Layakkah engkau marah? (Yunus 4:4)
Yunus, ketololan atau ketulusan?
Bahasa Ibrani untuk Yunus adalah Yona (Yunani --> Ionan; Inggris --> Jonah). Arti nama Yona adalah merpati, hewan yang biasanya melambangkan ketulusan. Tetapi Hosea menggambarkan Israel sebagai “merpati tolol tidak berakal” (Hos. 7:11), karena Kerajaan Utara meminta bantuan kepada Mesir atau Asyur, bukannya mengandalkan pertolongan Tuhan. Merpati biasanya melambangkan ketulusan, tapi Hosea memakai merpati untuk menggambarkan ketololan Israel. Apakah Yunus menggambarkan ketololan atau ketulusan?
Yunus hidup semasa dengan Yerobeam II (793-753 SM), juga semasa dengan nabi Amos dan Hosea, ketika Asyur sedang jaya dan akhirnya berhasil menaklukkan Kerajaan Israel Utara (722/1 SM). Kitab Yunus sangat unik karena hanya ada satu nubuat yang Yunus sampaikan kepada Niniwe (Yunus 3:4) dan biasanya kitab nabi menyinggung nabi sambil lalu. Tapi tidak dengan kitab Yunus. Sosok Yunus tampil sebagai sebuah person atau pribadi yang justru layak diteliti sebagai sebuah narasi seorang tokoh, mirip seperti kisah Elia dan Elisa dalam kitab Raja-raja. Kitab ini justru sangat menonjolkan kisah Yunus sendiri sebagai seseorang yang sangat manusiawi. Agak berbeda dengan kitab-kitab lain seperti Yesaya atau Yeremia yang menekankan nubuat Allah agar Israel bertobat. Nampaknya kitab ini jelas ingin kita belajar dari Yunus sebagai seorang manusia.
Apa yang dilakukan Yunus?
Niniwe terletak di barat laut Baghdad (Irak), dekat sungai Tigris. Kejahatan Niniwe sampai kepada Allah. Niniwe kota yang berpengaruh, pusat kebudayaan dan perdagangan pada saat itu. Asyurbanipal mendirikan perpustakaan besar yang ditemukan 2500 tahun kemudian. Raja Sanherib menjadikan Niniwe ibukota Asyur pada masa pemerintahannya (705 SM).
Allah mengutus Yunus ke Niniwe agar penduduknya bertobat. Tapi Yunus memilih pergi ke Tarsis karena ia lebih suka Niniwe dihukum. Konsep dunia pada saat itu adalah bumi berbentuk piring terapung di atas samudra raya. Tarsis mewakili tempat ujung paling barat dunia saat itu yang arahnya berlawanan dengan Niniwe yang letaknya di Timur. Gambar peta menunjukkan pada kita letak Tarsis dan Niniwe:
Yunus menunjukkan ketololannya, mencoba lari dari hadapan Tuhan. Yunus mengira, perginya dia ke Yafo, naik kapal (Yun 1:3), lalu berada di ruang paling bawah kapal (Yun 1: 5) tidak diketahui oleh Allah. Malahan sekalian dia mau lari lagi dari hadapan Allah ke bawah dasar bumi, dalam laut (Yun. 1:12) supaya Tuhan tidak marah lagi. Kalau Niniwe saja kejahatannya diketahui oleh Allah, maka larinya Yunus ke Tarsis tidak mungkin tidak diketahui oleh Allah. Ia kemudian ditelan ikan besar (tak pernah disebutkan bahwa ikan Paus, tapi ikan besar). Tiga hari tiga malam di perut ikan. Di dalam perut ikan ia bertobat. Yunus akhirnya pergi juga ke Niniwe, bernubuat dan Niniwe bertobat.
Tapi Yunus lagi-lagi menunjukkan ketololannya. Ia kesal karena Niniwe bertobat. Ia ingin Niniwe dihukum.
Apa yang kita bisa pelajari dari Yunus?
Ironi. Menggelikan. Menelanjangi karakter suatu tokoh. Dalam hal ini menelanjangi siapa Yunus. Banyak Nabi Israel bernubuat bagi bangsa Israel sendiri. Tapi Yunus bernubuat bagi hukuman untuk bangsa lain dan bangsa itu bertobat. Kenapa Kitab ini ada dalam Alkitab?kenapa kitab ini ditulis dalam tradisi Israel?
Kuncinya ada pada pertanyaan retorika Allah kepada Yunus “layakkah engkau marah?” (Yunus 4:4 dan Yunus 4:9).
Pantaskah seorang utusan tidak memiliki karakter pengutusnya?Pantaskah seorang nabi tidak memiliki hati Allah yang berbelaskasihan?dalam hal ini Yunus tidak seperti nabi!
Yunus lupa bahwa Allah memilih bangsa Israel untuk menjadi berkat (Kej. 12:3) dan terang bagi bangsa-bangsa (Yes. 49:6). Betapa bodohnya umat yang berpikir bahwa Allah hanya untuk diri mereka. Allah adalah Allah untuk semua. Allah berhak menyatakan dan memperluas kasih-Nya kepada siapa saja.
Kitab ini berakhir secara terbuka. Pembacalah atau kita lah yang menutupnya dengan membayangkan kita menjadi Yunus. seperti apa kita : tetap mengambek atau bertobat? Klimaks kitab ini bukan pada pertobatan Niniwe sebab kisah masih terus berlanjut dengan dialog antara Yunus dengan Allah. Klimaks justru ada pada kita yang mau tetap ngambek atau bertobat ketika Allah juga memberi berkat bagi orang lain yang justru menurut kita tidak layak. (YRH)
Yunus 4: 10-11 Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu , yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
Bro kau bisa lebih baik dari yunus jika Tuhan menghendaki amin,buatku juga
BalasHapus