Rabu, 25 Mei 2016



Tafsiran 2 Yohanes 1:4-12

Latar belakang Surat 2 Yohanes
            Surat 2 Yohanes digolongkan ke dalam surat “Am” atau Katolik. Menurut Agustinus suatu surat digolongkan surat Am dengan alasan surat tersebut diterima secara umum sebagai Kitab Suci, dengan dasar pemikiran tersebut maka banyak ahli menggolongkan 2 Yohanes ke dalam surat Am. Sementara itu, Cyrillus dari Alexandria berpendapat surat Am adalah surat yang dialamatkan kepada umum. Jika kita memakai pendapat ini maka 2 Yohanes tidak cocok dikatakan surat Am sebab surat ini dialamatkan kepada jemaat tertentu. (Hakh 2010, 125-126).
             Penulis surat ini menggunakan gelar “ho presbyteros” (penatua: 2 Yoh 1), seorang yang memegang jabatan khusus dalam gereja. Penatua ini adalah seorang tokoh jemaat yang berwibawa, sehingga tanpa menyebutkan nama, semua anggota sudah mengenalnya. Surat ini dialamatkan kepada “Ibu yang terpilih” (jemaat rumah) beserta “anak-anaknya” (anggotanya). Surat ini bertujuan mengingatkan jemaat tentang para pengajar sesat yang ada di jemaat (antikristus, Kristologi Doketik), yang tidak mengakui bahwa Yesus Kristus datang sebagai manusia (daging). Sementara itu, pokok teologis dari surat ini adalah agar jemaat memelihara kasih satu kepada yang lain dan waspada menghadapi para penyesat. (Hakh 2010, 361-365).

Tafsiran 2 Yohanes 1:4-12
Ayat 4 (LAI): Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati, bahwa separuh dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa.
(Yun.):Ἐχάρην λίαν ὅτι εὕρηκα ἐκ τῶν τέκνων σου περιπατοῦντας ἐν ἀληθείᾳ, καθὼς 
ἐντολὴν ἐλάβομεν παρὰ τοῦ πατρός.
Tafsiran : Ἐχάρην λίαν diartikan sebagai I rejoiced greatly, sementara ὅτι εὕρηκα diartikan sebagai that i have found. ἐκ τῶν τέκνων σου diartikan sebagai some of thy children. περιπατοῦντας ἐν ἀληθείᾳ, καθὼς diartikan sebagai walking in truth, even as. ἐντολὴν ἐλάβομεν diartikan sebagai we received commandment. παρὰ τοῦ πατρός diartikan sebagai from the Father. (Westcott 1957, 227). Pada ayat 4 ini penatua, memberikan pujian kepada jemaat yang ia sapa sebagai “Ibu yang terpilih” dan “anak-anaknya” (anggotanya) (ayat 1) dan bersukacita karena paling tidak, beberapa dari mereka hidup dalam kebenaran sesuai perintah Allah (jemaat yang bukan antikristus, bukan penganut Kristologi Doketik). (Brown 1981, 173-174). Penatua yang menulis surat 2 Yohanes ini kemungkinan mengetahui hal tersebut dari beberapa anggota jemaat yang bepergian dan berjumpa dengan penatua tersebut (seperti di 3 Yohanes 3) dan bahwa penatua tersebut bersukacita mendapati hal itu secara langsung dari komitmen mereka terhadap kemurnian, keortodoksan dan kebenaran doktrin tentang Kristus. (Smalley 1984, 323).
           
Ayat 5 (LAI): Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu – bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya – supaya kita saling mengasihi.
(Yun.):καὶ νῦν ἐρωτῶ σε, κυρία, οὐχ ὡς ἐντολὴν καινὴν γράφων σοι ἀλλὰ ἣν εἴχομεν ἀπ' ἀρχῆς, ἵνα ἀγαπῶμεν ἀλλήλους. 
Tafsiran : καὶ νῦν diterjemahkan sebagai and now, sementara ἐρωτῶ σε, κυρία, diartikan sebagai I pray thee, Lady. οὐχ ὡς ἐντολὴν καινὴν γράφων σοι ἀλλὰ ἣν εἴχομεν ἀπ' ἀρχῆς, diterjemahkan sebagai not as writing a new commandment to thee, but that which we had from the beginning. ἵνα ἀγαπῶμεν ἀλλήλους diterjemahkan sebagai  that we love one another . (Westcott 1957, 227). Ayat ini menggunakan frase yang sama dengan 1 Yoh. 2:7 yaitu “perintah baru” dan “dari mulanya”, yang bagi beberapa ahli menunjukkan bahwa penulis surat 1 Yoh. sama dengan penulis surat 2 Yoh. (Ross 1954, 229). Untuk gereja/jemaat ini yang menderita karena perpecahan masalah internal (antikristus, Kristologi Doketik), penatua tersebut menasehatkan untuk memperbaharui dan memelihara persekutuan dengan cara mempraktikkan kasih, saling mengasihi, karena hal tersebut bukanlah hal yang baru namun merupakan bagian penting dari Injil dan kekristenan yang tetap, orisinil dan tidak berubah. (Dodd 1946, 147). Penatua tersebut bisa saja memerintahkan para pembacanya untuk saling mengasihi, dengan mengatasnamakan dirinya sendiri, tetapi ia tahu bahwa kewajiban untuk mengasihi pada dasarnya berasal dari perintah Yesus, dan ditujukan untuk semua orang percaya dan permintaannya adalah agar jemaat melanjutkan ketaatan mereka melaksanakan perintah tersebut. (Smalley 1984, 325).

Ayat 6 (LAI): Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintahNya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
(Yun.):καὶ αὕτη ἐστὶν  ἀγάπη, ἵνα περιπατῶμεν κατὰ τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ: αὕτη  ἐντολή 
ἐστιν, καθὼς ἠκούσατε ἀπ'ἀρχῆς, ἵνα ἐν αὐτῇ περιπατῆτε.
Tafsiran : καὶ αὕτη ἐστὶν  ἀγάπη diterjemahkan sebagai And this is love. ἵνα περιπατῶμεν κατὰ τὰς ἐντολὰς αὐτοῦ diterjemahkan sebagai that we should walk according to His commandments. αὕτη  ἐντολή ἐστιν diterjemahkan sebagai this is the commandment, sementara καθὼς ἠκούσατε ἀπ'ἀρχῆς diterjemahkan sebagai even as ye heard from the beginning. ἵνα ἐν αὐτῇ περιπατῆτε diterjemahkan sebagai that ye should walk in it (love). (Westcott 1957, 228). Penatua tersebut ingin menegaskan perintah yang Yesus katakan pada Injil Yohanes (Yoh. 13: 34-35). Penatua menasehatkan supaya jemaat saling mengasihi karena kasih dapat memperbaiki hubungan di antara jemaat yang kondisinya saat itu mungkin saja rusak dan terganggu ketika terjadi saling tegur, saling kritik yang menimbulkan kebencian dan permusuhan (adu argumen atas kontroversi antikristus, Kristologi Doketik). (Barclay 1958, 164-165). Penatua yang menulis surat ini beranggapan bahwa “kebenaran” dan “kasih” berhubungan erat dan mengajarkan bahwa iman kepada Yesus tidak bisa terlepas dari keharusan untuk berperilaku benar dengan cara saling mengasihi. (Smalley 1984, 326-327).

Ayat 7 (LAI): Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.
(Yun.):ὅτι πολλοὶ πλάνοι ἐξῆλθον εἰς τὸν κόσμον, οἱ μὴ ὁμολογοῦντες Ἰησοῦν Χριστὸν 
ἐρχόμε ον ἐν σαρκί: οὗτός ἐστιν  πλάνος καὶ  ἀντίχριστος.
Tafsiran : Kata kunci terletak pada πλάνοι yang diartikan sebagai deceivers, penyesat yang οἱ μὴ ὁμολογοῦντες (they who confess not) tidak mengakui Yesus Kristus telah datang sebagai manusia (Ἰησοῦν Χριστὸν ἐρχόμε ον ἐν σαρκί). Mereka itulah penyesat dan antikristus (ὁ πλάνος καὶ  ἀντίχριστος). (Westcott 1957, 228-229). Sang penatua kini sampai pada tujuan utama Surat 2 Yohanes ini ditulis untuk mengingatkan jemaat akan bahaya dari para pembelot yang menganut doktrin sesat mengenai Kristus. Mereka menolak realitas Inkarnasi yaitu Kristus yang ilahi, Anak Allah, pernah benar-benar hidup dalam sejarah manusia. Penatua mengingatkan kepada jemaat bahwa pandangan doketisme ini sesat karena menganggap Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh manusia dan hanya tampak seperti manusia. (Dodd 1946, 148-149). Fakta yang menyedihkan bagi sang penatua adalah kendati beberapa anggota jemaat di dalam surat 2 Yohanes ini hidup dalam kebenaran, banyak di antara anggota jemaat yang lainnya meninggalkan kebenaran dan berpaling ke dunia, kepada para penyesat dan pembelot. Penatua mengingatkan kepada jemaat yang sedang mengalami perpecahan karena konflik di antara mereka yang mendukung pembelot dan yang tetap berpegang kepada ortodoksi kebenaran doktrin tentang Inkarnasi Yesus. (Smalley 1984, 327).

Ayat 8 (LAI):Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
(Yun.):βλέπετε ἑαυτούς, ἵνα μὴ ἀπολέσητε  εἰργασάμεθα ἀλλὰ μισθὸν πλήρη ἀπολάβητε.
Tafsiran : βλέπετε ἑαυτούς, ἵνα μὴ ἀπολέσητε ἃ εἰργασάμεθα diartikan sebagai look to yourselves, that ye may not lose (or destroy) the things which we wrought. Sementara ἀλλὰ μισθὸν πλήρη ἀπολάβητε diartikan sebagai but may receive a full reward. (Westcott 1957, 229). Penatua yang menulis surat ini sangat serius memperingatkan jemaat di dalam surat ini bahwa jika jiwa mereka terinfeksi oleh “racun” dari para penyesat maka mereka dengan mudah dapat kehilangan bagian di dalam kemuliaan Kristus. (Ross 1954, 230). Kepercayaan dan pemahaman yang benar akan Yesus Kristus sangat penting dan menentukan kualitas ibadah yang sejati kepada Bapa, karena itu persyaratan paling penting yang dituntut kepada umat Kristen adalah agar jemaat tetap tinggal dalam ajaran ortodoks (ajaran yang lurus, tradisional dan benar) tentang Kristus dan harus menolak para penyesat dan pembelot tersebut. (Brown 1981, 174).

Ayat 9 (LAI): Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.
(Yun.):πᾶς  προάγων καὶ μὴ μένων ἐν τῇ διδαχῇ τοῦ Χριστοῦ θεὸν οὐκ ἔχει:  μένων ἐν τῇ 
διδαχῇ, οὗτος καὶ τὸν πατέρα καὶ τὸν υἱὸν ἔχει.
Tafsiran : πᾶς  προάγων καὶ μὴ μένων ἐν τῇ διδαχῇ τοῦ Χριστοῦ θεὸν οὐκ ἔχει diterjemahkan sebagai Every one that goeth forward and abideth not in the teaching of Christ hath not God. Sementara itu,  ὁ μένων ἐν τῇ διδαχῇ, οὗτος καὶ τὸν πατέρα καὶ τὸν υἱὸν ἔχει diterjemahkan sebagai he that abideth in the teaching, the same hath both the Father and the Son. (Westcott 1957, 230). Penatua langsung mengkritik mereka yang berpikir “terlalu jauh dan melenceng” dan senang “berspekulasi” tentang Yesus Kristus, pada masanya. Mereka seringkali mengklaim kebenaran hanyalah milik mereka dan bukan milik dari mayoritas umat Kristen lainnya. Penatua ingin mengingatkan bahwa pertumbuhan dan kemajuan hanya dapat ditemukan di dalam doktrin tentang Kristus yang ortodoks serta semangat dari doktrin yang ortodoks tersebut lah yang memimpin jemaat tahap demi tahap, kepada makna dan implikasi sejati dari pengenalan yang benar akan Kristus. Penatua mengingatkan bahwa mereka yang tetap tinggal dalam pengajaran yang benar akan Kristus memiliki Bapa dan juga Anak, dan dari hari ke hari semakin dekat dalam persekutuan dengan keduanya. (Ross 1954, 230-231).

Ayat 10 (LAI): Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya.
(Yun.)εἴ τις ἔρχεται πρὸς ὑμᾶς καὶ ταύτην τὴν διδαχὴν οὐ φέρει, μὴ λαμβάνετε αὐτὸν εἰς 
οἰκίαν καὶ χαίρειν αὐτῷ μὴλέγετε: 
Tafsiran : εἴ τις ἔρχεται πρὸς ὑμᾶς diartikan sebagai if any cometh unto you, sementara  καὶ ταύτην τὴν διδαχὴν οὐ φέρει diartikan sebagai and beareth not this teaching (doctrine of Christ). μὴ λαμβάνετε αὐτὸν εἰς οἰκίαν καὶ χαίρειν αὐτῷ μὴλέγετε diartikan sebagai receive him not into your house and give him no greeting. (Westcott 1957, 230-231). Menurut penatua yang menulis surat 2 Yohanes ini, keramahtamahan umat Kristen tidak boleh ditujukan kepada mereka yang mengajarkan ajaran yang berbahaya (Doketisme, antikristus) karena keramahtamahan tersebut dapat membuka peluang masuknya penyesat dan ajaran sesat mereka akan semakin meluas dan menyebar. Propaganda dari para penyesat tersebut akan menghancurkan kesetiaan umat Kristen kepada doktrin bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat. Selain itu, para penyesat ini juga memiliki moral yang buruk dalam kehidupan mereka yang juga dapat berdampak buruk kepada umat Kristen lainnya. Namun demikian, kita harus hati-hati dalam mempraktikkan saran Yohanes di dalam surat ini. Kita harus memastikan posisi lawan bicara kita, sebagai penyesat atau pembelot atau tidak, sebelum kita memperlakukan mereka sesuai dengan saran Yohanes di dalam surat ini. (Ross 1954, 231-232).

Ayat 11 (LAI): Sebab barangsiapa memberi salam kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat.
(Yun.) λέγων γὰρ αὐτῷ χαίρειν κοινωνεῖ τοῖς ἔργοις αὐτοῦ τοῖς πονηροῖς. 
Tafsiran : Kata kuncinya terletak pada κοινωνεῖ, yang mengimplikasikan lebih dari sekedar partisipasi dalam pengertian turut serta bertindak bersama dengan para pembelot melainkan menjadi sekutu mereka dan pada akhirnya menjadi sama karakternya dengan mereka (para pembelot) yang bermoral buruk (for he that giveth him greeting hath fellowship with his evil works). (Westcott 1957, 231). Penatua yang menulis surat ini menegaskan dan memperingatkan bahwa memberi salam kepada mereka mengindikasikan bahwa kita bersimpati kepada mereka. Jemaat harus jelas memposisikan diri mereka bahwa gereja tidak mentolerir dan berkompromi dengan mereka yang mengajarkan hal-hal yang sesat dan merusak iman Kristen. Jemaat tidak boleh berkompromi dengan para pengajar sesat tetapi kita tidak boleh melupakan bahwa kita juga memiliki kewajiban untuk membimbing mereka kembali kepada doktrin Kristen yang benar, sejati dan ortodoks mengenai Kristus. (Barclay 1958, 168-169). Persekutuan dengan para pengajar sesat sama saja dengan persekutuan dengan “si jahat” dan manifestasi-manifestasinya. Ketidakramahan umat Kristen dengan para pembelot merupakan salah satu bentuk perang antara Kristus dengan antikristus, perang antara manusia yang menjadi milik Tuhan dengan manusia yang menjadi milik dunia, antara anak Allah dengan anak iblis. (Brown 1982, 691).

Ayat 12 (LAI): Sungguhpun banyak yang harus kutulis kepadamu, aku tidak mau melakukannya dengan kertas dan tinta, tetapi aku berharap datang sendiri kepadamu dan berbicara berhadapan muka dengan kamu, supaya sempurnalah sukacita kita.
(Yun.)Πολλὰ ἔχων ὑμῖν γράφειν οὐκ ἐβουλήθην διὰ χάρτου καὶ μέλανος, ἀλλὰ ἐλπίζω 
γενέσθαι πρὸς ὑμᾶς καὶ στόμα πρὸς στόμα λαλῆσαι, ἵνα  χαρὰ ἡμῶν πεπληρωμένη ᾖ.
Tafsiran : Πολλὰ ἔχων ὑμῖν γράφειν diterjemahkan sebagai Though I have many things to write to you. Sementara itu, οὐκ ἐβουλήθην διὰ χάρτου καὶ μέλανος diartikan sebagai I would not write them with paper and ink. ἀλλὰ ἐλπίζω γενέσθαι πρὸς ὑμᾶς diterjemahkan sebagai but I hope to be present with you. Sementara itu, καὶ στόμα πρὸς στόμα λαλῆσαι berarti and to speak face to face. ἵνα  χαρὰ ἡμῶν πεπληρωμένη ᾖ berarti that your joy may be fulfilled. (Westcott 1957, 231). Sang penatua merasa masih banyak yang ingin ia katakan kepada jemaat di dalam surat ini, namun dia memilih untuk menyampaikan hal-hal tersebut nanti, ketika ia berkunjung ke jemaat yang dimaksud di dalam surat 2 Yohanes ini. (Dodd 1946, 153). Penatua di dalam surat ini sedang berharap bahwa ia secepatnya akan mengunjungi jemaat tersebut dan berbicara muka dengan muka. Menurut sang penatua, pertemuan mereka nantinya akan menjadi pertemuan sukacita dan dia berharap kedatangannya nanti akan memberikan kesempurnaan sukacita bagi jemaat di surat 2 Yohanes ini. (Ross 1954, 232). 

Makna Teologis
            Surat 2 Yohanes secara keseluruhan dan secara khusus 2 Yohanes 1:4-12, ditulis oleh penatua dengan tujuan untuk mengingatkan jemaat yang ditujukan oleh surat ini agar tetap berada dalam ajaran yang ortodoks dan benar tentang Kristus dan menolak ajaran doketis, menolak antikristus. Penatua mengingatkan jemaat agar tetap berada dalam ajaran yang ortodoks dan benar tentang Kristus karena bila jemaat “keluar” dari pandangan tersebut, jemaat bisa kehilangan bagian di dalam kemuliaan Yesus Kristus, dan juga kehilangan Bapa maupun Anak atau dengan kata lain kehilangan keselamatan. Ajaran yang benar dan Ortodoks tentang Kristus adalah bahwa Yesus sungguh-sungguh manusia (menolak doketis) dan sungguh-sungguh Allah, sepenuhnya manusia dan sepenuhnya Allah, Inkarnasi dari Allah, Allah yang menjadi manusia, Anak Allah.
Surat ini juga memerintahkan agar jemaat tetap saling mengasihi satu dengan yang lainnya sebagai cara untuk memperbaiki hubungan yang telah rusak di dalam jemaat yang mungkin saja terjadi akibat saling menegur dan beradu argumen terkait dengan para penyesat dan pembelot. Perintah saling mengasihi satu dengan yang lainnya bukanlah “perintah baru” melainkan perintah yang kembali diperintahkan penatua yang berasal dari Yesus sendiri di dalam Injil Yohanes (Yoh. 13: 34-35).
            Di dalam surat 2 Yohanes 1:4-12 penatua juga memberikan semacam tips kepada jemaat dalam berhadapan dengan para pembelot, penyesat, dan pengajar-pengajar palsu yang menggoncang iman ortodoks Kristen. Tips tersebut adalah jangan menerima para pengajar palsu, pembelot, ini di dalam rumah jemaat serta jangan memberi salam kepada mereka. Penatua melarang jemaat untuk menerima para pembelot di dalam rumahnya karena menerima mereka masuk di dalam rumah sama saja dengan memberi mereka peluang dan kesempatan untuk mengajarkan ajaran sesat milik mereka. Penatua melarang jemaat untuk memberi salam kepada para pembelot karena memberi salam kepada mereka sama saja dengan menyetujui ajaran sesat mereka dan menyetujui sikap hidup mereka yang tidak mencerminkan moral kekristenan dan bermoral buruk. Menurut saya, tips yang diberikan penatua ini juga bisa dipakai oleh jemaat di masa kini dalam menghadapi para pembelot, pengajar sesat yang ada di jaman ini.

Refleksi dari Makna Teologis
Menurut saya surat ini sangat bermanfaat untuk didalami dan ditafsir di masa sekarang ini. Para pengajar palsu, antikristus, yang ada di masa lalu ternyata di masa sekarang ini tetap ada. Para pembelot dan pengajar palsu tersebut, di dalam kekristenan maupun dari luar kekristenan, semakin marak di masa sekarang ini dan mengajarkan ajaran sesat tentang Kristus (misalnya menolak keilahian Kristus, menolak kemanusiaan Kristus, menolak Inkarnasi, dsb). Surat 2 Yohanes ini, khususnya 2 Yohanes 1:4-12, memberikan tips dalam menghadapi para pembelot dan pengajar sesat tersebut. Menurut saya, berdasarkan tafsiran atas 2 Yohanes ini, cara terbaik untuk menghadapi mereka adalah dengan sama sekali tidak memberi peluang dan kesempatan kepada mereka untuk menyampaikan ajaran sesat mereka baik dalam diskusi, debat atau perbincangan bersama mereka. Menurut tafsiran 2 Yohanes ini sebenarnya adu argumen dengan mereka tidaklah menyelesaikan masalah karena hanya akan membuat kita emosi jika kita kalah debat atau pun bila iman kita lemah maka ajaran sesat mereka dapat mulai mempengaruhi kita. Ketika ajaran sesat mereka mempengaruhi iman kita dan membuat iman kita goyah maka hal itu membuat kita kehilangan bagian dalam kemuliaan Kristus dan kehilangan keselamatan.
            Menurut saya surat 2 Yohanes ini mengingatkan jemaat akan pentingnya saling mengasihi satu dengan yang lain. Berdasarkan tafsiran yang telah dikemukakan, kemungkinan jemaat di dalam surat 2 Yohanes ini, mengalami permasalahan internal karena saling beradu argumen dan saling mengkritik terkait ajaran palsu yang berimbas pada memburuknya dan rusaknya hubungan pribadi di antara jemaat. Penatua menyarankan mereka untuk saling mengasihi sebagai cara untuk memperbaiki hubungan yang rusak tersebut. Tips ini juga dapat dipakai di dalam jemaat di gereja kita jika terdapat konflik atau perselisihan antar jemaat yang berimbas perpecahan. Perselisihan dapat diselesaikan bila jemaat saling mengasihi satu sama lain dan melakukan rekonsiliasi sehingga hubungan yang rusak menjadi pulih. Perintah saling mengasihi ini bukanlah perintah baru karena Kristus sendiri yang memerintahkannya kepada jemaat.

Daftar Acuan
Barclay, William. 1958. Daily Bible Readings : The Letters of John and Jude. Edinburgh :
The Saint Andrew Press.
Brown, Raymond E. 1982. A New Translation with Introduction and Commentary : The
Epistles of John. London : Yale University Press.
Brown, Reymond E. 1981. Tafsir Perjanjian Baru 4: Injil dan Surat-surat Yohanes.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Dodd, C.H. 1946. The Moffatt New Testament Commentary : The Johannine Epistles.
London : Hodder and Stoughton Limited.
Hakh, Pdt. Dr. Samuel Benyamin. 2010. Perjanjian Baru : Sejarah, Pengantar dan Pokok-
Pokok Teologisnya. Bandung : Bina Media Informasi.
Ross, Alexander. 1954. The New International Commentary On The New Testament :
Commentary on the Epistles of James and John. Grand Rapids Michigan : WM. B.
Eerdmans Publishing Company.
Smalley, Stephen S. 1984. Word Biblical Commentary : 1,2,3 John. Texas : Word Books,
Publisher.
Westcott, Brooke Foss. 1957. The Epistles of St. John : The Greek Text with Notes 
            and Essays. Grand Rapids Michigan : WM. B. Eerdmans Publishing Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar