Selasa, 09 Juni 2020

Prodotai : suka mengkhianat

Suka Mengkhianat
2 Timotius 3 : 4 --> suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.

Προδόται (prodotai, Yunani) Traitors (Inggris)

Salah satu penanda keadaan manusia pada akhir zaman, menurut 2 Timotius 3:4 adalah manusia yang semakin suka berkhianat.

Karakter manusia yang sesungguhnya akan muncul saat situasi terdesak, penuh ancaman dan rasa takut. Di masa penuh kesusahan dan penderitaan karakter manusia yang suka berkhianat akan semakin sering dijumpai.

Misalnya ketika situasi mencekam yang dialami Yesus dan para murid ketika detik-detik penangkapan dan penyaliban Yesus.
Peristiwa Salib adalah peristiwa pengkhianatan.

Murid-murid mengkhianati Yesus.
Yudas menjual Yesus.
Petrus menyangkali Yesus.
Murid-murid kabur ketika Yesus ditangkap, didakwa di hadapan Pilatus dan Herodes, kemudian dihukum salib.

Pengkhianatan iman adalah bentuk penyangkalan akan apa yang benar dan baik, yang seharusnya kita lakukan.
Pengkhianatan iman adalah penyangkalan akan kesetiaan yang seharusnya kita tunjukkan kepada Allah Trinitas.

Tapi tunggu dulu.
Jangan kita menghakimi para murid.

Mari melihat ke dalam diri.
Jangan-jangan kita pun sedemikian rupa seperti mereka.
Mengkhianati Yesus tanpa sadar.
Menyalibkan Yesus berkali-kali.

Dalam keseharian kita,

ketika kita menolak menolong “Wajah Yesus” yang kita jumpai dalam diri orang lain.
Itulah pengkhianatan.

Ketika gagal memperlakukan orang lain dengan penuh kasih seperti kita seharusnya memperlakukan diri kita sendiri.
Itulah pengkhianatan.

Ketika kita alih-alih bersikap adil malah menindas mereka yang secara struktur berada di bawah tanggungjawab kita,
Itulah pengkhianatan.
Saat kita menolak menyuarakan kebenaran bagi mereka yang lemah dan tertindas, dan memilih diam, bungkam, membisu menolak meneladani Yesus yang berpihak kepada mereka yang lemah dan tak berdaya.
Itulah pengkhianatan.

Anak-anak, istri, suami, yang seharusnya kita kasihi dan lindungi malah kita sakiti.
Itulah pengkhianatan.

Kerap kita gagal meneladani Yesus yang penuh kasih kepada semua, bahkan kepada musuhnya.
Itulah pengkhianatan.

Ketika itulah Yesus disalib kedua kali, ketiga kali, bahkan kesekian kali.

Tapi siapakah kita berhak menghakimi diri sendiri dan orang lain?
Allah adalah maha pengampun, bahkan Tuhan Yesus berkata “ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”

Maka Yesus, permohonan kami, ampunilah kami, karena kami kerap tidak tahu apa yang kami buat.

Syukur kepada Allah
Ia Maha Pengampun, dan Pengasih,

Petrus yang menyangkali Yesus tiga kali, Yesus ampuni.

Maka yakinlah kita, diri kita pun Yesus ampuni.
Maka pergilah kita dan jangan kita berbuat dosa lagi.

Mari jadi saksi Kristus, jangan khianati Dia lagi.
Terutama di tengah situasi krisis dan sulit ini, kami mohon tuntunlah kami ya Tuhan. Agar tetap setia pada Mu. Meneladan kasih Mu. Tidak mengkhianatiMu.
Amin. Tuhan Yesus memberkati kita.

Diabolos : suka menjelekkan orang

Suka Menjelekkan Orang

2 Timotius 3:3 --> tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,

Dalam 2 Timotius 3:3, salah satu tanda keadaan manusia pada akhir zaman adalah suka menjelekkan orang.
Sangat menarik untuk mencermati frase “suka menjelekkan orang” ini dalam bahasa Yunani yaitu Diaboloi yang adalah bentuk plural dari Diabolos. Diabolos dan Diaboloi sangat erat berkaitan maknanya. Diabolos arti literalnya adalah Devil atau Iblis. Diaboloi berarti mereka yang suka memfitnah, melontarkan tuduhan palsu dan oleh LAI diterjemahkan menjadi “suka menjelekkan orang”.

Diabolos berarti Iblis dan pekerjaan utama Iblis adalah memisahkan manusia dari relasi dengan Allah dan sesama. Rasanya tepat kalau dikatakan “suka menjelekkan orang” adalah pekerjaan Iblis. Mereka yang suka menjelekkan orang membiarkan Iblis memakai dirinya untuk memisahkan manusia dari Allah dan sesamanya. Sangat berlawanan dengan karya Allah yang menyatukan, menghimpun manusia agar berelasi erat dengan Allah dan sesama.

Suka menjelekkan orang keluar dari mulut manusia, bersumber dari pikiran yang tidak memikirkan apa yang dipikirkan Allah, tapi apa yang dipikirkan manusia. Pikiran yang iri hati, penuh kebencian, serta kurangnya kasih kepada sesama membuat mulut kita ringan untuk menjelekkan orang lain. Efeknya besar sekali. Menghancurkan karakter orang lain di mata sesama, menyebabkan pertengkaran dan juga menimbulkan perpecahan. Dan ini pekerjaan yang berasal dari Iblis karena memisahkan manusia dari Allah dan sesama.

Dalam hidup sekarang ini makin banyak orang yang suka menjelekkan orang lain. Penyebabnya banyak hal, bisa karena persaingan di pekerjaan, persaingan politik, bahkan hingga kebencian di dalam keluarga. Pada era pandemi ini, tetap saja ada orang yang suka menjelekkan orang lain. Bukannya menunjukkan solidaritas dan persatuan demi menghadapi bencana, malah mengutarakan hal yang mengarah pada perpecahan. Pada masa pandemi ini, sesuatu hal yang baik dan membangun adalah sebuah keharusan. Tidak lagi merusak, tidak lagi melontarkan hal yang menyebabkan kecurigaan dan tuduhan palsu. Mari bersinergi bersama menghadapi pandemi.

Bukan hanya lewat mulut, tapi juga lewat jari-jemari kita di media sosial. Jari jemari kita ketika mengetik kalimat di gawai kita akan memiliki pengaruh. Dari jari jemari kita bisa terjalin kalimat yang berisi hal-hal baik maupun juga hal-hal buruk di media sosial soal orang lain. Jari jemari bisa menjatuhkan bisa membangun.
Mari, jangan lagi kita membiarkan Iblis bekerja lewat mulut maupun lewat jari-jemari kita, tapi ikut bagian dalam Misi Allah membangun kehidupan lewat perkataan, dan jari-jemari kita ketika memutuskan untuk tidak menjelekkan orang lain. Tidak memfitnah dan tidak melontarkan tuduhan palsu. Selamat menjadi berkat. Tuhan Yesus memberkati. Amin. (YRH)