Sabtu, 02 Mei 2020

Pemahaman Alkiab Kisah Para Rasul 2 : 41 - 47



Jumat 1 Mei 2020


- selamat malam bapak ibu, hari ini kita akan merenungkan bagian firman dari Leksionari hari minggu nanti, tanggal 3 Mei 2020 yaitu dari bacaan pertamanya Kisah Para Rasul 2:41-47. kalau tekanan hari minggu nanti adalah soal Gembala yang Baik maka belajar alkitab bersama kita hari ini adalah soal mendalami apa itu persekutuan/koinonia sebagai panggilan gereja.

- sebelum kita mulai mari kita berdoa secara pribadi, masing-masing memohon penyertaan Allah untuk membaca, merenungkan dan melakukan Firman

- sila bapak ibu membaca terlebih dahulu Kisah Para Rasul 2 : 41-47

- penjelasan ayat 41 : orang-orang yang menerima perkataannya (perkataan petrus, khotbah petrus ketika Pentakosta), memberi diri dibaptis pada hari itu dan jumlah mereka kira-kira tiga ribu jiwa. Perhatikanlah bahwa ada gerak turun Allah menyapa umat dalam peristiwa sebelum ini (turunnya Roh Kudus) dan itu direspons/disambut oleh Para Rasul, dan Petrus berkhotbah soal Yesus Kristus sang Mesias (sebagai sebuah respons/gerak naik umat merespons Allah), dan khotbah Petrus (khotbah adalah sabda Allah yang menyapa umat) juga direspons orang-orang yang menerima perkataan Petrus dengan bersedia dibaptis perhatikan ada gerak turun Allah menyapa umat, dan ada gerak naik umat merespons Allah juga. 

- penjelasan ayat 42 mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul tapi tidak hanya itu, tidak hanya satu arah, tidak hanya mendengar pengajaran tetapi juga meresponsnya dengan bersekutu bersama, berkumpul dan memecahkan roti, dan berdoa.

- penjelasan ayat 43 takut disini lebih kepada takjub, kagum, respek, sebagai sebuah respon akan mukjizat dan tanda yang dilakukan para rasul. Perhatikan setelah mereka merespon karya roh kudus dan menyediakan diri untuk dibaptis, mereka memandang mukjizat dan tanda dari para rasul secara positif. Berbeda dengan orang Yahudi lainnya yang melihat tapi tidak sungguh-sungguh melihat. Sama ketika mukjizat Yesus juga direspons ahli Taurat dengan negatif (Yesus melakukan kuasa setan, Yesus menghujat Allah, dsb). maka utamanya Roh Kudus itu mengubah hati kita, melihat peristiwa dengan kacamata yang berbeda. Jemaat mula-mula karena telah menyediakan diri dibaptis melihat mukjizat dan tanda dari para rasul dengan kacamata positif, sebagai bentuk kuasa Allah. Lagi-lagi ada karya Allah (mukjizat dan tanda) lalu ada respons (ketakjuban jemaat mula-mula).

- penjelasan ayat 44 - 45: semua orang yang percaya (pada Yesus) tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Respons jemaat mula-mula, menyatakan kesatuan sebagai Tubuh Kristus dan kepunyaan pribadi menjadi milik bersama. Inilah kesediaan berbagi, yang dilanjutkan di ayat 45 ketika umat yang memiliki harta berbagi kepada yang umat lainnya sesuai keperluan.

- penjelasan ayat 46 - 47 : mereka berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di rumah masing-masing secara bergilir. Memecah roti, makan bersama dan memuji Allah. respons umat atas karya keselamatan Allah adalah mencakup aspek rohani (ibadah di bait Allah) dan juga aspek jasmani (makan bersama).

- inilah persekutuan jemaat mula-mula. Sebuah persekutuan yang ideal. Ketika mereka tidak hanya berkumpul mendengar firman sebagai sapaan Allah kepada umat. Tapi juga merespons sapaan Allah dengan semangat yang luar biasa untuk bersekutu dan saling menguatkan satu dengan yang lain, berbagi satu dengan yang lain. Saling melayani dan dilayani. Menerima dan memberi. Aspek rohani dan jasmani diperhatikan. Tidak ada yang diabaikan. Ada gerak turun (yaitu sapaan Allah kepada umat) tapi juga gerak naik (respons umat kepada Allah) dengan mempraktikkan kasih persekutuan bersama.

- perhatikan bapak ibu bahwa mereka tidak hanya ibadah di Bait Allah. Karena setelah itu Bait Allah pun runtuh dihancurkan Kaisar Romawi Titus sekitar tahun 70 M. mereka juga beribadah dan bersekutu di rumah masing-masing secara bergantian. Dan ibadah rumahan ini terus dilanjutkan oleh mereka setelah bait Allah dihancurkan Romawi.

- dan menurut saya ini menjadi relevan dalam situasi kita sekarang ini yang hanya bisa melakukan aktivitas semua dari rumah, termasuk beribadah dan bersekutu di rumah. Saya yakin kita semua menjadi rindu untuk beribadah di gereja lagi, apalagi yang menganggap bahwa gereja adalah rumah kedua. Tapi jangan sampai keterbatasan kita yang hanya bisa beribadah di rumah ini menjadi alasan kasih persekutuan kita menjadi hilang.

- Persekutuan kita ada dalam bentuk ragawi dan spiritual. Raga kita mungkin tidak saling bertemu tapi secara spiritual kita tetap satu di dalam Kristus kendati kita di rumah kita masing-masing. kita tetap bisa saling berbagi (apalagi di masa sekarang ini ketika banyak PHK dan penghasilan pada banyak segi menjadi berkurang). tetap bisa saling menguatkan. Tetap bisa saling mengasihi, walau di rumah saja. Allah tetap menyapa kita (gerak turun Allah menyapa umat) melalui firman yang kita dengar secara online tapi kita pun juga tetap harus merespons firman dengan menyatakan kasih persekutuan kita kepada yang lain (gerak naik kita merespons Allah)

 Refleksi bersama:
- apa yang paling kita rindukan dari persekutuan kita di gereja?
- apa yang bisa kita buat, sebagai bentuk kasih persekutuan kita kepada jemaat lain yang terdampak Work From Home, pandemi Corona ini?

Silakan bapak ibu kalau ada yang ingin ditanyakan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar