Senin, 18 Juli 2016

Memilih bagian yang terbaik

HKBP Kayu Tinggi Ibadah umum pagi
Minggu, 17 Juli 2016
Tema : Memilih bagian yang terbaik
Ayat : Lukas 10: 38-42 ; Kejadian 18: 1-10a

Horas. Amang inang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, saya ingin bertanya, bagaimana respon kita ketika mengetahui bahwa Presiden akan menumpang di rumah kita? Tentu kita akan berbenah, beres-beres rumah. Bisa dipastikan bahwa sejak pagi hari kita bersiap untuk menyambut tamu. Pekarangan dibersihkan, disapu. Makanan dan minuman yang terbaik dibuat, disiapkan dan dihidangkan, kalau Presiden ternyata membutuhkan penginapan dan berencana menginap di rumah kita maka kamar kita yang terbaik dibersihkan dan dirapikan. Intinya kita sibuk mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi tamu kehormatan kita.
Ini yang juga dilakukan oleh Abraham dalam pembacaan Epistel kita dari Kejadian 18:1-10. Abraham menjamu tiga orang tamunya yang adalah Allah dan dua malaikatnya, ia mempersiapkan dirinya, rumahnya untuk menjamu tamu mereka, musafir yang sedang dalam perjalanan. Ini adat istiadat Timur Tengah yang mengharuskan seseorang untuk menunjukkan keramahan terhadap musafir. Musafir atau pengembara yang menempuh perjalanan jauh, harus diperlakukan baik, dan tidak dipersoalkan apakah ia seorang yang tidak dikenal, sahabat, kerabat atau tamu tak diundang, ia harus dijamu sebaik mungkin. Bukankah budaya beberapa suku di Indonesia, termasuk budaya Batak, mengharuskan kita agar menerima tamu dan menjamunya makan dengan baik?
Tradisi keramahtamahan kepada Musafir juga diteruskan oleh Marta kala menjamu Yesus di rumahnya. Yesus dan para muridNya dikatakan sedang dalam perjalanan, dan tiba di sebuah kampung, dan Marta menerima Yesus di rumahnya. Marta sibuk melayani kebutuhan Yesus dan para muridnya. Sementara itu saudaranya Maria, juga berada di situ, tetapi memilih duduk diam dan mendengar perkataan Yesus.
Sampai di sini, belum timbul persoalan. Kedatangan Yesus di rumah Marta, direspon secara berbeda oleh Marta maupun Maria. Yang satu melayani tamu dengan ramah sebagaimana kebiasaan Timur Tengah terhadap Musafir. Sampai pada titik ini juga, Yesus belum berkata apa-apa. Ia tidak mengatakan bahwa Marta hentikan kesibukanmu dan duduk disini, dengarkan aku. Yesus tidak mengatakan agar Marta jangan repot-repot (sebagaimana basa-basi seorang tamu kepada tuan rumah, kan basa-basinya seperti itu, jangan repot-repot, tapi makanan minumannya habis juga) menjamunya. Yesus menyadari dengan jelas bahwa Marta berusaha menunjukkan kasihnya kepada tamu.
Yesus juga tidak mengusik Maria, dengan mengatakan Maria, kau jangan duduk saja, bantu itu saudaramu. Masakan kamu diam saja melihat saudaramu sibuk melayani kami. Yesus belum berkata apa-apa. Yesus membiarkan Marta merespon kehadirannya di rumahnya dan juga membiarkan respon Maria terhadap kehadirannya.
Jemaat terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, ketika kita menerima Yesus dalam kehidupan kita respon kita juga berbeda-beda terhadap kehadiran Yesus, sesuai dengan panggilan kita. Sama seperti ketika respon Marta dan Maria yang berbeda ketika menerima Yesus masuk ke rumahnya. Marta merasa terpanggil untuk melayani kebutuhan Yesus dan para murid, ia terpanggil sebagai tuan rumah yang baik.
Sementara itu Maria merasa terpanggil untuk mendengar Yesus berbicara, ia haus akan ajaran Yesus. Ia terpanggil dan merasa sayang kalau Yesus berbicara tapi tidak ada yang mendengarkan. Bayangkan saja kalau semua jemaat menjadi panitia, sibuk mengatur jalannya perayaan agar berjalan baik, tapi tidak ada yang menjadi jemaat, tidak ada yang duduk diam mendengar firman? atau bagaimana jadinya kalau tidak ada yang menjadi panitia, semua menjadi jemaat? Keduanya sama penting.
Sebenarnya persoalan dalam perikop ini timbul ketika Marta terusik melihat Maria diam saja dan tidak membantunya, Marta mulai mengeluarkan keluhan, sungut-sungut dan mengadu kepada Yesus. Yesus, lihat tuh Maria diam saja, suruh dia dong membantu aku begitu kira-kira katanya.
Ini susah lihat orang senang, senang lihat orang susah. Ada orang yang senang dia terganggu. Merasa bahwa orang itu harus ikut seperti dirinya. Seberapa sering kita demikian?terganggu ketika orang senang, dan senang ketika orang susah?
Yesus, mendengar keluhan Marta. Ia menjawab. Marta engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu yaitu panggilanmu menjamu tamu. Maria telah memilih bagiannya yaitu panggilannya untuk duduk diam yang tidak akan diambil dari padanya.
Marta engkau kuatir dan ragu dengan panggilanmu, padahal satu panggilanmu itu penting. Engkau terusik dengan Maria. Padahal Maria konsisten dan totalitas terhadap panggilannya, responnya terhadap kehadiran diri Yesus.
Jemaat, ada alasan mengapa perikop Maria dan Marta ini persis dituliskan setelah perikop orang Samaria yang murah hati. Penulis Lukas ingin kita membaca perikop Maria dan Marta dengan pemahaman yang sama ketika kita membaca perikop orang Samaria yang murah hati. Pada perikop orang Samaria yang murah hati, orang Samaria dipuji karena menolong orang yang dirampok tanpa sungut-sungut, tanpa mempersoalkan asal usul orang yang ditolongnya. Totalitasnya menolong terlihat karena ia membiayai perawatannya hingga sembuh ini respon yang diminta Yesus ketika seseorang sudah mengundang Yesus masuk ke kehidupannya. Inilah panggilan si Orang Samaria yang murah hati, yaitu terpanggil menolong orang yang dirampok.
Respon Marta yang menjamu Yesus, yang terpanggil menjadi tuan rumah yang baik, bukan masalah. Sejak awal Yesus tidak menegur dan mengatakan jangan repot-repot. Begitu pula respon Maria yang ingin dan terpanggil untuk duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan Yesus. PERSOALAN timbul ketika Marta mengusik respon Maria. Maka Yesus pun menegur. Marta kenapa kau repot. Maria memilih bagiannya, panggilannya, yang terbaik yang bisa dilakukannya, yaitu setia pada responnya terhadap kedatanganku dengan tidak menyuruhmu duduk di kakiku. Kenapa kau usik dia dengan mengatakan bantu kamu. Setialah pada panggilanmu. kerjakan bagianmu. kau sudah memilih yang terbaik. Maka hidupilah dan kerjakanlah. Totalitasmu diperlukan. Inilah bagian terbaik yang tidak akan diambil daripadamu.
Jemaat yang terkasih. Respon kita terhadap kehadiran Yesus dalam hidup kita harus kita tunjukkan dalam panggilan kita dalam hidup sehari-hari. Martin Luther mengatakan bahwa umat Kristen harus merespon kehadiran Yesus dalam hidupnya dengan cara melaksanakan panggilannya di dalam masyarakat sesuai panggilannya masing-masing, seorang demi seorang. Apa panggilan kita? Sebagai ayah?sebagai ibu? Sebagai anak? Sebagai pegawai pemerintah?pegawai swasta?pengusaha?
Terkadang dalam melaksanakan panggilan kita sehari-hari kita sering terusik oleh hal lain di luar panggilan tersebut. Itulah yang Yesus maksud sebagai menyusahkan diri dengan banyak perkara. Misalnya sebagai pekerja kantoran, kita terusik dan iri melihat rekan lain, mungkin, yang naik jabatan lebih cepat dari kita padahal menurut kita dia tidak lebih baik dari kita. Atau sebagai mahasiswa kita terusik dan iri dengan mahasiswa yang lain yang mendapat nilai bagus karena menyontek. Ini membuat kita menjadi bersungut-sungut layaknya Marta. Kita susah lihat orang senang dan senang lihat orang susah. Kita menjadi teralihkan dari panggilan kita yang sesungguhnya yaitu mengerjakan yang terbaik pada pekerjaan kita, pada pendidikan kita, pada peranan kita di dalam keluarga. Kita teralihkan dan terusik oleh hal-hal lain yang membuat kita bersungut-sungut dan lupa memandang Yesus.
Tahun 2016 ini bagi HKBP adalah tahun keluarga. Maka panggilan mendesak bagi kita yang harus dikerjakan tanpa bersungut-sungut di dalam keluarga adalah sebagai ayah yaitu sebagai pemimpin, kepala keluarga, bertanggung jawab memandu arah masa depan keluarga, memberikan teladan kepada anak-anak, mendidik anak bersama dengan istri. Panggilan ini dijalankan dengan sebaik-baiknya tanpa mengeluh, tanpa terusik hal lain di sana-sini. Bulan Juli ini tema besar partangiangan Wijk adalah tentang karakter Kristen seorang Istri. Sebagai istri, bertugas mendampingi suami, membesarkan dan mendidik anak bersama dengan suami. Tugas mulia ini dijalankan tanpa terusik hal lain di sana-sini, tanpa mengeluh. Tanpa memandang rumput tetangga yang sepertinya lebih hijau dari rumput sendiri. Anak, menghormati orang tua, mematuhi nasehat dan teladan dari orang tua, belajar untuk mempersiapkan masa depannya yang kelak akan menjadi ayah atau ibu juga, tanpa mengeluh, tanpa sungut-sungut.
Yesus mengatakan bahwa, kalau kita telah memilih bagian yang terbaik, maka itu tidak akan diambil dari pada kita. Ini berarti sikap sukacita kita dalam merespon Yesus, melalui melaksanakan panggilan kita itulah yang tidak bisa diambil. Kalau kita merespon tanpa sukacita, justru yang terbaik itu sudah hilang seperti Marta yang kehilangan sukacita dalam melayani Tuhan karena bersungut-sungut.
Dengan melaksanakan panggilan kita masing-masing di dalam masyarakat, dengan sukacita kita membawa nilai Kristen, karakter Kristen kepada dunia. Pada saat itulah kita menghadirkan Yesus kembali sehingga Yesus tidak hanya dialami oleh kita tetapi juga oleh orang yang menyaksikan kita, mereka mengalami Kristus dalam diri kita.
Dalam panggilan kita, kita diminta untuk total dan tidak bersungut-sungut. Dalam panggilan kita, kita harus menjadi damai sejahtera bukan malah mendatangkan bencana. Orang Kristen adalah orang yang menjadi solusi, bukan menjadi masalah. Sama seperti Yesus yang datang ke dunia membawa keselamatan, damai sejahtera, bukan membawa malapetaka.

Kiranya melalui Firman hari ini, kita dikuatkan dalam menjalani panggilan hidup kita masing-masing. Tidak lagi terusik dan bersungut-sungut menghadapi hal-hal yang menyusahkan dan menguatirkan kita dalam menjalankan panggilan hidup kita. Ingatlah bahwa kita telah memilih bagian yang terbaik yaitu merespon kehadiran Yesus dalam hidup kita melalui panggilan kita dan hal itu tidak akan diambil dari pada kita. Selamat menjalani panggilan hidup kita masing-masing. Tuhan Yesus memberkati. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar