Rabu, 25 Mei 2016



Liturgi Perjamuan Kudus Anak (Paedocommunion)

            Perjamuan Kudus Anak belakangan ini kembali mulai diperbincangkan, diperdebatkan dan bahkan beberapa gereja mulai mempraktikkannya. Meskipun demikian sebenarnya isu ini sendiri bukanlah isu baru dan telah menjadi bahan perbincangan sejak dulu. Keadaan zaman yang telah berubah menuju ke arah kemerosotan moral menyebabkan orang tua khawatir terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak mereka. Melihat keadaan itu, gereja dan orang tua mulai berpikir ulang untuk mulai mengenalkan dan mengajarkan agama sejak kecil kepada anak-anak, termasuk mengenalkan Perjamuan Kudus kepada mereka.
            Karya tulis ini akan membahas Perjamuan Kudus Anak beserta perkembangannya sejak gereja perdana. Oleh karena karya tulis ini dibuat di dalam kerangka pemikiran mata kuliah Liturgika maka penulis juga membahas konsep liturgi Perjamuan Kudus Anak yang dilayankan bersamaan dengan Perjamuan Kudus Dewasa. Karya tulis ini juga akan membahas saran penulis kepada gereja yang ingin mulai mempraktikkan Paedocommunion di dalam ibadah mereka.

Seputar Paedocommunion
            Perjamuan Kudus umat Kristen didasarkan dari tradisi Yahudi, yaitu ketika Yesus merayakan Paskah dengan mengadakan perjamuan malam bersama para murid-Nya. Makna Paskah Yahudi adalah pengucapan syukur atas pelepasan dari perbudakan Mesir. Sementara itu, oleh umat Kristen makna Perjamuan Paskah Yahudi tersebut diberi makna baru yang sejajar dengan pelepasan yaitu pelepasan dari kuasa dosa sehingga dalam Perjamuan Kudus terdapat pengucapan syukur (ευχαριστία) atas pelepasan dari kuasa dosa. (Rachman 2015, 13).
Perjamuan Paskah Yahudi ini bercorak keluarga. Perjamuan Paskah Yahudi ini melibatkan anak-anak dan memberikan peran kepada mereka. Peran tersebut tampak ketika anak terkecil dalam keluarga itu diberikan peran untuk bertanya kepada bapaknya atau kakeknya (biasanya anak ini memang telah disiapkan oleh orang tua untuk bertanya). Anak tersebut akan bertanya : “Pada malam lain kita makan roti beragi atau roti tak beragi, tetapi malam ini mengapa hanya roti tak beragi? Pada malam lain kita makan semua jenis sayuran, tetapi malam ini mengapa hanya sayur pahit? Pada malam lain kita makan makanan yang dimasak, dipanggang, atau direbus, tetapi mengapa malam ini hanya makanan yang dipanggang? Pada malam lain kita mencelup satu kali, tetapi mengapa malam ini mencelup dua kali?”. Pertanyaan tersebut merupakan isyarat bagi sang bapak untuk menjelaskannya dengan mengisahkan kejadian Paskah Yahudi. Inilah kesempatan sang bapak untuk menjelaskan hal-hal penting yang perlu dipahami oleh generasi penerus mengenai sejarah Israel dan karya Allah yang melepaskan mereka dari perbudakan Mesir. (Rachman 2015, 13-14). Berdasarkan tradisi ini sebenarnya umat Kristen dapat memberikan peranan kepada anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus sebagai salah satu cara untuk mendidik dan mengajarkan kepada generasi penerus mengenai kisah penyaliban dan kebangkitan Kristus yang melepaskan manusia dari kuasa dosa.
            Umat Kristen merayakan Perjamuan Kudus dengan dasar utama penetapannya berdasarkan pengalaman Perjamuan Malam terakhir Yesus bersama murid-muridNya (atau sering juga disebut “Perjamuan Tuhan”). Perintah Yesus ini secara eksplisit untuk merayakan perjamuan ini dapat kita temukan di dalam Lukas 22:19 dan 1 Korintus 11:24-25. (Widaryanto 2012, 17). “Perjamuan Tuhan” ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks bahwa Yesus juga hadir bersama-sama dengan orang-orang miskin dan berdosa (Markus 2:16,19). Oleh karena itu juga, “Perjamuan Tuhan” dikaitkan dengan kedatangan Tuhan pada akhir zaman seperti tampak oleh Paulus dalam 1 Korintus 10:21; 11:20; 11:26 dan juga sebagaimana yang ada dalam Matius 25:10. Sehingga perayaan Perjamuan Kudus dalam konteks Alkitab adalah suatu perjamuan yang dilakukan selain untuk mengenang “Perjamuan Tuhan” tetapi juga dilakukan untuk menantikan kedatangan Tuhan pada akhir zaman, yang berlaku untuk semua orang besar dan kecil, kaya dan miskin, orang berdosa, dewasa dan anak-anak. (Widaryanto 2012, 11). Dengan dasar ini seharusnya anak-anak dapat ikut serta di dalam Perjamuan Tuhan.
            Pada zaman para rasul dan gereja perdana, menurut I.H. Enklaar, anak-anak yang sudah dibaptis diizinkan ikut serta dalam pelayanan sakramen perjamuan. Pada zaman ini, tidak pernah timbul pemikiran bahwa orang-orang yang sudah dibaptis harus mencapai tingkat pengetahuan tertentu tentang agama Kristen dan juga perilaku yang lebih baik, untuk mengikuti sakramen perjamuan. Setiap orang, bahkan yang baru masuk agama Kristen diijinkan ikut serta dalam perjamuan. Syaratnya hanya satu yaitu dibaptis. (Widaryanto 2012, 33).
            Memang tidak ada bukti di dalam Alkitab secara eksplisit bahwa anak-anak diperbolehkan mengikuti Perjamuan Kudus. Akan tetapi tidak ada bukti secara eksplisit juga bahwa anak-anak dilarang untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus. Namun demikian, bila kita melihat sejarah gereja pada jaman bapa-bapa gereja maka kita akan menemukan dengan mudah catatan-catatan tentang praktik Perjamuan Kudus anak-anak melalui tulisan-tulisan bapa gereja seperti Cyprianus, Justinus Martir, Agustinus. (Adiprasetya 2015, 1-2).
            Perjamuan Kudus Anak mulai berhenti dilakukan oleh Gereja Barat ketika Konsili Lateran IV pada tahun 1215. Keputusan tersebut berkaitan dengan kekhawatiran anak-anak akan menumpahkan roti dan anggur yang adalah tubuh dan darah Kristus (doktrin transubstansiasi). Keputusan ini memang erat kaitannya dengan doktrin transubstansiasi yang dianut Gereja Katolik Roma, oleh karena doktrin inilah maka gereja takut anak-anak akan menumpahkan anggur dan mencemarkan tubuh dan darah Kristus dan melarang anak-anak ikut serta dalam Perjamuan Kudus. (Adiprasetya 2015, 2).
            Selain doktrin transubstansiasi, terdapat pula pandangan dari Thomas Aquinas bahwa anak-anak yang dibaptis tidak diberikan dulu perjamuan sampai mereka “mulai menggunakan akal budinya secara sedemikian rupa sehingga mereka mampu memahami ibadah menyangkut sakramen tersebut”. (Widaryanto 2012, 40).       Sejak itu anak yang sudah akil balik lah (usia antara 12-14 tahun) yang boleh mengikuti perjamuan. Barulah tahun 1910, Paus Pius X mengeluarkan dokumen Quam Singulari Christus Amore (Betapa Istimewanya Kasih Kristus) yang menetapkan usia akal budi menjadi “sekitar tujuh tahun, kurang lebih”. (Adiprasetya 2015, 3).
            Sementara itu Gereja Ortodoks Timur masih tetap melakukan Paedocommunion. Hal tersebut terkait doktrin Ortodoks Timur yang berpandangan bahwa Perjamuan Kudus adalah peristiwa manunggalnya manusia dengan Kristus, karena Tubuh dan Darah-Nya secara sakramental masuk ke dalam diri manusia dan manusia menjadi manunggal denganNya. Dengan manunggalnya tersebut maka kita diangkat ke dalam realitas sorgawi dimana Kristus ada, dan bukannya kita menurunkan Kristus untuk masuk ke dalam roti dan anggur. Hal ini jelas berbeda dengan Katolik Roma yang menurunkan Kristus ke atas altar dalam Perjamuan Kudus. Menurut Ortodoks Timur, Perjamuan Kudus adalah sebuah misteri, yang dicoba diperingati dan dihadirkan kembali dengan kuasa Roh Kudus (anamnesis). Sehingga anak-anak perlu ikut serta tanpa harus khawatir roti dan anggur tertumpah karena bagi Ortodoks Timur, Kristus telah hadir sejak persiapan sampai pembagian roti dan anggur. (Bambang 2001, 20-21, 30).
            Pada jaman reformator, Luther, Calvin memiliki pandangan masing-masing yang berbeda-beda. Menurut Luther secara prinsip menerima paedocommunion meskipun tidak mempromosikannya secara aktif (Adiprasetya 2015, 3). Sementara Calvin, bersikap tidak konsisten karena ketika berurusan dengan baptisan, ia menolak kaum anabaptis yang menolak baptisan anak, argumen Calvin memakai alasan bahwa anugerah Allah melampaui “pemahaman”. Pada sisi lain ketika berurusan dengan perjamuan Calvin secara tidak konsisten justru mengajukan arguman “pemahaman” juga, karena menurutnya anak-anak belum bisa memahami makna perjamuan dan belum bisa memeriksa diri. Tentu saja hal ini sebuah inkonsistensi yang patut dipertanyakan. (Adiprasetya 2015, 3-4).

Konsep Liturgi Paedocommunion
            Konsep liturgi Perjamuan Kudus anak yang saya buat ini diadopsi dan disadur dari Liturgi Perjamuan Kudus GKI (Credocommunion) yang diterbitkan oleh BPMS GKI. Liturgi ini diubah dan dimodifikasi untuk keperluan Perjamuan Kudus anak. (BPMS GKI 2006, 54-60). Perjamuan Kudus Anak menurut saya paling baik adalah dilakukan bersama-sama dengan dewasa sejak awal, tidak dipisah, dan sejak awal liturgi dirancang untuk dilakukan bersama-sama dengan memperhatikan unsur anak-anak dan orang tua. Konsep liturgi Perjamuan Kudus Anak ini telah dipakai juga dalam presentasi kelompok 3 kelas Liturgika, di mana penulis menjadi anggota kelompok yang bagiannya membuat konsep tersebut. Hanya saja, waktu itu konsep liturgi Perjamuan Kudus Anak dilaksanakan dengan teknis, pada awalnya ibadah anak dilaksanakan terpisah dengan ibadah dewasa dan kemudian digabungkan ketika memasuki Perjamuan Kudus. Liturgi Perjamuan Kudus Anak pada karya tulis ini memakai teknis dilakukan bersama-sama dengan dewasa sejak awal, tidak dipisah, dan sejak awal liturgi dirancang untuk dilakukan bersama-sama dengan memperhatikan unsur anak-anak dan orang tua.
Anak-anak yang diperbolehkan mengikuti Perjamuan Kudus adalah anak-anak yang telah dibaptis. Batasan usia bagi anak-anak untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus anak adalah 7 tahun ke atas (mengikuti anjuran usia akal budi menurut Paus Pius X). (Adiprasetya 2015, 3). Anggur dalam Perjamuan Kudus anak diganti dengan sirop atau minuman rasa anggur untuk anak-anak sementara orang dewasa tetap menggunakan anggur seperti biasa. Berikut konsep liturgi Perjamuan Kudus anak tersebut :

LITURGI PERJAMUAN KUDUS (bersama dengan anak-anak)

PL : Pemimpin Liturgi; J : Jemaat;  PF : Pelayan Firman;
A : Anak-anak; OT : Orang Tua S/I: Suami/Istri

Saat Teduh
(Orang Tua dan anak-anak telah duduk di bangku yang berdekatan)

Lonceng dibunyikan

A. Jemaat Berhimpun
(Jemaat berdiri)
1. Prosesi dengan nyanyian prosesi
2. Votum
PL : Keluarga Allah yang terkasih, Allah telah memanggil kita untuk beribadah bersama di dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
J : (menyanyikan) Amin, amin, amin

3. Salam
PL : Tuhan beserta Saudara!
J : Dan beserta saudara juga!
(Jemaat duduk)

4. Kata Pembuka dan Doa Pembuka
PL : Jemaat Tuhan yang terkasih, kebaktian kita hari ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Paskah dengan Tema “Mengapa Kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati?”. Dalam ibadah ini kita juga akan merayakan kegembiraan Perjamuan Kudus bersama dengan anak-anak. Perjamuan ini adalah pesta kasih, pesta perayaan kemenangan Tuhan Yesus, Pada hari yang sama seperti hari ini, yaitu hari Minggu Paskah, Ia bangkit dari kematian. Perjamuan Kudus ini dilakukan sejak dahulu oleh semua pengikut Tuhan Yesus. Kita semua sebagai anak-anak Tuhan, juga akan selalu merayakannya. Nats pembimbing kita hari ini terambil dari Lukas 24:5 yang berbunyi demikian (membacakan Luk 24:5). Untuk membuka ibadah kita, marilah kita berdoa :
PL : Ya Allah yang terkasih, kami umatmu berkumpul saat ini, memperingati kebangkitanMu dan berdoa kepadaMu.
OT : Kiranya Allah hadir, menyertai dan memberkati ibadah kami saat ini.
PL : Kiranya Allah memampukan kami untuk beribadah kepada-Mu.
A : Dengarkanlah doa kami Ya Allah, anak-anakMu ini.
J : Amin

5. Nyanyian Jemaat
6. Pengakuan Dosa
PL : Jemaat terkasih, kita menyadari bahwa sebagai manusia kita berdosa, maka saat ini mari kita mengaku dosa kita dan memohon ampun kepada Allah. Mari berdoa:
PL : Ya, Allah yang Maha mengetahui, kami menghadap kepadaMu
OT : Kami mengakui seluruh dosa-dosa kami di hadapanMu
A : Kami menyesal ya Allah atas seluruh dosa-dosa kami.
J : dan kami memohon ampun kepada Mu
PL : Ampunilah kami ya Allah, dan layakkanlah kami, kami mohon di dalam Yesus Kristus PutraMu. Amin

7. Nyanyian Jemaat
(Jemaat berdiri)
8. Berita Anugerah
PL : Jemaat terkasih kini dengarkanlah berita anugerah dari Allah yang terambil dari Kisah Para Rasul 13: 38-39 yang berbunyi demikian: “Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Dan di dalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa”. Demikianlah berita anugerah dari Tuhan.
J : Syukur kepada Allah!

9. Nyanyian Jemaat
(Jemaat duduk) 

B. Pelayanan Firman
10. Doa pelayanan firman
PF: Jemaat terkasih, sebelum kita membaca Alkitab kita dan merenungkannya, mari kita berdoa, memohon penyertaan Roh Kudus untuk menuntun pembacaan dan perenungan kita saat ini. (PF berdoa diakhiri dengan “Kami berdoa di dalam nama Tuhan Yesus Kristus)
J: Amin

11. Pembacaan Alkitab
Bacaan pertama (dari Perjanjian Lama): dibacakan oleh perwakilan orang tua, Mazmur tanggapan : Mazmur didaraskan oleh Cantoria, Bacaan kedua (dari Perjanjian Baru): dibacakan oleh perwakilan anak-anak, Injil: dibacakan oleh Pendeta dan Jemaat berdiri.

(Bacaan pertama dan kedua)
PL : (setelah selesai membacakan teks) Demikianlah sabdar Tuhan!
J : Amin!

(Injil)
PF : Demikianlah Injil Yesus Kristus. Berbahagialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan yang memeliharanya. Haleluya!
J : Haleluya (3x)

12. Khotbah
(PF berkhotbah dengan menyesuaikan diri atas keterlibatan anak-anak dalam ibadah agar dimengerti juga oleh anak-anak).
13. Saat Hening

(Jemaat berdiri)
14. Pengakuan Iman
PL : Keluarga Allah terkasih, marilah kita bersama dengan umat Allah dari segala abad dan tempat mengingat pengakuan pada baptisan kita menurut Pengakuan Iman Rasuli. (Jemaat beserta anak-anak usia 7 tahun ke atas yang telah dibaptis mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli).

(Jemaat duduk)
15. Doa Syafaat (Pendeta berdoa syafaat dan juga mendoakan pokok doa terkait anak-anak di Indonesia agar Tuhan memelihara dan menjaga mereka).
16. Nyanyian Jemaat

C.Pelayanan Persembahan
17. Nas Persembahan (PL membacakan Nats persembahan)

18. Nyanyian Jemaat (Jemaat bernyanyi 2 bait kemudian kantong persembahan diedarkan, petugas pengumpul persembahan merupakan kombinasi antara orang tua dengan anak yang telah ditunjuk sebelumnya, setelah itu jemaat bernyanyi 1 bait sebelum ditutup dengan doa persembahan).

(Jemaat berdiri)
19. Doa Persembahan (oleh seorang anak yang telah ditunjuk sebelumnya)

(Jemaat duduk)
D. Perayaan Perjamuan Kudus (bersama dengan anak-anak)
(Anak-anak usia 7 tahun ke atas dan telah dibaptis diperbolehkan mengikuti Perayaan Perjamuan Kudus)

20. Pengantar
PF: Saat ini kita bersama-sama merayakan perjamuan kudus, karena Tuhan Yesus Kristus sendirilah yang menetapkannya dan mengundang kita untuk melakukannya. Perjamuan kudus ini diperuntukkan bagi saudara-saudara yang telah dibaptiskan dan mengaku percaya serta kami juga mengundang anak-anak usia 7 tahun ke atas dan telah dibaptis anak untuk turut serta merayakan Perjamuan Kudus. Kami juga menyambut dengan sukacita saudara-saudara yang berasal dari gereja lain yang bersedia dan siap untuk merayakan perjamuan kudus bersama dengan kami saat ini. Agar perjamuan kudus ini menjadi berkat bagi kita maka kita harus memeriksa diri kita masing-masing di hadapan Tuhan. Apakah kita hidup dalam damai dengan Allah?
J : Ya, kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan Allah walaupun kami mengakui kami tidak sempurna.
PF : Apakah kita hidup dalam damai dengan sesama kita, dengan istri atau suami?
S/I : Ya, kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan istri/suami kami walaupun kami mengakui kami tidak sempurna.
PF : Apakah kita hidup dalam damai dengan orangtua atau anak kita?
A dan OT : Ya, kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan orangtua/anak kami walaupun kami mengakui kami tidak sempurna.
PF : Apakah kita hidup dalam damai dengan saudara-saudara, dengan teman dan tetangga dan dengan siapa pun yang kita jumpai dalam kehidupan kita?
J : Ya, kami berusaha untuk hidup dalam damai dengan semua walaupun kami mengakui kami tidak sempurna.
PF : Di dalam ketidaksempurnaan kita, kita percaya Allah menyucikan kita dari segala dosa kita, membarui hidup kita, memampukan kita untuk mempersaksikan kasih Kristus melalui hidup kita, dan melayakkan kita untuk merayakan perjamuan kudus saat ini.

21. Pengarahan Hati
PF: Marilah kita mengarahkan hati kita kepada Tuhan
J:    Kami mengarahkan hati kepada Tuhan
PF : Marilah kita bersyukur kepada Tuhan, Allah kita.
J    : Sungguh layak bersyukur kepada Nya.

22. Doa Syukur
PF : Ya Allah kami bersyukur karena kami dipersatukan dalam baptisan di dalam tubuh Kristus.
OT : Ya Allah kami pun bersyukur karena kami engkau undang mengikuti perjamuan Kudus ini.
A : Kami menyambut perjamuan Kudus ini dengan penuh rasa syukur dan hormat ya Allah.
PF : Dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus kami telah berdoa dan mengucap syukur.
J : Amin.

23. Prefasi dan Sanctus-Benedictus
PF: Ya Allah yang kudus, kami bersyukur kepadaMu, sebab Engkau Pencipta alam semesta, yang memelihara dengan penuh kasih sayang. Kami bersyukur karena anakMu Yesus Kristus, yang menjadi Jalan, Kebenaran, dan Hidup bagi kami. Kami bersyukur karena Roh Kudus yang Engkau kirimkan untuk mengajar dan menghibur kami dalam kehidupan anak-anakmu ini.
J: Menyanyikan Sanctus-Benedictus, KJ 310 “Kudus, kudus, kuduslah”

24. Penetapan Perjamuan Kudus
PF: Kita bersyukur karena Bapa yang Mahakudus senantiasa menyertai kita, dan Kristus mengundang kita untuk mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini. Kita juga meyakini bahwa Kristus juga mengundang anak-anak untuk turut serta dalam perjamuan kudus dan jangan sampai kita menghalang-halangi anak-anak datang kepadaNya sebab orang-orang seperti merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 19:14). Kita yakin bahwa Roh Kudus telah dicurahkan atas kita, sehingga dengan iman kita mengalami kehadiran Kristus bersama kita di sini. Kristus yang pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu mengucapkan syukur atasnya. Ia memecah-mecahkannya dan berkata “Inilah Tubuhku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”. Kristus, yang juga mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darahKu. Perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”. (PF mengambil roti dan memecahkan, mengambil cawan dan mengangkat ke atas saat bagian tersebut dibacakan)
J: Kematian Kristus kita wartakan! Kebangkitan Kristus kita rayakan! Kedatangan Kristus kita nantikan!

25. Peringatan akan Kristus
PF: Saat ini kita memperingati peristiwa karya kasih Allah yang menyelamatkan dunia dalam diri Kristus PutraNya.
A: Ayah ibu siapakah Kristus?
OT : Anakku, Yesus adalah Anak Allah. Ia adalah wujud nyata karya Kasih Allah yang menyelamatkan dunia melalui kelahiran dan kehidupanNya di antara manusia, pembaptisan-Nya, perjamuan malam terakhir bersama murid-murid-Nya, kematianNya, kebangkitan-Nya serta kenaikan-Nya yang penuh kemuliaan. Kita merindukan kedatangan-Nya kembali pada akhir zaman untuk menggenapi segala sesuatu.
PF : Maka sebagai persekutuan yang dipersatukan dengan dan dalam Kristus, kita mengingat pengurbanan Kristus yang menyelamatkan, yang dikaruniakan kepada umat manusia di semua tempat.
J: Terpujilah Kristus
PF: Ketika kita mengambil bagian dalam perjamuan kudus ini, Roh Kudus menolong kita sehingga kita dipersatukan dalam Kristus menjadi satu tubuh dan satu roh, dan menjadi persembahan yang hidup bagi Allah.
J : Terpujilah Roh Kudus
PF : Melalui Kristus, dengan Kristus, dalam Kristus, semua hormat dan kemuliaan bagi Allah Bapa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, sekarang dan selamanya.
J : Terpujilah Bapa, Anak dan Roh Kudus!

26. Doa Bapa Kami (Doa Bapa Kami diucapkan secara bersama, bisa dengan dinyanyikan)

27. Salam Damai
PF: Tuhan telah mengampuni dan mempersatukan kita. Oleh karena itu marilah kita hidup dalam damai dan pengampunan. Damai Tuhan bersertamu!
J: Dan besertamu juga!
(jemaat bersalaman sambil mengucapkan “Damai Tuhan besertamu”)
(setelah selesai bersalaman jemaat duduk kembali)

28. Pemecahan Roti
PF: (sambil memecah-mecahkan roti) Roti yang dipecahkan ini adalah persekutuan kita dengan Tubuh Kristus.

29. Pembagian Roti
PF : Ambillah! (roti diedarkan)
PF : Ingat dan percayalah bahwa tubuh Tuhan kita, Yesus Kristus telah diserahkan bagi keselamatan dunia! Makanlah!(jemaat memakan roti secara bersama)

30. Penuangan Air Anggur
PF : (sambil menuangkan air anggur ke cawan lalu mengangkat cawan) Cawan minuman syukur ini adalah persekutuan kita dengan darah Kristus.

31. Pembagian Air Anggur
PF : Ambillah! (Air anggur diedarkan, anak-anak dipersilakan mengambil sirop atau minuman rasa anggur)
PF : Ingat dan percayalah bahwa darah Tuhan kita, Yesus Kristus telah dicurahkan bagi keselamatan dunia!minumlah!(jemaat meminum air anggur secara bersama)

32. Ungkapan Syukur (Mazmur 103:1-5)
PL : Dari Daud. Pujilah Tuhan, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
J: Pujilah Tuhan, hai jiwaku,dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!
OT: Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur,yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
A : Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

E. Pengutusan
(Jemaat berdiri)
33. Nyanyian Jemaat

34. Pengutusan
PF: Keluarga Allah terkasih, kini pergilah dalam damai sejahtera untuk melayani Allah karena Kristus sudah bangkit untuk kita.
J : Syukur kepada Allah.

35. Berkat      
PF : (menyampaikan berkat menurut Bilangan 6:24-26)
J: Menyanyikan Haleluya (5x), Amin (3x)

Saran penulis kepada gereja yang ingin mulai mempraktikkan Paedocommunion
            Bagi gereja yang ingin mulai mempraktikkan Paedocommunion di Indonesia, terutama yang meneruskan tradisi Calvinis seperti GKI (gereja saya), maka perlu memaknai dan meninjau ulang doktrin terkait Perjamuan Kudus. GKI (karena saya GKI maka saya memberikan saran saya untuk GKI), perlu membahas ulang Tata Laksana pasal 25 terkait Perjamuan Kudus, terutama ayat 2 (terkait Sidi) dan ayat 3 dan 6 (terkait teori “pemahaman”). Selain itu GKI juga perlu mengatasi permasalahan teknis yang merepotkan terkait anggapan bahwa anak-anak berisik dan ribut ketika Perjamuan Kudus. GKI perlu memberikan pemahaman bahwa seribut apapun anak-anak mereka tetap perlu ikut dan dikenalkan hal Perjamuan Kudus. (Adiprasetya 2015, 5). (BPMS GKI 2009, 72-73). Selain itu, gereja juga harus memikirkan ulang ruang ibadah yang nyaman bagi anak-anak.
Terkait teori “pemahaman” kita perlu memikirkan apakah anak-anak dan seseorang yang mentally challenged dikecualikan begitu saja dari Perjamuan Kudus, padahal Yesus juga hadir bersama dengan mereka. Kalau kita berpegang konsisten kepada pemahaman bahwa anugerah Allah yang melampaui batas dan berlaku bagi semua orang terlepas dari tingkat pemahamannya, maka mereka juga perlu ikut serta dalam Perjamuan Kudus. (Adiprasetya 2015, 5).
Terkait persyaratan bahwa mereka yang sudah Sidi lah yang bisa ikut Perjamuan Kudus maka gereja harus berani untuk memajukan batas usia Sidi. Saya menyarankan batas usia Sidi dimajukan pada usia 6-7 tahun sehingga anak-anak usia 7-8 tahun dapat mengikuti Perjamuan Kudus. Analoginya adalah anak-anak sekolah supaya pintar dan bukan menunggu pintar dulu baru kemudian sekolah. Alangkah lebih baik bila kita memajukan usia anak-anak untuk sidi semenjak dini agar mereka lebih dapat mengerti tentang Kristus dan akhirnya dapat mengikuti perjamuan. Persoalannya adalah, beranikah kita memajukan sidi, agar jemaat lebih cepat “dewasa secara rohani”? Itulah tantangan kita bersama.

Daftar Acuan
Rachman, Rasid. 2015. Hari raya liturgi : sejarah dan pesan pastoral gereja. Jakarta : BPK
Gunung Mulia.
Widaryanto, Aris. 2012. Sakramen Perjamuan bagi anak-anak : Telaah atas keikutsertaan anak-
anak dalam Perjamuan Kudus. Yogyakarta : Taman Pustaka Kristen.
Adiprasetya, Joas. 25 Januari 2015. Makalah pembinaan Majelis Jemaat GKI Kebayoran Baru :
Perjamuan Kudus Kanak-Kanak (Paedocommunion). Jakarta : MJ GKI Kebayoran Baru.
Bambang, Arkhimandrit Daniel. 2001. Perjamuan Kudus. Jakarta : Satya Widya Graha.
Badan Pekerja Majelis Sinode GKI. 2006. Liturgi Gereja Kristen Indonesia. Jakarta : BPMS
GKI.
Badan Pekerja Majelis Sinode GKI 2009. Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen

Indonesia. Jakarta : Badan Pekerja Majelis Sinode GKI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar