Someone I Loved Once Gave me a box full of darkness. It Took me years to understand that this too, was a gift (Mary Oliver)
Pernah berada di perut ikan? biasanya sih ikan yang ada di perut kita.
Mazmur Yunus atau LAI memberi judul “Doa Ucapan Syukur Yunus”, yang ada di Kitab Yunus pasal 2, sangat menarik karena diutarakan Yunus ketika ia berada di perut ikan besar. Bayangkan di dalam perut ikan besar, Yunus masih sanggup menaikkan doa ucapan syukur.
Yunus berada di perut ikan besar sebagai konsekuensi pilihan Yunus sendiri. Ia disuruh ke Niniwe oleh Allah untuk memperingatkan kejahatan Niniwe tapi Yunus malah lari dan pergi ke Tarsis. Niniwe letaknya di Timur, malah dia ke Tarsis di Barat. Ini artinya Yunus mencoba lari dari pandangan Allah, bahkan dikatakan dia sengaja tidur di tempat tersembunyi di ruang kapal yang paling bawah.
Dan dia menanggung konsekuensi pilihan hidupnya itu. Sekarang ia dilempar ke laut oleh para awak kapal karena mereka takut akan badai besar yang menerpa kapal. Mereka menganggap badai terjadi karena Yunus telah melakukan dosa besar kepada Allahnya. Dan Tuhan membiarkan Yunus berada di perut ikan besar.
Gelap. Sunyi. Ngeri. Takut. Rasanya hal itulah yang mungkin dirasakan dan dialami Yunus di perut ikan besar. Nampak dari ratapan Yunus (Yun 2: 3-6).
Mary Oliver mengatakan bahwa seseorang yang ia kasihi, suatu kali memberikan kepadanya sebuah kotak hadiah yang isinya kosong, hanya penuh kegelapan. Butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk menyadari bahwa kegelapan ternyata juga adalah sebuah hadiah. Hadiah itu adalah ketika temannya yang dikasihinya itu menemani dia pada saat-saat terburuk dalam hidupnya, saat ia mengalami kegelapan itu dan itu disimbolkan dengan kotak kosong yang hanya berisi kegelapan.
Jangan-jangan kegelapan yang dialami Yunus di dalam perut ikan adalah hadiah dari Tuhan. Bentuk penyertaan Tuhan kepada Yunus. Meminjam kutipan Mary Oliver tadi barangkali Yunus di perut ikan adalah hadiah dari Allah, supaya dia tidak tenggelam ketika dilempar ke laut oleh para awak kapal. Ikan besar itu menyelamatkannya dari kemungkinan terburuk sebuah badai yaitu tenggelam. Di perut ikan justru Yunus aman dan selamat walau gelap. Kegelapan yang dialami Yunus di perut ikan adalah kesempatan kedua bagi Yunus untuk bertobat, dan mau pergi ke Niniwe mengerjakan tugas dari Allah. Itu sebabnya Yunus mengatakan “Keselamatan adalah dari TUHAN!”.
Tanpa kita sadari bukan hanya Yunus yang berada dalam kegelapan. Jangan-jangan kita juga mengalami gelap, sunyi, ngeri dan takut dalam situasi dan kondisi belakangan ini, di tengah pandemi Corona yang sedang berlangsung. Ancaman PHK, omzet penjualan yang turun, perusahaan yang terancam kolaps, pemotongan gaji, kredit macet di bank, cemas akan kesehatan kita. Gelap karena stress, sukar membagi waktu antara kerja dan mengajar anak ketika harus work from home dan school from home. Atau gelap karena cemas “new normal” seperti apa yang harus dihadapi ke depannya nanti.
Atau bahkan “kegelapan” yang kita alami karena kita sedang menanggung konsekuensi buruk dari pilihan kita, seperti Yunus yang menanggung konsekuensi dari pilihan buruk nya. Jangan-jangan kita juga berada dalam cengkeraman kegelapan karena konsekuensi buruk dari pilihan kita.
Gelap. Sunyi. Ngeri dan takut.
Tapi Yunus di perut ikan. Mengutarakan doksologi nya, sebuah pujian yang berasal dari imannya, pada ayat 9 pasal 2 kitab Yunus, “Keselamatan adalah dari Tuhan”. bukan dari yang lain! Bukan dari awak kapal yang seharusnya solider, yang seharusnya tolong menolong, kerjasama dengan Yunus berjuang agar keluar dari badai! Bukan dari berhala kesia-siaan materi yang melimpah! Tapi dari Tuhan lah datang keselamatannya itu!
Yunus sadar betul dia bersalah. Di kitab Yunus pasal 4 ayat 2, ia mengatakan aku telah terusir dari mata Mu, masih mungkinkah aku memandang bait Mu yang kudus? Masih mungkinkah Tuhan, kami memandang cahaya, ketika kami berada dalam kegelapan, ketika himpitan keadaan, situasi menghimpit kami?
Yunus mengungkapkan imannya dengan indah. “Keselamatan adalah dari TUHAN”. Tuhan yang menyelamatkan. Memberi kesempatan kedua bagi Yunus, memberi kehidupan juga bagi kita untuk diisi dengan karya pertobatan kita.
Bisa saja “kegelapan” yang kita alami sekarang, di tengah situasi sedemikian rupa ini, justru adalah kesempatan kedua dari Tuhan. Seperti kutipan dari Mary Oliver tadi, jangan-jangan “kegelapan” adalah hadiah dari Allah. Hadiah kepada kita berupa kesempatan kedua supaya kita berbalik kepada Allah dan sanggup berkata seperti Yunus! Keselamatan adalah dari TUHAN! Dan terus berkarya dalam kehidupan. Sanggup dan maukah kita terus berkata keselamatan adalah dari Tuhan? (YRH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar