Liturgi
Perjamuan Kudus Anak (Paedocommunion)
Perjamuan Kudus Anak belakangan ini
kembali mulai diperbincangkan, diperdebatkan dan bahkan beberapa gereja mulai
mempraktikkannya. Meskipun demikian sebenarnya isu ini sendiri bukanlah isu
baru dan telah menjadi bahan perbincangan sejak dulu. Keadaan zaman yang telah
berubah menuju ke arah kemerosotan moral menyebabkan orang tua khawatir
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak mereka. Melihat keadaan itu, gereja
dan orang tua mulai berpikir ulang untuk mulai mengenalkan dan mengajarkan
agama sejak kecil kepada anak-anak, termasuk mengenalkan Perjamuan Kudus kepada
mereka.
Karya tulis ini akan membahas Perjamuan
Kudus Anak beserta perkembangannya sejak gereja perdana. Oleh karena karya
tulis ini dibuat di dalam kerangka pemikiran mata kuliah Liturgika maka penulis
juga membahas konsep liturgi Perjamuan Kudus Anak yang dilayankan bersamaan
dengan Perjamuan Kudus Dewasa. Karya tulis ini juga akan membahas saran penulis
kepada gereja yang ingin mulai mempraktikkan Paedocommunion di dalam ibadah mereka.
Seputar
Paedocommunion
Perjamuan Kudus umat Kristen
didasarkan dari tradisi Yahudi, yaitu ketika Yesus merayakan Paskah dengan
mengadakan perjamuan malam bersama para murid-Nya. Makna Paskah Yahudi adalah
pengucapan syukur atas pelepasan dari perbudakan Mesir. Sementara itu, oleh
umat Kristen makna Perjamuan Paskah Yahudi tersebut diberi makna baru yang
sejajar dengan pelepasan yaitu pelepasan dari kuasa dosa sehingga dalam
Perjamuan Kudus terdapat pengucapan syukur (ευχαριστία) atas pelepasan dari
kuasa dosa. (Rachman 2015, 13).
Perjamuan
Paskah Yahudi ini bercorak keluarga. Perjamuan Paskah Yahudi ini melibatkan
anak-anak dan memberikan peran kepada mereka. Peran tersebut tampak ketika anak
terkecil dalam keluarga itu diberikan peran untuk bertanya kepada bapaknya atau
kakeknya (biasanya anak ini memang telah disiapkan oleh orang tua untuk
bertanya). Anak tersebut akan bertanya : “Pada malam lain kita makan roti
beragi atau roti tak beragi, tetapi malam ini mengapa hanya roti tak beragi?
Pada malam lain kita makan semua jenis sayuran, tetapi malam ini mengapa hanya
sayur pahit? Pada malam lain kita makan makanan yang dimasak, dipanggang, atau
direbus, tetapi mengapa malam ini hanya makanan yang dipanggang? Pada malam
lain kita mencelup satu kali, tetapi mengapa malam ini mencelup dua kali?”. Pertanyaan
tersebut merupakan isyarat bagi sang bapak untuk menjelaskannya dengan
mengisahkan kejadian Paskah Yahudi. Inilah kesempatan sang bapak untuk
menjelaskan hal-hal penting yang perlu dipahami oleh generasi penerus mengenai
sejarah Israel dan karya Allah yang melepaskan mereka dari perbudakan Mesir. (Rachman
2015, 13-14). Berdasarkan tradisi ini sebenarnya umat Kristen dapat memberikan
peranan kepada anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus sebagai salah
satu cara untuk mendidik dan mengajarkan kepada generasi penerus mengenai kisah
penyaliban dan kebangkitan Kristus yang melepaskan manusia dari kuasa dosa.
Umat Kristen merayakan
Perjamuan Kudus dengan dasar utama penetapannya berdasarkan pengalaman
Perjamuan Malam terakhir Yesus bersama murid-muridNya (atau sering juga disebut
“Perjamuan Tuhan”). Perintah Yesus ini secara eksplisit untuk merayakan
perjamuan ini dapat kita temukan di dalam Lukas 22:19 dan 1 Korintus 11:24-25.
(Widaryanto 2012, 17). “Perjamuan Tuhan” ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan
dari konteks bahwa Yesus juga hadir bersama-sama dengan orang-orang miskin dan
berdosa (Markus 2:16,19). Oleh karena itu juga, “Perjamuan Tuhan” dikaitkan
dengan kedatangan Tuhan pada akhir zaman seperti tampak oleh Paulus dalam 1
Korintus 10:21; 11:20; 11:26 dan juga sebagaimana yang ada dalam Matius 25:10.
Sehingga perayaan Perjamuan Kudus dalam konteks Alkitab adalah suatu perjamuan
yang dilakukan selain untuk mengenang “Perjamuan Tuhan” tetapi juga dilakukan
untuk menantikan kedatangan Tuhan pada akhir zaman, yang berlaku untuk semua
orang besar dan kecil, kaya dan miskin, orang berdosa, dewasa dan anak-anak.
(Widaryanto 2012, 11). Dengan dasar ini seharusnya anak-anak dapat ikut serta
di dalam Perjamuan Tuhan.
Pada zaman para
rasul dan gereja perdana, menurut I.H. Enklaar, anak-anak yang sudah dibaptis
diizinkan ikut serta dalam pelayanan sakramen perjamuan. Pada zaman ini, tidak
pernah timbul pemikiran bahwa orang-orang yang sudah dibaptis harus mencapai
tingkat pengetahuan tertentu tentang agama Kristen dan juga perilaku yang lebih
baik, untuk mengikuti sakramen perjamuan. Setiap orang, bahkan yang baru masuk
agama Kristen diijinkan ikut serta dalam perjamuan. Syaratnya hanya satu yaitu
dibaptis. (Widaryanto 2012, 33).
Memang tidak ada bukti di dalam
Alkitab secara eksplisit bahwa anak-anak diperbolehkan mengikuti Perjamuan
Kudus. Akan tetapi tidak ada bukti secara eksplisit juga bahwa anak-anak
dilarang untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Namun demikian, bila kita
melihat sejarah gereja pada jaman bapa-bapa gereja maka kita akan menemukan
dengan mudah catatan-catatan tentang praktik Perjamuan Kudus anak-anak melalui
tulisan-tulisan bapa gereja seperti Cyprianus, Justinus Martir, Agustinus.
(Adiprasetya 2015, 1-2).
Perjamuan Kudus Anak mulai berhenti
dilakukan oleh Gereja Barat ketika Konsili Lateran IV pada tahun 1215.
Keputusan tersebut berkaitan dengan kekhawatiran anak-anak akan menumpahkan
roti dan anggur yang adalah tubuh dan darah Kristus (doktrin transubstansiasi).
Keputusan ini memang erat kaitannya dengan doktrin transubstansiasi yang dianut
Gereja Katolik Roma, oleh karena doktrin inilah maka gereja takut anak-anak
akan menumpahkan anggur dan mencemarkan tubuh dan darah Kristus dan melarang
anak-anak ikut serta dalam Perjamuan Kudus. (Adiprasetya 2015, 2).
Selain doktrin transubstansiasi,
terdapat pula pandangan dari Thomas Aquinas bahwa anak-anak yang dibaptis tidak
diberikan dulu perjamuan sampai mereka “mulai menggunakan akal budinya secara
sedemikian rupa sehingga mereka mampu memahami ibadah menyangkut sakramen
tersebut”. (Widaryanto 2012, 40). Sejak
itu anak yang sudah akil balik lah (usia antara 12-14 tahun) yang boleh
mengikuti perjamuan. Barulah tahun 1910, Paus Pius X mengeluarkan dokumen Quam Singulari Christus Amore (Betapa
Istimewanya Kasih Kristus) yang menetapkan usia akal budi menjadi “sekitar
tujuh tahun, kurang lebih”. (Adiprasetya 2015, 3).
Sementara itu
Gereja Ortodoks Timur masih tetap melakukan Paedocommunion.
Hal tersebut terkait doktrin Ortodoks Timur yang berpandangan bahwa Perjamuan
Kudus adalah peristiwa manunggalnya manusia dengan Kristus, karena Tubuh dan
Darah-Nya secara sakramental masuk ke dalam diri manusia dan manusia menjadi manunggal
denganNya. Dengan manunggalnya tersebut maka kita diangkat ke dalam realitas
sorgawi dimana Kristus ada, dan bukannya kita menurunkan Kristus untuk masuk ke
dalam roti dan anggur. Hal ini jelas berbeda dengan Katolik Roma yang
menurunkan Kristus ke atas altar dalam Perjamuan Kudus. Menurut Ortodoks Timur,
Perjamuan Kudus adalah sebuah misteri, yang dicoba diperingati dan dihadirkan
kembali dengan kuasa Roh Kudus (anamnesis).
Sehingga anak-anak perlu ikut serta tanpa harus khawatir roti dan anggur
tertumpah karena bagi Ortodoks Timur, Kristus telah hadir sejak persiapan
sampai pembagian roti dan anggur. (Bambang 2001, 20-21, 30).
Pada jaman
reformator, Luther, Calvin memiliki pandangan masing-masing yang berbeda-beda.
Menurut Luther secara prinsip menerima paedocommunion
meskipun tidak mempromosikannya secara aktif (Adiprasetya 2015, 3). Sementara
Calvin, bersikap tidak konsisten karena ketika berurusan dengan baptisan, ia
menolak kaum anabaptis yang menolak baptisan anak, argumen Calvin memakai
alasan bahwa anugerah Allah melampaui “pemahaman”. Pada sisi lain ketika
berurusan dengan perjamuan Calvin secara tidak konsisten justru mengajukan
arguman “pemahaman” juga, karena menurutnya anak-anak belum bisa memahami makna
perjamuan dan belum bisa memeriksa diri. Tentu saja hal ini sebuah
inkonsistensi yang patut dipertanyakan. (Adiprasetya 2015, 3-4).
Konsep
Liturgi Paedocommunion
Konsep
liturgi Perjamuan Kudus anak yang saya buat ini diadopsi dan disadur dari Liturgi Perjamuan
Kudus GKI (Credocommunion) yang diterbitkan oleh BPMS GKI. Liturgi ini
diubah dan dimodifikasi untuk keperluan Perjamuan Kudus anak. (BPMS GKI 2006,
54-60). Perjamuan Kudus Anak menurut saya paling baik adalah dilakukan
bersama-sama dengan dewasa sejak awal, tidak dipisah, dan sejak awal liturgi dirancang
untuk dilakukan bersama-sama dengan memperhatikan unsur anak-anak dan orang
tua. Konsep liturgi Perjamuan Kudus Anak ini telah dipakai juga dalam
presentasi kelompok 3 kelas Liturgika, di mana penulis menjadi anggota kelompok
yang bagiannya membuat konsep tersebut. Hanya saja, waktu itu konsep liturgi
Perjamuan Kudus Anak dilaksanakan
dengan teknis, pada
awalnya ibadah anak dilaksanakan terpisah dengan ibadah dewasa dan kemudian
digabungkan ketika memasuki Perjamuan Kudus. Liturgi Perjamuan
Kudus Anak pada karya tulis ini memakai teknis dilakukan bersama-sama dengan
dewasa sejak awal, tidak dipisah, dan sejak awal liturgi dirancang untuk
dilakukan bersama-sama dengan memperhatikan unsur anak-anak dan orang tua.
Anak-anak
yang diperbolehkan mengikuti Perjamuan Kudus adalah anak-anak yang telah
dibaptis. Batasan usia bagi anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus
anak adalah 7 tahun ke atas (mengikuti anjuran usia akal budi menurut Paus Pius
X). (Adiprasetya 2015, 3). Anggur dalam Perjamuan Kudus anak diganti dengan
sirop atau minuman rasa anggur untuk anak-anak sementara orang dewasa tetap
menggunakan anggur seperti biasa. Berikut konsep liturgi Perjamuan Kudus anak
tersebut :
LITURGI PERJAMUAN KUDUS (bersama dengan anak-anak)
PL : Pemimpin Liturgi; J : Jemaat; PF : Pelayan Firman;
PL : Pemimpin Liturgi; J : Jemaat; PF : Pelayan Firman;
A : Anak-anak; OT : Orang Tua S/I: Suami/Istri
Saat Teduh
Saat Teduh
(Orang
Tua dan anak-anak telah duduk di bangku yang berdekatan)
Lonceng dibunyikan
A. Jemaat Berhimpun
(Jemaat berdiri)
1. Prosesi dengan nyanyian prosesi
2. Votum
PL : Keluarga Allah yang terkasih, Allah telah memanggil kita untuk
beribadah bersama di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
J : (menyanyikan) Amin, amin, amin
3. Salam
PL : Tuhan beserta Saudara!
J : Dan beserta saudara juga!
(Jemaat duduk)
(Jemaat duduk)
4. Kata Pembuka dan Doa Pembuka
PL : Jemaat Tuhan yang terkasih, kebaktian kita
hari ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Paskah dengan Tema “Mengapa
Kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?”. Dalam ibadah ini kita juga akan merayakan kegembiraan
Perjamuan Kudus bersama dengan anak-anak. Perjamuan ini adalah pesta kasih,
pesta perayaan kemenangan Tuhan Yesus, Pada hari yang sama seperti hari ini,
yaitu hari Minggu Paskah, Ia bangkit dari kematian. Perjamuan Kudus ini
dilakukan sejak dahulu oleh semua pengikut Tuhan Yesus. Kita semua sebagai
anak-anak Tuhan, juga akan selalu merayakannya. Nats pembimbing kita hari ini
terambil dari Lukas 24:5 yang berbunyi demikian (membacakan Luk 24:5). Untuk
membuka ibadah kita, marilah kita berdoa :
PL : Ya Allah yang terkasih, kami umatmu berkumpul saat ini,
memperingati kebangkitanMu dan berdoa kepadaMu.
OT : Kiranya Allah hadir, menyertai dan memberkati ibadah kami
saat ini.
PL : Kiranya Allah memampukan kami untuk beribadah kepada-Mu.
A : Dengarkanlah doa kami Ya Allah, anak-anakMu ini.
J : Amin
5. Nyanyian Jemaat
6. Pengakuan Dosa
PL : Jemaat terkasih, kita menyadari bahwa sebagai manusia kita berdosa,
maka saat ini mari kita mengaku dosa kita dan memohon ampun kepada Allah. Mari
berdoa:
PL : Ya, Allah yang Maha mengetahui, kami menghadap kepadaMu
OT : Kami mengakui seluruh dosa-dosa kami di hadapanMu
A : Kami menyesal ya Allah atas seluruh dosa-dosa kami.
J : dan kami memohon ampun kepada Mu
PL : Ampunilah kami ya Allah, dan layakkanlah kami, kami mohon di dalam
Yesus Kristus PutraMu. Amin
7. Nyanyian Jemaat
(Jemaat berdiri)
8. Berita Anugerah
PL : Jemaat terkasih kini dengarkanlah berita anugerah dari Allah yang
terambil dari Kisah Para Rasul 13: 38-39 yang berbunyi demikian: “Jadi ketahuilah,
hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu
pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh
pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”. Demikianlah
berita anugerah dari Tuhan.
J : Syukur kepada Allah!
9. Nyanyian Jemaat
(Jemaat duduk)
B. Pelayanan Firman
10. Doa pelayanan firman
PF: Jemaat terkasih, sebelum kita membaca Alkitab kita dan merenungkannya, mari kita berdoa, memohon penyertaan Roh Kudus untuk menuntun pembacaan dan perenungan kita saat ini. (PF berdoa diakhiri dengan “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus)
10. Doa pelayanan firman
PF: Jemaat terkasih, sebelum kita membaca Alkitab kita dan merenungkannya, mari kita berdoa, memohon penyertaan Roh Kudus untuk menuntun pembacaan dan perenungan kita saat ini. (PF berdoa diakhiri dengan “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus)
J: Amin
11. Pembacaan Alkitab
Bacaan pertama (dari Perjanjian Lama): dibacakan oleh perwakilan orang tua, Mazmur tanggapan : Mazmur didaraskan oleh Cantoria, Bacaan kedua (dari Perjanjian Baru): dibacakan oleh perwakilan anak-anak, Injil: dibacakan oleh Pendeta dan Jemaat berdiri.
Bacaan pertama (dari Perjanjian Lama): dibacakan oleh perwakilan orang tua, Mazmur tanggapan : Mazmur didaraskan oleh Cantoria, Bacaan kedua (dari Perjanjian Baru): dibacakan oleh perwakilan anak-anak, Injil: dibacakan oleh Pendeta dan Jemaat berdiri.
(Bacaan pertama dan kedua)
PL : (setelah selesai membacakan teks) Demikianlah sabdar Tuhan!
J : Amin!
(Injil)
PF : Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang
mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya. Haleluya!
J : Haleluya (3x)
12. Khotbah
(PF berkhotbah dengan menyesuaikan diri atas keterlibatan anak-anak dalam ibadah agar dimengerti juga oleh anak-anak).
(PF berkhotbah dengan menyesuaikan diri atas keterlibatan anak-anak dalam ibadah agar dimengerti juga oleh anak-anak).
13. Saat Hening
(Jemaat berdiri)
14. Pengakuan Iman
PL : Keluarga Allah terkasih, marilah kita bersama dengan umat Allah dari
segala abad dan tempat mengingat pengakuan pada baptisan kita menurut Pengakuan
Iman Rasuli. (Jemaat beserta anak-anak usia 7 tahun ke atas yang telah dibaptis
mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli).
(Jemaat duduk)
15. Doa Syafaat (Pendeta berdoa syafaat dan juga mendoakan pokok doa terkait anak-anak di Indonesia agar Tuhan memelihara dan menjaga mereka).
16. Nyanyian Jemaat
C.Pelayanan Persembahan
15. Doa Syafaat (Pendeta berdoa syafaat dan juga mendoakan pokok doa terkait anak-anak di Indonesia agar Tuhan memelihara dan menjaga mereka).
16. Nyanyian Jemaat
C.Pelayanan Persembahan
17. Nas Persembahan (PL membacakan Nats
persembahan)
18. Nyanyian Jemaat (Jemaat bernyanyi 2 bait
kemudian kantong persembahan diedarkan, petugas pengumpul persembahan merupakan
kombinasi antara orang tua dengan anak yang telah ditunjuk sebelumnya, setelah
itu jemaat bernyanyi 1 bait sebelum ditutup dengan doa persembahan).
(Jemaat berdiri)
19. Doa Persembahan (oleh seorang anak yang
telah ditunjuk sebelumnya)
(Jemaat duduk)
D. Perayaan Perjamuan Kudus (bersama dengan anak-anak)
(Anak-anak usia 7 tahun ke atas dan telah dibaptis diperbolehkan mengikuti Perayaan Perjamuan Kudus)
(Anak-anak usia 7 tahun ke atas dan telah dibaptis diperbolehkan mengikuti Perayaan Perjamuan Kudus)
20. Pengantar
PF: Saat ini kita bersama-sama merayakan perjamuan kudus, karena Tuhan Yesus Kristus sendirilah yang menetapkannya dan mengundang kita untuk melakukannya. Perjamuan kudus ini diperuntukkan bagi saudara-saudara yang telah dibaptiskan dan mengaku percaya serta kami juga mengundang anak-anak usia 7 tahun ke atas dan telah dibaptis anak untuk turut serta merayakan Perjamuan Kudus. Kami juga menyambut dengan sukacita saudara-saudara yang berasal dari gereja lain yang bersedia dan siap untuk merayakan perjamuan kudus bersama dengan kami saat ini. Agar perjamuan kudus ini menjadi berkat bagi kita maka kita harus memeriksa diri kita masing-masing di hadapan Tuhan. Apakah kita hidup dalam damai dengan Allah?
J : Ya,
kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan Allah walaupun kami mengakui kami
tidak sempurna.
PF : Apakah
kita hidup dalam damai dengan sesama kita, dengan istri atau suami?
S/I : Ya,
kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan istri/suami kami walaupun kami
mengakui kami tidak sempurna.
PF : Apakah
kita hidup dalam damai dengan orangtua atau anak kita?
A dan OT
: Ya, kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan orangtua/anak kami walaupun
kami mengakui kami tidak sempurna.
PF : Apakah
kita hidup dalam damai dengan saudara-saudara, dengan teman dan tetangga dan
dengan siapa pun yang kita jumpai dalam kehidupan kita?
J : Ya,
kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan semua walaupun kami mengakui kami
tidak sempurna.
PF : Di dalam
ketidaksempurnaan kita, kita percaya Allah menyucikan kita dari segala dosa
kita, membarui hidup kita, memampukan kita untuk mempersaksikan kasih Kristus
melalui hidup kita, dan melayakkan kita untuk merayakan perjamuan kudus saat
ini.
21. Pengarahan Hati
PF: Marilah kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan
J: Kami mengarahkan hati kepada Tuhan
PF : Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan, Allah kita.
J : Sungguh layak bersyukur kepada Nya.
22. Doa Syukur
PF : Ya Allah
kami bersyukur karena kami dipersatukan dalam
baptisan di dalam tubuh Kristus.
OT : Ya Allah kami pun bersyukur karena kami engkau undang mengikuti
perjamuan Kudus ini.
A : Kami menyambut perjamuan Kudus ini dengan penuh rasa syukur dan
hormat ya Allah.
PF : Dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus kami telah berdoa dan mengucap
syukur.
J : Amin.
23. Prefasi dan Sanctus-Benedictus
PF: Ya Allah yang kudus, kami bersyukur kepadaMu, sebab Engkau Pencipta alam semesta, yang memelihara dengan penuh kasih sayang. Kami bersyukur karena anakMu Yesus Kristus, yang menjadi Jalan, Kebenaran, dan Hidup bagi kami. Kami bersyukur karena Roh Kudus yang Engkau kirimkan untuk mengajar dan menghibur kami dalam kehidupan anak-anakmu ini.
J: Menyanyikan Sanctus-Benedictus, KJ 310 “Kudus, kudus, kuduslah”
24. Penetapan Perjamuan Kudus
PF: Kita bersyukur karena Bapa yang Mahakudus senantiasa menyertai kita, dan Kristus mengundang kita untuk mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini. Kita juga meyakini bahwa Kristus juga mengundang anak-anak untuk turut serta dalam perjamuan kudus dan jangan sampai kita menghalang-halangi anak-anak datang kepadaNya sebab orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 19:14). Kita yakin bahwa Roh Kudus telah dicurahkan atas kita, sehingga dengan iman kita mengalami kehadiran Kristus bersama kita di sini. Kristus yang pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu mengucapkan syukur atasnya. Ia memecah-mecahkannya dan berkata “Inilah Tubuhku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”. Kristus, yang juga mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu. Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”. (PF mengambil roti dan memecahkan, mengambil cawan dan mengangkat ke atas saat bagian tersebut dibacakan)
J: Kematian Kristus kita wartakan! Kebangkitan Kristus kita rayakan! Kedatangan Kristus kita nantikan!
PF: Ya Allah yang kudus, kami bersyukur kepadaMu, sebab Engkau Pencipta alam semesta, yang memelihara dengan penuh kasih sayang. Kami bersyukur karena anakMu Yesus Kristus, yang menjadi Jalan, Kebenaran, dan Hidup bagi kami. Kami bersyukur karena Roh Kudus yang Engkau kirimkan untuk mengajar dan menghibur kami dalam kehidupan anak-anakmu ini.
J: Menyanyikan Sanctus-Benedictus, KJ 310 “Kudus, kudus, kuduslah”
24. Penetapan Perjamuan Kudus
PF: Kita bersyukur karena Bapa yang Mahakudus senantiasa menyertai kita, dan Kristus mengundang kita untuk mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini. Kita juga meyakini bahwa Kristus juga mengundang anak-anak untuk turut serta dalam perjamuan kudus dan jangan sampai kita menghalang-halangi anak-anak datang kepadaNya sebab orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 19:14). Kita yakin bahwa Roh Kudus telah dicurahkan atas kita, sehingga dengan iman kita mengalami kehadiran Kristus bersama kita di sini. Kristus yang pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu mengucapkan syukur atasnya. Ia memecah-mecahkannya dan berkata “Inilah Tubuhku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”. Kristus, yang juga mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu. Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”. (PF mengambil roti dan memecahkan, mengambil cawan dan mengangkat ke atas saat bagian tersebut dibacakan)
J: Kematian Kristus kita wartakan! Kebangkitan Kristus kita rayakan! Kedatangan Kristus kita nantikan!
25. Peringatan akan Kristus
PF: Saat ini kita memperingati peristiwa karya kasih Allah yang menyelamatkan dunia dalam diri Kristus PutraNya.
A: Ayah ibu siapakah Kristus?
OT : Anakku, Yesus adalah Anak Allah. Ia adalah wujud nyata karya Kasih
Allah yang menyelamatkan dunia melalui kelahiran dan kehidupanNya di antara
manusia, pembaptisan-Nya, perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya,
kematianNya, kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya yang penuh kemuliaan. Kita
merindukan kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman untuk menggenapi segala
sesuatu.
PF : Maka sebagai persekutuan yang dipersatukan dengan dan dalam Kristus,
kita mengingat pengurbanan Kristus yang menyelamatkan, yang dikaruniakan kepada
umat manusia di semua tempat.
J: Terpujilah Kristus
PF: Ketika kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini, Roh Kudus menolong kita sehingga kita dipersatukan dalam Kristus menjadi satu tubuh dan satu roh, dan menjadi persembahan yang hidup bagi Allah.
PF: Ketika kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini, Roh Kudus menolong kita sehingga kita dipersatukan dalam Kristus menjadi satu tubuh dan satu roh, dan menjadi persembahan yang hidup bagi Allah.
J :
Terpujilah Roh Kudus
PF : Melalui
Kristus, dengan Kristus, dalam Kristus, semua hormat dan kemuliaan bagi Allah
Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, sekarang dan selamanya.
J :
Terpujilah Bapa, Anak dan Roh Kudus!
26. Doa Bapa Kami (Doa Bapa Kami diucapkan secara bersama, bisa dengan dinyanyikan)
27. Salam Damai
PF: Tuhan telah mengampuni dan mempersatukan kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam damai dan pengampunan. Damai Tuhan bersertamu!
J: Dan besertamu juga!
(jemaat bersalaman sambil mengucapkan “Damai Tuhan besertamu”)
(setelah selesai bersalaman jemaat duduk kembali)
PF: Tuhan telah mengampuni dan mempersatukan kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam damai dan pengampunan. Damai Tuhan bersertamu!
J: Dan besertamu juga!
(jemaat bersalaman sambil mengucapkan “Damai Tuhan besertamu”)
(setelah selesai bersalaman jemaat duduk kembali)
28. Pemecahan Roti
PF: (sambil memecah-mecahkan roti) Roti yang dipecahkan ini adalah persekutuan kita dengan Tubuh Kristus.
29. Pembagian Roti
PF :
Ambillah! (roti diedarkan)
PF : Ingat
dan percayalah bahwa tubuh Tuhan kita, Yesus Kristus telah diserahkan bagi
keselamatan dunia! Makanlah!(jemaat memakan roti secara bersama)
30. Penuangan Air Anggur
PF : (sambil menuangkan air anggur ke cawan lalu mengangkat cawan) Cawan
minuman syukur ini adalah persekutuan kita dengan darah Kristus.
31. Pembagian Air Anggur
PF :
Ambillah! (Air anggur diedarkan, anak-anak dipersilakan mengambil sirop atau
minuman rasa anggur)
PF : Ingat
dan percayalah bahwa darah Tuhan kita, Yesus Kristus telah dicurahkan bagi
keselamatan dunia!minumlah!(jemaat meminum air anggur secara bersama)
32. Ungkapan Syukur (Mazmur 103:1-5)
PL : Dari Daud. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
J: Pujilah Tuhan,
hai jiwaku,dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
OT: Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,yang menyembuhkan segala
penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang
kubur,yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
A : Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,sehingga masa mudamu
menjadi baru seperti pada burung rajawali.
E. Pengutusan
(Jemaat berdiri)
33. Nyanyian Jemaat
33. Nyanyian Jemaat
34. Pengutusan
PF: Keluarga Allah terkasih, kini pergilah dalam damai sejahtera untuk
melayani Allah karena Kristus sudah bangkit untuk kita.
J : Syukur kepada Allah.
35. Berkat
PF
: (menyampaikan
berkat menurut Bilangan 6:24-26)
J:
Menyanyikan
Haleluya (5x), Amin (3x)
Saran
penulis kepada gereja yang ingin mulai mempraktikkan Paedocommunion
Bagi gereja yang
ingin mulai mempraktikkan Paedocommunion di
Indonesia, terutama yang meneruskan tradisi Calvinis seperti GKI (gereja saya),
maka perlu memaknai dan meninjau ulang doktrin terkait Perjamuan Kudus. GKI
(karena saya GKI maka saya memberikan saran saya untuk GKI), perlu membahas
ulang Tata Laksana pasal 25 terkait Perjamuan Kudus, terutama ayat 2 (terkait
Sidi) dan ayat 3 dan 6 (terkait teori “pemahaman”). Selain itu GKI juga perlu
mengatasi permasalahan teknis yang merepotkan terkait anggapan bahwa anak-anak
berisik dan ribut ketika Perjamuan Kudus. GKI perlu memberikan pemahaman bahwa
seribut apapun anak-anak mereka tetap perlu ikut dan dikenalkan hal Perjamuan
Kudus. (Adiprasetya 2015, 5). (BPMS GKI 2009, 72-73). Selain itu, gereja juga
harus memikirkan ulang ruang ibadah yang nyaman bagi anak-anak.
Terkait
teori “pemahaman” kita perlu memikirkan apakah anak-anak dan seseorang yang mentally challenged dikecualikan begitu
saja dari Perjamuan Kudus, padahal Yesus juga hadir bersama dengan mereka.
Kalau kita berpegang konsisten kepada pemahaman bahwa anugerah Allah yang melampaui
batas dan berlaku bagi semua orang terlepas dari tingkat pemahamannya, maka
mereka juga perlu ikut serta dalam Perjamuan Kudus. (Adiprasetya 2015, 5).
Terkait
persyaratan bahwa mereka yang sudah Sidi lah yang bisa ikut Perjamuan Kudus
maka gereja harus berani untuk memajukan batas usia Sidi. Saya menyarankan
batas usia Sidi dimajukan pada usia 6-7 tahun sehingga anak-anak usia 7-8 tahun
dapat mengikuti Perjamuan Kudus. Analoginya adalah anak-anak sekolah supaya pintar dan bukan menunggu
pintar dulu baru kemudian sekolah. Alangkah lebih baik bila kita memajukan usia
anak-anak untuk sidi semenjak dini agar mereka lebih dapat mengerti tentang
Kristus dan akhirnya dapat mengikuti perjamuan. Persoalannya adalah, beranikah
kita memajukan sidi, agar jemaat lebih cepat “dewasa secara rohani”? Itulah
tantangan kita bersama.
Daftar
Acuan
Rachman, Rasid.
2015. Hari raya liturgi : sejarah dan
pesan pastoral gereja. Jakarta : BPK
Gunung
Mulia.
Widaryanto,
Aris. 2012. Sakramen Perjamuan bagi
anak-anak : Telaah atas keikutsertaan anak-
anak dalam Perjamuan Kudus.
Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen.
Adiprasetya,
Joas. 25 Januari 2015. Makalah pembinaan
Majelis Jemaat GKI Kebayoran Baru :
Perjamuan Kudus Kanak-Kanak
(Paedocommunion). Jakarta : MJ GKI Kebayoran Baru.
Bambang,
Arkhimandrit Daniel. 2001. Perjamuan
Kudus. Jakarta : Satya Widya Graha.
Badan Pekerja
Majelis Sinode GKI. 2006. Liturgi Gereja
Kristen Indonesia. Jakarta : BPMS
GKI.
Badan Pekerja
Majelis Sinode GKI 2009. Tata Gereja dan
Tata Laksana Gereja Kristen
Indonesia.
Jakarta : Badan Pekerja Majelis Sinode GKI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar