆσαι, ἵνα ἡ χαρὰ ἡμῶν πεπληρωμένη ᾖ.
Tafsiran
: Πολλὰ ἔχων ὑμῖν γράφειν
diterjemahkan sebagai Though I have many
things to write to you. Sementara itu, οὐκ ἐβουλήθην
διὰ χάρτου καὶ μέλανος
diartikan sebagai I would not write them with paper and ink. ἀλλὰ ἐλπίζω γενέσθαι πρὸς ὑμᾶς
diterjemahkan sebagai but I hope to be
present with you. Sementara itu, καὶ στόμα πρὸς στόμα λαλῆσαι
berarti and to speak face to face. ἵνα ἡ χαρὰ ἡμῶν πεπληρωμένη ᾖ
berarti that your joy may be fulfilled.
(Westcott 1957, 231). Sang penatua merasa masih banyak yang ingin ia katakan
kepada jemaat di dalam surat ini, namun dia memilih untuk menyampaikan hal-hal
tersebut nanti, ketika ia berkunjung ke jemaat yang dimaksud di dalam surat 2
Yohanes ini. (Dodd 1946, 153). Penatua di dalam surat ini sedang berharap bahwa
ia secepatnya akan mengunjungi jemaat tersebut dan berbicara muka dengan muka.
Menurut sang penatua, pertemuan mereka nantinya akan menjadi pertemuan sukacita
dan dia berharap kedatangannya nanti akan memberikan kesempurnaan sukacita bagi
jemaat di surat 2 Yohanes ini. (Ross 1954, 232).
Makna
Teologis
Surat 2 Yohanes secara keseluruhan
dan secara khusus 2 Yohanes 1:4-12, ditulis oleh penatua dengan tujuan untuk
mengingatkan jemaat yang ditujukan oleh surat ini agar tetap berada dalam
ajaran yang ortodoks dan benar tentang Kristus dan menolak ajaran doketis,
menolak antikristus. Penatua mengingatkan jemaat agar tetap berada dalam ajaran
yang ortodoks dan benar tentang Kristus karena bila jemaat “keluar” dari
pandangan tersebut, jemaat bisa kehilangan bagian di dalam kemuliaan Yesus
Kristus, dan juga kehilangan Bapa maupun Anak atau dengan kata lain kehilangan
keselamatan. Ajaran yang benar dan Ortodoks tentang Kristus adalah bahwa Yesus
sungguh-sungguh manusia (menolak doketis) dan sungguh-sungguh Allah, sepenuhnya
manusia dan sepenuhnya Allah, Inkarnasi dari Allah, Allah yang menjadi manusia,
Anak Allah.
Surat
ini juga memerintahkan agar jemaat tetap saling mengasihi satu dengan yang
lainnya sebagai cara untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak di dalam
jemaat yang mungkin saja terjadi akibat saling menegur dan beradu argumen
terkait dengan para penyesat dan pembelot. Perintah saling mengasihi satu dengan yang lainnya
bukanlah “perintah baru” melainkan perintah yang kembali diperintahkan penatua
yang berasal dari Yesus sendiri di dalam Injil Yohanes (Yoh. 13: 34-35).
Di dalam surat 2
Yohanes 1:4-12 penatua juga memberikan semacam tips kepada jemaat dalam
berhadapan dengan para pembelot, penyesat, dan pengajar-pengajar palsu yang
menggoncang iman ortodoks Kristen. Tips tersebut adalah jangan menerima para
pengajar palsu, pembelot, ini di dalam rumah jemaat serta jangan memberi salam
kepada mereka. Penatua melarang jemaat untuk menerima para pembelot di dalam
rumahnya karena menerima mereka masuk di dalam rumah sama saja dengan memberi
mereka peluang dan kesempatan untuk mengajarkan ajaran sesat milik mereka.
Penatua melarang jemaat untuk memberi salam kepada para pembelot karena memberi
salam kepada mereka sama saja dengan menyetujui ajaran sesat mereka dan menyetujui
sikap hidup mereka yang tidak mencerminkan moral kekristenan dan bermoral
buruk. Menurut saya, tips yang diberikan penatua ini juga bisa dipakai oleh
jemaat di masa kini dalam menghadapi para pembelot, pengajar sesat yang ada di
jaman ini.
Refleksi
dari Makna Teologis
Menurut
saya surat ini sangat bermanfaat untuk didalami dan ditafsir di masa sekarang
ini. Para pengajar palsu, antikristus, yang ada di masa lalu ternyata di masa
sekarang ini tetap ada. Para pembelot dan pengajar palsu tersebut, di dalam
kekristenan maupun dari luar kekristenan, semakin marak di masa sekarang ini
dan mengajarkan ajaran sesat tentang Kristus (misalnya menolak keilahian
Kristus, menolak kemanusiaan Kristus, menolak Inkarnasi, dsb). Surat 2 Yohanes
ini, khususnya 2 Yohanes 1:4-12, memberikan tips dalam menghadapi para pembelot
dan pengajar sesat tersebut. Menurut saya, berdasarkan tafsiran atas 2 Yohanes
ini, cara terbaik untuk menghadapi mereka adalah dengan sama sekali tidak
memberi peluang dan kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan ajaran sesat
mereka baik dalam diskusi, debat atau perbincangan bersama mereka. Menurut
tafsiran 2 Yohanes ini sebenarnya adu argumen dengan mereka tidaklah
menyelesaikan masalah karena hanya akan membuat kita emosi jika kita kalah
debat atau pun bila iman kita lemah maka ajaran sesat mereka dapat mulai
mempengaruhi kita. Ketika ajaran sesat mereka mempengaruhi iman kita dan membuat
iman kita goyah maka hal itu membuat kita kehilangan bagian dalam kemuliaan
Kristus dan kehilangan keselamatan.
Menurut saya
surat 2 Yohanes ini mengingatkan jemaat akan pentingnya saling mengasihi satu
dengan yang lain. Berdasarkan tafsiran yang telah dikemukakan, kemungkinan
jemaat di dalam surat 2 Yohanes ini, mengalami permasalahan internal karena
saling beradu argumen dan saling mengkritik terkait ajaran palsu yang berimbas
pada memburuknya dan rusaknya hubungan pribadi di antara jemaat. Penatua menyarankan
mereka untuk saling mengasihi sebagai cara untuk memperbaiki hubungan yang
rusak tersebut. Tips ini juga dapat dipakai di dalam jemaat di gereja kita jika
terdapat konflik atau perselisihan antar jemaat yang berimbas perpecahan.
Perselisihan dapat diselesaikan bila jemaat saling mengasihi satu sama lain dan
melakukan rekonsiliasi sehingga hubungan yang rusak menjadi pulih. Perintah
saling mengasihi ini bukanlah perintah baru karena Kristus sendiri yang
memerintahkannya kepada jemaat.
Daftar
Acuan
Barclay,
William. 1958. Daily Bible Readings : The
Letters of John and Jude. Edinburgh :
The
Saint Andrew Press.
Brown, Raymond
E. 1982. A New Translation with
Introduction and Commentary : The
Epistles of John.
London : Yale University Press.
Brown, Reymond
E. 1981. Tafsir Perjanjian Baru 4: Injil
dan Surat-surat Yohanes.
Yogyakarta
: Penerbit Kanisius.
Dodd, C.H. 1946.
The Moffatt New Testament Commentary :
The Johannine Epistles.
London
: Hodder and Stoughton Limited.
Hakh, Pdt. Dr.
Samuel Benyamin. 2010. Perjanjian Baru :
Sejarah, Pengantar dan Pokok-
Pokok Teologisnya.
Bandung : Bina Media Informasi.
Ross, Alexander.
1954. The New International Commentary On
The New Testament :
Commentary on the Epistles of James
and John. Grand Rapids Michigan : WM. B.
Eerdmans
Publishing Company.
Smalley, Stephen
S. 1984. Word Biblical Commentary : 1,2,3
John. Texas : Word Books,
Publisher.
Westcott, Brooke
Foss. 1957. The Epistles of St. John :
The Greek Text with Notes
and Essays. Grand
Rapids Michigan : WM. B. Eerdmans Publishing Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar