Selasa, 09 Juni 2020

Prodotai : suka mengkhianat

Suka Mengkhianat
2 Timotius 3 : 4 --> suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Προδόται (prodotai, Yunani) Traitors (Inggris)

Salah satu penanda keadaan manusia pada akhir zaman, menurut 2 Timotius 3:4 adalah manusia yang semakin suka berkhianat.

Karakter manusia yang sesungguhnya akan muncul saat situasi terdesak, penuh ancaman dan rasa takut. Di masa penuh kesusahan dan penderitaan karakter manusia yang suka berkhianat akan semakin sering dijumpai.

Misalnya ketika situasi mencekam yang dialami Yesus dan para murid ketika detik-detik penangkapan dan penyaliban Yesus.
Peristiwa Salib adalah peristiwa pengkhianatan.

Murid-murid mengkhianati Yesus.
Yudas menjual Yesus.
Petrus menyangkali Yesus.
Murid-murid kabur ketika Yesus ditangkap, didakwa di hadapan Pilatus dan Herodes, kemudian dihukum salib.

Pengkhianatan iman adalah bentuk penyangkalan akan apa yang benar dan baik, yang seharusnya kita lakukan.
Pengkhianatan iman adalah penyangkalan akan kesetiaan yang seharusnya kita tunjukkan kepada Allah Trinitas.

Tapi tunggu dulu.
Jangan kita menghakimi para murid.

Mari melihat ke dalam diri.
Jangan-jangan kita pun sedemikian rupa seperti mereka.
Mengkhianati Yesus tanpa sadar.
Menyalibkan Yesus berkali-kali.

Dalam keseharian kita,

ketika kita menolak menolong “Wajah Yesus” yang kita jumpai dalam diri orang lain.
Itulah pengkhianatan.

Ketika gagal memperlakukan orang lain dengan penuh kasih seperti kita seharusnya memperlakukan diri kita sendiri.
Itulah pengkhianatan.

Ketika kita alih-alih bersikap adil malah menindas mereka yang secara struktur berada di bawah tanggungjawab kita,
Itulah pengkhianatan.
Saat kita menolak menyuarakan kebenaran bagi mereka yang lemah dan tertindas, dan memilih diam, bungkam, membisu menolak meneladani Yesus yang berpihak kepada mereka yang lemah dan tak berdaya.
Itulah pengkhianatan.

Anak-anak, istri, suami, yang seharusnya kita kasihi dan lindungi malah kita sakiti.
Itulah pengkhianatan.

Kerap kita gagal meneladani Yesus yang penuh kasih kepada semua, bahkan kepada musuhnya.
Itulah pengkhianatan.

Ketika itulah Yesus disalib kedua kali, ketiga kali, bahkan kesekian kali.

Tapi siapakah kita berhak menghakimi diri sendiri dan orang lain?
Allah adalah maha pengampun, bahkan Tuhan Yesus berkata “ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”

Maka Yesus, permohonan kami, ampunilah kami, karena kami kerap tidak tahu apa yang kami buat.

Syukur kepada Allah
Ia Maha Pengampun, dan Pengasih,

Petrus yang menyangkali Yesus tiga kali, Yesus ampuni.

Maka yakinlah kita, diri kita pun Yesus ampuni.
Maka pergilah kita dan jangan kita berbuat dosa lagi.

Mari jadi saksi Kristus, jangan khianati Dia lagi.
Terutama di tengah situasi krisis dan sulit ini, kami mohon tuntunlah kami ya Tuhan. Agar tetap setia pada Mu. Meneladan kasih Mu. Tidak mengkhianatiMu.
Amin. Tuhan Yesus memberkati kita.

Diabolos : suka menjelekkan orang

Suka Menjelekkan Orang

2 Timotius 3:3 --> tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,

Dalam 2 Timotius 3:3, salah satu tanda keadaan manusia pada akhir zaman adalah suka menjelekkan orang.
Sangat menarik untuk mencermati frase “suka menjelekkan orang” ini dalam bahasa Yunani yaitu Diaboloi yang adalah bentuk plural dari Diabolos. Diabolos dan Diaboloi sangat erat berkaitan maknanya. Diabolos arti literalnya adalah Devil atau Iblis. Diaboloi berarti mereka yang suka memfitnah, melontarkan tuduhan palsu dan oleh LAI diterjemahkan menjadi “suka menjelekkan orang”.

Diabolos berarti Iblis dan pekerjaan utama Iblis adalah memisahkan manusia dari relasi dengan Allah dan sesama. Rasanya tepat kalau dikatakan “suka menjelekkan orang” adalah pekerjaan Iblis. Mereka yang suka menjelekkan orang membiarkan Iblis memakai dirinya untuk memisahkan manusia dari Allah dan sesamanya. Sangat berlawanan dengan karya Allah yang menyatukan, menghimpun manusia agar berelasi erat dengan Allah dan sesama.

Suka menjelekkan orang keluar dari mulut manusia, bersumber dari pikiran yang tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tapi apa yang dipikirkan manusia. Pikiran yang iri hati, penuh kebencian, serta kurangnya kasih kepada sesama membuat mulut kita ringan untuk menjelekkan orang lain. Efeknya besar sekali. Menghancurkan karakter orang lain di mata sesama, menyebabkan pertengkaran dan juga menimbulkan perpecahan. Dan ini pekerjaan yang berasal dari Iblis karena memisahkan manusia dari Allah dan sesama.

Dalam hidup sekarang ini makin banyak orang yang suka menjelekkan orang lain. Penyebabnya banyak hal, bisa karena persaingan di pekerjaan, persaingan politik, bahkan hingga kebencian di dalam keluarga. Pada era pandemi ini, tetap saja ada orang yang suka menjelekkan orang lain. Bukannya menunjukkan solidaritas dan persatuan demi menghadapi bencana, malah mengutarakan hal yang mengarah pada perpecahan. Pada masa pandemi ini, sesuatu hal yang baik dan membangun adalah sebuah keharusan. Tidak lagi merusak, tidak lagi melontarkan hal yang menyebabkan kecurigaan dan tuduhan palsu. Mari bersinergi bersama menghadapi pandemi.

Bukan hanya lewat mulut, tapi juga lewat jari-jemari kita di media sosial. Jari jemari kita ketika mengetik kalimat di gawai kita akan memiliki pengaruh. Dari jari jemari kita bisa terjalin kalimat yang berisi hal-hal baik maupun juga hal-hal buruk di media sosial soal orang lain. Jari jemari bisa menjatuhkan bisa membangun.
Mari, jangan lagi kita membiarkan Iblis bekerja lewat mulut maupun lewat jari-jemari kita, tapi ikut bagian dalam Misi Allah membangun kehidupan lewat perkataan, dan jari-jemari kita ketika memutuskan untuk tidak menjelekkan orang lain. Tidak memfitnah dan tidak melontarkan tuduhan palsu. Selamat menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (YRH)

Sabtu, 30 Mei 2020

Rut : kebetulan vs penyertaan Allah

Rut : Penyertaan Allah

(Rut 2: 3) Pergilah ia, lalu sampai di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh.

Coincidence is God’s way of remaining anonymous - Albert Einstein-

Adakah sesuatu yang kebetulan di dunia ini?
Kitab Rut sangat menarik karena Rut bukanlah orang Israel (orang Moab, Rut 1:4) melainkan Proselit (pendatang yang masuk agama Yahudi, Rut 1: 16). Rut menjadi Proselit karena mengucapkan : “bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” di hadapan Naomi. Ia adalah menantu Naomi. Rut ikut Naomi pulang ke Israel setelah kedua menantu Naomi menjadi janda (Rut dan Orpa), karena seluruh anak laki-laki dari keluarga Elimelekh meninggal di tanah Moab tanpa keturunan (Mahlon, Kilyon, kedua anak laki-laki Elimelekh). Lama sebelumnya Elimelekh telah meninggal lebih dulu. Rut di tanah Israel nantinya menikah dengan Boas, yang masih keluarga Elimelekh dan nantinya dari garis keturunannya lahir Raja Daud. Rut adalah salah satu nenek moyang Yesus (Mat. 1:5). Menurut penafsir, Istri yang cakap (ešet ḥayil - Ibrani) dalam Amsal 31:10 mewujud dalam diri Rut, berdasarkan pengulangan frasa ešet ḥayil (Ibrani) dalam Rut 3:11 (perempuan baik-baik).

Kenapa pertanyaan kebetulan di awal renungan menjadi penting? Karena pada Rut 2 : 3, kita membaca bahwa kebetulan Rut sedang berada di tanah milik Boas, untuk memungut jelai, padahal ia sama sekali belum mengenal Boas. Nantinya Rut baru tahu dari Naomi bahwa ternyata Boas masih kerabat dengan Elimelekh sehingga Boas adalah “penebus” (Go ‘el - Ibrani) yang menyelamatkan harkat dan martabat keluarga Elimelekh karena sebelumnya Rut ketika menikah dengan Mahlon tidak memiliki keturunan. Sehingga pernikahan Rut dengan Boas nantinya menyelamatkan garis keturunan Mahlon (semacam “turun ranjang”). sehingga pertanyaan kebetulan menjadi relevan, kebetulan kah Rut berada di tanah Boas pada saat itu?

Rasanya sebagai sebuah pemaknaan iman, kebetulan adalah suatu hal yang seolah mengingkari penyertaan Allah. Kita yakin, bahwa Rut bukanlah kebetulan berada di tanah Boas pada saat itu. Kita yakin bahwa Rut bukanlah kebetulan seorang Proselit yang dari garis keturunannya nantinya lahir seorang Mesias. Sebab Rut adalah seorang Proselit itulah, maka Mesias bukan hanya milik orang Yahudi tetapi juga milik orang Non Yahudi. Yesus adalah Tuhan dan Mesias bagi semua bangsa.
Sejalan dengan quotes Albert Einstein, kalau kita mengatakan bahwa semua itu kebetulan, seolah kita tetap mau membuat Tuhan sebagai sesuatu yang anonim. Yang tak bernama. Yang seolah tidak berperan. Atau perannya seolah disembunyikan. Padahal kita meyakini bahwa dalam segala hal Tuhan menyertai dan berperan penting dalam setiap langkah hidup manusia. Termasuk dalam langkah hidup Rut dan kita.
Bukan kebetulan ketika Rut berada di tanah Boas. Sebagai seorang janda, tentu ia sadar posisinya yang lemah pada saat itu. Tidak punya pelindung (suami). Lagipula ia pendatang baru di tanah Israel. Orang asing di tanah Israel. Sehingga mau tidak mau ia tetap harus bekerja untuk bisa hidup bersama dengan Naomi mertuanya. Bisa saja ia memilih untuk menanti bantuan, bisa saja ia berpangku tangan, tapi bagi Rut tampaknya itu bukan pilihan. Ia bekerja dengan cara memungut jelai di ladang. Ia tidak berpangku tangan. Allah memberkati usahanya itu dan mempertemukan Rut dengan Boas. Itulah Allah yang memberkati usaha manusia.

Bagaimana dengan kita? Bukankah kita adalah Rut juga, pendatang di dunia yang sementara ini? Manusia yang kadang membutuhkan pertolongan juga? Apakah pernah mengalami hal-hal yang menurut kita kebetulan? Sesuatu yang menurut kita, kita alami dengan tidak disengaja?

Apakah pernah mengalami, bahwa pada suatu ketika, kita sangat membutuhkan pertolongan, dan tanpa disangka ternyata pertolongan datang dari orang yang tidak kita duga atau pada waktu yang tidak kita sangka? Kebetulankah itu? atau semua itu kita maknai sebagai penyertaan Allah bagi usaha dan karya kita.

Yakinkah kita bahwa Allah tetap menyertai kita di situasi pandemi ini dengan cara-cara yang juga kadangkala tidak kita duga?kebetulankah semua itu ketika kita masih bisa tetap hidup bernapas dan berkarya hingga sekarang ini?kebetulankah ketika kita masih bisa mengasihi dan dikasihi?Atau itu semua karena penyertaan Allah yang setia tetap menganugerahi kita dengan kehidupan, serta memberkati usaha dan karya kita?

Sepatutnya kita mengatakan bahwa tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua ada dalam penyertaan Allah. Selamat memaknai seluruh penyertaan Allah dalam hidup kita yang tidak pernah kita duga datangnya. Amin. Tuhan Yesus memberkati.

Jumat, 29 Mei 2020

Yunus : keselamatan adalah dari TUHAN

Yunus : … Keselamatan adalah dari TUHAN! (Yunus 2:9)

Someone I Loved Once Gave me a box full of darkness. It Took me years to understand that this too, was a gift (Mary Oliver)

Pernah berada di perut ikan? biasanya sih ikan yang ada di perut kita.

Mazmur Yunus atau LAI memberi judul “Doa Ucapan Syukur Yunus”, yang ada di Kitab Yunus pasal 2, sangat menarik karena diutarakan Yunus ketika ia berada di perut ikan besar. Bayangkan di dalam perut ikan besar, Yunus masih sanggup menaikkan doa ucapan syukur.

Yunus berada di perut ikan besar sebagai konsekuensi pilihan Yunus sendiri. Ia disuruh ke Niniwe oleh Allah untuk memperingatkan kejahatan Niniwe tapi Yunus malah lari dan pergi ke Tarsis. Niniwe letaknya di Timur, malah dia ke Tarsis di Barat. Ini artinya Yunus mencoba lari dari pandangan Allah, bahkan dikatakan dia sengaja tidur di tempat tersembunyi di ruang kapal yang paling bawah.

Dan dia menanggung konsekuensi pilihan hidupnya itu. Sekarang ia dilempar ke laut oleh para awak kapal karena mereka takut akan badai besar yang menerpa kapal. Mereka menganggap badai terjadi karena Yunus telah melakukan dosa besar kepada Allahnya. Dan Tuhan membiarkan Yunus berada di perut ikan besar.

Gelap. Sunyi. Ngeri. Takut. Rasanya hal itulah yang mungkin dirasakan dan dialami Yunus di perut ikan besar. Nampak dari ratapan Yunus (Yun 2: 3-6).

Mary Oliver mengatakan bahwa seseorang yang ia kasihi, suatu kali memberikan kepadanya sebuah kotak hadiah yang isinya kosong, hanya penuh kegelapan. Butuh waktu bertahun-tahun baginya untuk menyadari bahwa kegelapan ternyata juga adalah sebuah hadiah. Hadiah itu adalah ketika temannya yang dikasihinya itu menemani dia pada saat-saat terburuk dalam hidupnya, saat ia mengalami kegelapan itu dan itu disimbolkan dengan kotak kosong yang hanya berisi kegelapan.

Jangan-jangan kegelapan yang dialami Yunus di dalam perut ikan adalah hadiah dari Tuhan. Bentuk penyertaan Tuhan kepada Yunus. Meminjam kutipan Mary Oliver tadi barangkali Yunus di perut ikan adalah hadiah dari Allah, supaya dia tidak tenggelam ketika dilempar ke laut oleh para awak kapal. Ikan besar itu menyelamatkannya dari kemungkinan terburuk sebuah badai yaitu tenggelam. Di perut ikan justru Yunus aman dan selamat walau gelap. Kegelapan yang dialami Yunus di perut ikan adalah kesempatan kedua bagi Yunus untuk bertobat, dan mau pergi ke Niniwe mengerjakan tugas dari Allah. Itu sebabnya Yunus mengatakan “Keselamatan adalah dari TUHAN!”.

Tanpa kita sadari bukan hanya Yunus yang berada dalam kegelapan. Jangan-jangan kita juga mengalami gelap, sunyi, ngeri dan takut dalam situasi dan kondisi belakangan ini, di tengah pandemi Corona yang sedang berlangsung. Ancaman PHK, omzet penjualan yang turun, perusahaan yang terancam kolaps, pemotongan gaji, kredit macet di bank, cemas akan kesehatan kita. Gelap karena stress, sukar membagi waktu antara kerja dan mengajar anak ketika harus work from home dan school from home. Atau gelap karena cemas “new normal” seperti apa yang harus dihadapi ke depannya nanti.

Atau bahkan “kegelapan” yang kita alami karena kita sedang menanggung konsekuensi buruk dari pilihan kita, seperti Yunus yang menanggung konsekuensi dari pilihan buruk nya. Jangan-jangan kita juga berada dalam cengkeraman kegelapan karena konsekuensi buruk dari pilihan kita.

Gelap. Sunyi. Ngeri dan takut.

Tapi Yunus di perut ikan. Mengutarakan doksologi nya, sebuah pujian yang berasal dari imannya, pada ayat 9 pasal 2 kitab Yunus, “Keselamatan adalah dari Tuhan”. bukan dari yang lain! Bukan dari awak kapal yang seharusnya solider, yang seharusnya tolong menolong, kerjasama dengan Yunus berjuang agar keluar dari badai! Bukan dari berhala kesia-siaan materi yang melimpah! Tapi dari Tuhan lah datang keselamatannya itu!

Yunus sadar betul dia bersalah. Di kitab Yunus pasal 4 ayat 2, ia mengatakan aku telah terusir dari mata Mu, masih mungkinkah aku memandang bait Mu yang kudus? Masih mungkinkah Tuhan, kami memandang cahaya, ketika kami berada dalam kegelapan, ketika himpitan keadaan, situasi menghimpit kami?

Yunus mengungkapkan imannya dengan indah. “Keselamatan adalah dari TUHAN”. Tuhan yang menyelamatkan. Memberi kesempatan kedua bagi Yunus, memberi kehidupan juga bagi kita untuk diisi dengan karya pertobatan kita.

Bisa saja “kegelapan” yang kita alami sekarang, di tengah situasi sedemikian rupa ini, justru adalah kesempatan kedua dari Tuhan. Seperti kutipan dari Mary Oliver tadi, jangan-jangan “kegelapan” adalah hadiah dari Allah. Hadiah kepada kita berupa kesempatan kedua supaya kita berbalik kepada Allah dan sanggup berkata seperti Yunus! Keselamatan adalah dari TUHAN! Dan terus berkarya dalam kehidupan. Sanggup dan maukah kita terus berkata keselamatan adalah dari Tuhan? (YRH)

Selasa, 26 Mei 2020

Yunus
Layakkah engkau marah? (Yunus 4:4)

Yunus, ketololan atau ketulusan?
Bahasa Ibrani untuk Yunus adalah Yona (Yunani --> Ionan; Inggris --> Jonah). Arti nama Yona adalah merpati, hewan yang biasanya melambangkan ketulusan. Tetapi Hosea menggambarkan Israel sebagai “merpati tolol tidak berakal” (Hos. 7:11), karena Kerajaan Utara meminta bantuan kepada Mesir atau Asyur, bukannya mengandalkan pertolongan Tuhan. Merpati biasanya melambangkan ketulusan, tapi Hosea memakai merpati untuk menggambarkan ketololan Israel. Apakah Yunus menggambarkan ketololan atau ketulusan?
Yunus hidup semasa dengan Yerobeam II (793-753 SM), juga semasa dengan nabi Amos dan Hosea, ketika Asyur sedang jaya dan akhirnya berhasil menaklukkan Kerajaan Israel Utara (722/1 SM). Kitab Yunus sangat unik karena hanya ada satu nubuat yang Yunus sampaikan kepada Niniwe (Yunus 3:4) dan biasanya kitab nabi menyinggung nabi sambil lalu. Tapi tidak dengan kitab Yunus. Sosok Yunus tampil sebagai sebuah person atau pribadi yang justru layak diteliti sebagai sebuah narasi seorang tokoh, mirip seperti kisah Elia dan Elisa dalam kitab Raja-raja. Kitab ini justru sangat menonjolkan kisah Yunus sendiri sebagai seseorang yang sangat manusiawi. Agak berbeda dengan kitab-kitab lain seperti Yesaya atau Yeremia yang menekankan nubuat Allah agar Israel bertobat. Nampaknya kitab ini jelas ingin kita belajar dari Yunus sebagai seorang manusia.

Apa yang dilakukan Yunus?
Niniwe terletak di barat laut Baghdad (Irak), dekat sungai Tigris. Kejahatan Niniwe sampai kepada Allah. Niniwe kota yang berpengaruh, pusat kebudayaan dan perdagangan pada saat itu. Asyurbanipal mendirikan perpustakaan besar yang ditemukan 2500 tahun kemudian. Raja Sanherib menjadikan Niniwe ibukota Asyur pada masa pemerintahannya (705 SM).
Allah mengutus Yunus ke Niniwe agar penduduknya bertobat. Tapi Yunus memilih pergi ke Tarsis karena ia lebih suka Niniwe dihukum. Konsep dunia pada saat itu adalah bumi berbentuk piring terapung di atas samudra raya. Tarsis mewakili tempat ujung paling barat dunia saat itu yang arahnya berlawanan dengan Niniwe yang letaknya di Timur. Gambar peta menunjukkan pada kita letak Tarsis dan Niniwe:




Yunus menunjukkan ketololannya, mencoba lari dari hadapan Tuhan. Yunus mengira, perginya dia ke Yafo, naik kapal (Yun 1:3), lalu berada di ruang paling bawah kapal (Yun 1: 5) tidak diketahui oleh Allah. Malahan sekalian dia mau lari lagi dari hadapan Allah ke bawah dasar bumi, dalam laut (Yun. 1:12) supaya Tuhan tidak marah lagi. Kalau Niniwe saja kejahatannya diketahui oleh Allah, maka larinya Yunus ke Tarsis tidak mungkin tidak diketahui oleh Allah. Ia kemudian ditelan ikan besar (tak pernah disebutkan bahwa ikan Paus, tapi ikan besar). Tiga hari tiga malam di perut ikan. Di dalam perut ikan ia bertobat. Yunus akhirnya pergi juga ke Niniwe, bernubuat dan Niniwe bertobat.
Tapi Yunus lagi-lagi menunjukkan ketololannya. Ia kesal karena Niniwe bertobat. Ia ingin Niniwe dihukum.

Apa yang kita bisa pelajari dari Yunus?
Ironi. Menggelikan. Menelanjangi karakter suatu tokoh. Dalam hal ini menelanjangi siapa Yunus. Banyak Nabi Israel bernubuat bagi bangsa Israel sendiri. Tapi Yunus bernubuat bagi hukuman untuk bangsa lain dan bangsa itu bertobat. Kenapa Kitab ini ada dalam Alkitab?kenapa kitab ini ditulis dalam tradisi Israel?
Kuncinya ada pada pertanyaan retorika Allah kepada Yunus “layakkah engkau marah?” (Yunus 4:4 dan Yunus 4:9).
Pantaskah seorang utusan tidak memiliki karakter pengutusnya?Pantaskah seorang nabi tidak memiliki hati Allah yang berbelaskasihan?dalam hal ini Yunus tidak seperti nabi!
Yunus lupa bahwa Allah memilih bangsa Israel untuk menjadi berkat (Kej. 12:3) dan terang bagi bangsa-bangsa (Yes. 49:6). Betapa bodohnya umat yang berpikir bahwa Allah hanya untuk diri mereka. Allah adalah Allah untuk semua. Allah berhak menyatakan dan memperluas kasih-Nya kepada siapa saja.
Kitab ini berakhir secara terbuka. Pembacalah atau kita lah yang menutupnya dengan membayangkan kita menjadi Yunus. seperti apa kita : tetap mengambek atau bertobat? Klimaks kitab ini bukan pada pertobatan Niniwe sebab kisah masih terus berlanjut dengan dialog antara Yunus dengan Allah. Klimaks justru ada pada kita yang mau tetap ngambek atau bertobat ketika Allah juga memberi berkat bagi orang lain yang justru menurut kita tidak layak. (YRH)

Yunus 4: 10-11 Lalu Allah berfirman: "Engkau sayang kepada pohon jarak itu, yang untuknya sedikitpun engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang  kepada Niniwe,  kota yang besar itu  , yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"

Selasa, 12 Mei 2020

Kisah Para Rasul 17:22-34
  
- pengantar : Dionisius Prasetyo adalah seorang penyanyi yang legendaris. Lagu-lagunya mampu membuat orang tersentuh dan teringat akan perasaan patah hati ketika putus cinta. Ketika Dionisius Prasetyo meninggal, ia membuat semua orang berduka, karena kehilangan penyanyi legendaris yang mampu membuat semua orang ambyar. Siapa dia? Tak banyak yang tahu (atau belakangan setelah ia meninggal baru orang tahu) bahwa Dionisius Prasetyo lebih dikenal dengan nama Didi Kempot (Dionisius disingkat Didi, sementara Kempot singkatan dari Kelompok Penyanyi Trotoar). Nama Dionisius sendiri memiliki beberapa arti, diantaranya secara biblika adalah disentuh oleh Allah atau sentuhan ilahi. Lagu-lagu Didi Kempot bagaikan memiliki sentuhan ilahi sehingga mampu membuat pendengarnya tersentuh akan makna patah hati. Kehidupan Didi kempot sendiri nyatanya banyak menyentuh banyak orang, sebagai contoh tidak lama sebelum ia meninggal, ia mengadakan konser amal yang mampu membuat banyak orang tersentuh hatinya hingga terkumpul sumbangan 3,6M bagi mereka yang terdampak Corona. Dalam bacaaan kita ada pula Dionisius dalam Kisah Para Rasul, yang adalah seorang anggota Majelis Areopagus (pejabat) yang tersentuh hatinya oleh Khotbah Paulus mengenai “Allah Yang Tidak Dikenal” (ayat 23) dan menjadi percaya (ayat 34).

- penjelasan ayat 22 - 25 : Paulus, dalam memberitakan tentang Yesus Kristus, memakai kebiasaan orang Yunani (Atena) yang memiliki banyak Dewa-Dewi untuk disembah. Diantaranya adalah mereka menyembah kepada “Allah Yang Tidak Dikenal”. Kepada orang Atena Paulus mengatakan bahwa Allah inilah yang menciptakan langit dan bumi, sang pemilik kehidupan, dan tidak terkungkung dalam kuil-kuil buatan manusia. Kepada Allah inilah, yang selama ini mereka sembah, tapi tidak mereka kenal, Paulus memperkenalkan kepada penduduk Atena, ialah Allah Bapa di dalam Yesus Kristus.

- Penjelasan ayat 26 - 29 : “Allah Yang Tidak Dikenal” itu sebenarnya ingin mereka (penduduk Atena) mencari dan mengenal Dia, karena segala sesuatu berasal dari Dia, termasuk penduduk Atena juga berasal dari Dia. Karena itu, Dewa-Dewa itu hanya buatan tangan manusia dan tidak pantas disembah.

- Penjelasan ayat 30- 31 : Karena itu Tuhan menuntut pertobatan dari manusia. Berbalik. Menyembah Nya lagi. Karena keadilanNya, Tuhan akan menghakimi pada waktuNya nanti. Dan Kristuslah, yang telah dibangkitkan dari antara orang mati itu, yang akan menghakimi nanti.

- penjelasan ayat 32 - 33 : Orang Atena menolak Paulus, karena tidak percaya akan kebangkitan orang mati. Bagi mereka konsep ini bertentangan dengan keyakinan mereka selama ini, rasio mereka selama ini. Hanya Dionisius, anggota Majelis Areopagus dan Damaris seorang perempuan, yang bersedia mendengar, membuka pikiran dan tersentuh hatinya kemudian percaya kepada Yesus melalui khotbah Paulus.

- relevansi : ketika Didi Kempot meninggal, banyak orang kaget bahwa nama aslinya Dionisius. Sehingga orang mulai bertanya-tanya agamanya apa, apa betul namanya Dionisius, kok bisa, apakah dia pindah agama dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang sebetulnya menandakan bahwa kita sulit menerima realita ketika diperhadapkan pada konsep atau pengetahuan lama yang kita miliki. Orang mengenal Didi Kempot ya sebagai Didi Kempot, enggan menerima bahwa ia Dionisius. Atau enggan menerima bahwa dia pindah agama. Saya tidak ingin mengajak kita terlalu larut dalam perdebatan soal Didi Kempot. Kita menghargai karyanya dan berduka dengan kematiannya, bagi saya itu saja cukup.

- atau dalam konteks kita sekarang, ketika semua hal harus dikerjakan di rumah (kerja, sekolah, bergereja) bisa saja kita tanpa kita sadari melawan realitas ini. Kita bosan. Kita marah. Kita geram. Kita sedih. Kita kecewa dan hal-hal lainnya. Situasi tidak menyenangkan kita alami. Jauh dari konsep kehidupan ideal yang menurut kita seharusnya kita bisa bekerja di luar, bisa bersekolah di luar, bisa bergereja di gedung gereja. Bisa nongkrong dengan kawan-kawan. Dan lainnya. Realita berlawanan dengan konsep kita tentang kehidupan yang ideal.

- gambaran diatas menunjukkan tidak mudah mengubah pemikiran kita akan suatu hal yang sudah kita pegang sejak lama. Ketika diperhadapkan pada realita yang baru respons kita bisa jadi menolak realita tersebut karena tidak sesuai atau kontras dengan konsep yang kita pegang sejak lama. Misalnya dalam kisah ini orang-orang Atena juga tidak mudah menerima realita kebangkitan Kristus karena bertentangan dengan pemikiran mereka tentang kematian dan kebangkitan manusia. Orang Atena jelas menolak konsep kebangkitan, sebab mati ya mati. Mati berarti selesai. Bagi orang Atena tak perlu membahas kebangkitan yang adalah spekulasi. Orang Yunani menganggap tubuh sebagai hambatan ke kehidupan sejati, dan mereka mengharapkan saatnya jiwa akan bebas dari kungkungannya. Mereka memahami hidup setelah mati sebagai keabadian jiwa, tapi mereka dengan kuat menolak segala gagasan tentang kebangkitan daging. Hanya orang yang menyimak dan mendengar dengan hati seperti Dionisius dan Damaris yang kemudian bersedia percaya pada khotbah Paulus dan menerima bahwa Yesus Kristus bangkit.

- mendengar dengan hati berarti kesediaan untuk terus membuka diri terhadap realita. Walau kadang realita memang menyakitkan, dan bertentangan dengan konsep kita tentang suatu yang ideal, tapi tetap realita perlu kita rengkuh dan perlahan-lahan kita terima. Dengan menerima realita kita bisa terus menjalani hidup walau berada di tengah penderitaan. Ini tentu sebuah proses berkesinambungan. Sama seperti Dionisius yang menerima Kristus, Damaris yang menerima Kristus, penderitaan mereka tidak berkurang, malah mungkin bertambah karena pengikut Kristus juga mengalami ketidakadilan dan dikejar-kejar setelahnya. Tapi mereka berproses dengan tetap berpegang pada Kristus dan menjalani realita hidup. Sama dengan kita yang saya yakin pasti juga terus berproses dan tetap menjalani realita hidup kita walau tak seindah konsep ideal kita tentang hidup.

Refleksi bersama:
- pelajaran/nasehat/larangan/janji/teladan apa yang kita pelajari dari perikop ini?
- apa respons saya (bisa berupa sharing/ucapan syukur/doa/pengakuan dosa/tekad)?

Jumat, 08 Mei 2020

Pemahaman Alkitab 1 Petrus 2:1-10

Jumat 8 Mei 2020
1 Petrus 2:1-10

- selamat malam bapak ibu, hari ini kita akan merenungkan bagian firman dari Leksionari hari minggu nanti, tanggal 10 Mei 2020 yaitu dari bacaan kedua nya, dari 1 Petrus 2:1-10 . kalau tekanan hari minggu nanti adalah soal Keberanian Menjalani Hidup maka belajar alkitab bersama kita hari ini soal Yesus Kristus Sang Batu Penjuru.

- sebelum kita mulai mari kita berdoa secara pribadi, masing-masing memohon penyertaan Allah untuk membaca, merenungkan dan melakukan Firman

- sila bapak ibu membaca terlebih dahulu 1 Petrus 2:1-10

- pengantar : Drona atau durna dalam Mahabarata maupun pewayangan Jawa adalah tokoh yang memiliki sifat tinggi hati, licik, banyak bicara, penuh prasangka buruk, dan bermuka dua. Jangan salah, dia tidak bodoh tapi justru tokoh yang memiliki kemampuan strategi perang dan sangat bijak. Karena itu dengan keahliannya ini dia bisa menjadi guru perang bagi pemuda-pemuda Kurawa maupun Pandawa. Karakter yang menonjol darinya adalah bermuka dua, menginginkan posisi yang enak dan menguntungkan bagi dirinya sendiri. Dia mengambil keuntungan dari perang antara Pandawa dan Kurawa. Bermuka dua. Berpijak pada dua pihak yang berbeda. Tidak berada di pihak Kurawa maupun Pandawa, tidak memihak yang baik maupun yang jahat tapi yang dipikirkan hanya kepentingannya sendiri. Walaupun pada akhirnya ia berperang di sisi Kurawa tapi itu karena ia memilih yang menguntungkan dirinya. Pada akhirnya ia mati oleh Dresdayana karena ditipu dengan kabar bohong bahwa anaknya yang sangat dicintainya yaitu Aswatama mati. Kelicikan dibalas kelicikan. Bermuka dua dibalas dengan siasat licik. Bermuka dua berujung maut.

- Penjelasan Surat 1 Petrus: dalam surat ini Petrus berbicara banyak tentang penderitaan. Surat ini ditujukan kepada jemaat Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Mereka menderita ketidakadilan di bawah kekaisaran Romawi.
Petrus memberikan dorongan dan semangat. Penderitaan adalah sebuah cara untuk melayani Tuhan dan sarana ujian iman, membuktikan kemurnian iman. Petrus mengingatkan bahwa Kristus juga menderita di dunia ini. Tapi Allah membangkitkan Yesus sehingga pengharapan akan masa depan ada di dalam Kristus. Pilihan ada pada kita, apakah tetap berpijak pada Kristus atau menganggap Kristus adalah batu sandungan.

- penjelasan ayat 1-3: Petrus mengingatkan dan mengecam pembaca surat 1 Petrus untuk membuang segala kejahatan, tipu muslihat dan segala macam kemunafikan (dalam KBBI kemunafikan padan kata dengan bermuka dua). pendeknya kita juga diajak untuk tidak bermuka dua dan membuang segala yang jahat. Sebab kita sudah lahir baru, seperti bayi yang baru lahir, yang secara natural alamiah menginginkan susu maka kita secara naluri alamiah harusnya menginginkan kemurnian, kebaikan, menginginkan Allah sendiri Sang Maha Baik, karena kita telah mengecap kebaikan Tuhan yaitu keselamatan dalam Kristus.

- Penjelasan ayat 4-5 : Petrus mengingatkan agar kita senantiasa datang/mendekat pada Kristus sang batu yang hidup. Dan agar kita juga dipergunakan sebagai batu hidup. Untuk pembangunan suatu rumah rohani. Tentu rumah rohani disini yang dimaksud adalah kita sendiri sebagai bait Allah (bukan semata hanya fisik gedung tapi individu2 yang ada). artinya karena Kristus adalah batu hidup maka kehidupan kita juga harus seperti Kristus mencerminkan batu hidup itu sendiri. Hidup kita meneladani hidup Kristus. Persembahan sejati adalah hidup kita yang meneladani hidup Kristus. Itulah persembahan yang berkenan kepada Allah.

- Penjelasan ayat 6-8: kita diperhadapkan pada pilihan. Karena Kristus adalah batu penjuru maka siapakah Kristus bagi kita? Apakah ia adalah batu penjuru yang mahal (ayat 6) atau batu penjuru yang menjadi batu sandungan (ayat 7)?
kalau kita menganggap bahwa Kristus adalah batu penjuru yang mahal maka taatlah kepada Firman Allah. Kalau kita menganggap bahwa Kristus adalah batu sandungan (batu sandungan menurut KBBI: sesuatu yang merintangi,menghalangi) maka kita tidak akan mentaati Firman Allah. Sebuah logika sederhana dari Petrus. Kalau Kristus sangat berharga bagi kita maka taatilah Firmannya kalau Kristus adalah batu sandungan maka kita tidak mentaati Firmannya. Jangan kita bermuka dua. Mengaku percaya dan berkata lewat mulut bahwa kita mengganggap Kristus berharga (mahal) tapi tidak mau mentaati Firman Allah. Itu bermuka dua menurut Petrus. Jangan kita seperti Drona, yang hanya mau mengambil keuntungan bagi diri sendiri dan bermuka dua. Jangan kita nampak rohani di komunitas kristen tapi sebetulnya di keseharian sangat duniawi.

- Penjelasan ayat 9-10:
Petrus menegaskan kitalah umat kepunyaan Allah, supaya kita memberitakan perbuatan besar dari Allah, karena Allah lah yang memanggil kita keluar dari gelap kepada terang (perhatikan bahwa inisiatif keselamatan dari Allah). Kitalah gereja (kata gereja dari bahasa portugis igreja yang berasal dari bahasa yunani ekklesia--> Ex (keluar) Kaleo (dipanggil) --> dipanggil keluar…dari mana? Dari gelap menuju terang). jadi gereja adalah kita yang dipanggil keluar dari gelap menuju terang. Kita yang dulu bukan umat Allah tapi sekarang menjadi umat Allah karena belas kasihan dari Allah. Respons kita yang mengaku percaya adalah mentaati Firman, meneladan hidup Kristus. jangan seperti Drona, bermuka dua. Jangan kita mengaku percaya tapi hidup seperti orang tidak percaya.

Refleksi bersama:
- pelajaran/nasehat/larangan/janji/teladan apa yang kita pelajari dari perikop ini?
- apa respons saya (bisa berupa sharing/ucapan syukur/doa/pengakuan dosa/tekad)?

Silakan bapak ibu kalau ada yang ingin ditanyakan?

Sabtu, 02 Mei 2020

Pemahaman Alkiab Kisah Para Rasul 2 : 41 - 47



Jumat 1 Mei 2020


- selamat malam bapak ibu, hari ini kita akan merenungkan bagian firman dari Leksionari hari minggu nanti, tanggal 3 Mei 2020 yaitu dari bacaan pertamanya Kisah Para Rasul 2:41-47. kalau tekanan hari minggu nanti adalah soal Gembala yang Baik maka belajar alkitab bersama kita hari ini adalah soal mendalami apa itu persekutuan/koinonia sebagai panggilan gereja.

- sebelum kita mulai mari kita berdoa secara pribadi, masing-masing memohon penyertaan Allah untuk membaca, merenungkan dan melakukan Firman

- sila bapak ibu membaca terlebih dahulu Kisah Para Rasul 2 : 41-47

- penjelasan ayat 41 : orang-orang yang menerima perkataannya (perkataan petrus, khotbah petrus ketika Pentakosta), memberi diri dibaptis pada hari itu dan jumlah mereka kira-kira tiga ribu jiwa. Perhatikanlah bahwa ada gerak turun Allah menyapa umat dalam peristiwa sebelum ini (turunnya Roh Kudus) dan itu direspons/disambut oleh Para Rasul, dan Petrus berkhotbah soal Yesus Kristus sang Mesias (sebagai sebuah respons/gerak naik umat merespons Allah), dan khotbah Petrus (khotbah adalah sabda Allah yang menyapa umat) juga direspons orang-orang yang menerima perkataan Petrus dengan bersedia dibaptis perhatikan ada gerak turun Allah menyapa umat, dan ada gerak naik umat merespons Allah juga. 

- penjelasan ayat 42 mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul tapi tidak hanya itu, tidak hanya satu arah, tidak hanya mendengar pengajaran tetapi juga meresponsnya dengan bersekutu bersama, berkumpul dan memecahkan roti, dan berdoa.

- penjelasan ayat 43 takut disini lebih kepada takjub, kagum, respek, sebagai sebuah respon akan mukjizat dan tanda yang dilakukan para rasul. Perhatikan setelah mereka merespon karya roh kudus dan menyediakan diri untuk dibaptis, mereka memandang mukjizat dan tanda dari para rasul secara positif. Berbeda dengan orang Yahudi lainnya yang melihat tapi tidak sungguh-sungguh melihat. Sama ketika mukjizat Yesus juga direspons ahli Taurat dengan negatif (Yesus melakukan kuasa setan, Yesus menghujat Allah, dsb). maka utamanya Roh Kudus itu mengubah hati kita, melihat peristiwa dengan kacamata yang berbeda. Jemaat mula-mula karena telah menyediakan diri dibaptis melihat mukjizat dan tanda dari para rasul dengan kacamata positif, sebagai bentuk kuasa Allah. Lagi-lagi ada karya Allah (mukjizat dan tanda) lalu ada respons (ketakjuban jemaat mula-mula).

- penjelasan ayat 44 - 45: semua orang yang percaya (pada Yesus) tetap bersatu dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Respons jemaat mula-mula, menyatakan kesatuan sebagai Tubuh Kristus dan kepunyaan pribadi menjadi milik bersama. Inilah kesediaan berbagi, yang dilanjutkan di ayat 45 ketika umat yang memiliki harta berbagi kepada yang umat lainnya sesuai keperluan.

- penjelasan ayat 46 - 47 : mereka berkumpul tiap-tiap hari di Bait Allah. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di rumah masing-masing secara bergilir. Memecah roti, makan bersama dan memuji Allah. respons umat atas karya keselamatan Allah adalah mencakup aspek rohani (ibadah di bait Allah) dan juga aspek jasmani (makan bersama).

- inilah persekutuan jemaat mula-mula. Sebuah persekutuan yang ideal. Ketika mereka tidak hanya berkumpul mendengar firman sebagai sapaan Allah kepada umat. Tapi juga merespons sapaan Allah dengan semangat yang luar biasa untuk bersekutu dan saling menguatkan satu dengan yang lain, berbagi satu dengan yang lain. Saling melayani dan dilayani. Menerima dan memberi. Aspek rohani dan jasmani diperhatikan. Tidak ada yang diabaikan. Ada gerak turun (yaitu sapaan Allah kepada umat) tapi juga gerak naik (respons umat kepada Allah) dengan mempraktikkan kasih persekutuan bersama.

- perhatikan bapak ibu bahwa mereka tidak hanya ibadah di Bait Allah. Karena setelah itu Bait Allah pun runtuh dihancurkan Kaisar Romawi Titus sekitar tahun 70 M. mereka juga beribadah dan bersekutu di rumah masing-masing secara bergantian. Dan ibadah rumahan ini terus dilanjutkan oleh mereka setelah bait Allah dihancurkan Romawi.

- dan menurut saya ini menjadi relevan dalam situasi kita sekarang ini yang hanya bisa melakukan aktivitas semua dari rumah, termasuk beribadah dan bersekutu di rumah. Saya yakin kita semua menjadi rindu untuk beribadah di gereja lagi, apalagi yang menganggap bahwa gereja adalah rumah kedua. Tapi jangan sampai keterbatasan kita yang hanya bisa beribadah di rumah ini menjadi alasan kasih persekutuan kita menjadi hilang.

- Persekutuan kita ada dalam bentuk ragawi dan spiritual. Raga kita mungkin tidak saling bertemu tapi secara spiritual kita tetap satu di dalam Kristus kendati kita di rumah kita masing-masing. kita tetap bisa saling berbagi (apalagi di masa sekarang ini ketika banyak PHK dan penghasilan pada banyak segi menjadi berkurang). tetap bisa saling menguatkan. Tetap bisa saling mengasihi, walau di rumah saja. Allah tetap menyapa kita (gerak turun Allah menyapa umat) melalui firman yang kita dengar secara online tapi kita pun juga tetap harus merespons firman dengan menyatakan kasih persekutuan kita kepada yang lain (gerak naik kita merespons Allah)

 Refleksi bersama:
- apa yang paling kita rindukan dari persekutuan kita di gereja?
- apa yang bisa kita buat, sebagai bentuk kasih persekutuan kita kepada jemaat lain yang terdampak Work From Home, pandemi Corona ini?

Silakan bapak ibu kalau ada yang ingin ditanyakan?