HKBP Kayu Tinggi Ibadah umum pagi
Minggu, 17 Juli 2016
Tema : Memilih bagian yang terbaik
Ayat : Lukas 10: 38-42 ; Kejadian 18: 1-10a
Horas. Amang inang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, saya
ingin bertanya, bagaimana respon kita ketika mengetahui bahwa Presiden akan
menumpang di rumah kita? Tentu kita akan berbenah, beres-beres rumah. Bisa
dipastikan bahwa sejak pagi hari kita bersiap untuk menyambut tamu. Pekarangan
dibersihkan, disapu. Makanan dan minuman yang terbaik dibuat, disiapkan dan
dihidangkan, kalau Presiden ternyata membutuhkan penginapan dan berencana
menginap di rumah kita maka kamar kita yang terbaik dibersihkan dan dirapikan.
Intinya kita sibuk mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi tamu
kehormatan kita.
Ini yang juga dilakukan oleh Abraham dalam pembacaan Epistel
kita dari Kejadian 18:1-10. Abraham menjamu tiga orang tamunya yang adalah
Allah dan dua malaikatnya, ia mempersiapkan dirinya, rumahnya untuk menjamu
tamu mereka, musafir yang sedang dalam perjalanan. Ini adat istiadat Timur
Tengah yang mengharuskan seseorang untuk menunjukkan keramahan terhadap
musafir. Musafir atau pengembara yang menempuh perjalanan jauh, harus
diperlakukan baik, dan tidak dipersoalkan apakah ia seorang yang tidak dikenal,
sahabat, kerabat atau tamu tak diundang, ia harus dijamu sebaik mungkin.
Bukankah budaya beberapa suku di Indonesia, termasuk budaya Batak, mengharuskan
kita agar menerima tamu dan menjamunya makan dengan baik?
Tradisi keramahtamahan kepada Musafir juga diteruskan oleh
Marta kala menjamu Yesus di rumahnya. Yesus dan para muridNya dikatakan sedang
dalam perjalanan, dan tiba di sebuah kampung, dan Marta menerima Yesus di
rumahnya. Marta sibuk melayani kebutuhan Yesus dan para muridnya. Sementara itu
saudaranya Maria, juga berada di situ, tetapi memilih duduk diam dan mendengar
perkataan Yesus.
Sampai di sini, belum timbul persoalan. Kedatangan Yesus di
rumah Marta, direspon secara berbeda oleh Marta maupun Maria. Yang satu
melayani tamu dengan ramah sebagaimana kebiasaan Timur Tengah terhadap Musafir.
Sampai pada titik ini juga, Yesus belum berkata apa-apa. Ia tidak mengatakan
bahwa Marta hentikan kesibukanmu dan duduk disini, dengarkan aku. Yesus tidak
mengatakan agar Marta jangan repot-repot (sebagaimana basa-basi seorang tamu
kepada tuan rumah, kan basa-basinya seperti itu, jangan repot-repot, tapi
makanan minumannya habis juga) menjamunya. Yesus menyadari dengan jelas bahwa
Marta berusaha menunjukkan kasihnya kepada tamu.
Yesus juga tidak mengusik Maria, dengan mengatakan Maria,
kau jangan duduk saja, bantu itu saudaramu. Masakan kamu diam saja melihat
saudaramu sibuk melayani kami. Yesus belum berkata apa-apa. Yesus membiarkan
Marta merespon kehadirannya di rumahnya dan juga membiarkan respon Maria
terhadap kehadirannya.
Jemaat terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, ketika kita
menerima Yesus dalam kehidupan kita respon kita juga berbeda-beda terhadap
kehadiran Yesus, sesuai dengan panggilan kita. Sama seperti ketika respon Marta
dan Maria yang berbeda ketika menerima Yesus masuk ke rumahnya. Marta merasa
terpanggil untuk melayani kebutuhan Yesus dan para murid, ia terpanggil sebagai
tuan rumah yang baik.
Sementara itu Maria merasa terpanggil untuk mendengar Yesus
berbicara, ia haus akan ajaran Yesus. Ia terpanggil dan merasa sayang kalau
Yesus berbicara tapi tidak ada yang mendengarkan. Bayangkan saja kalau semua
jemaat menjadi panitia, sibuk mengatur jalannya perayaan agar berjalan baik,
tapi tidak ada yang menjadi jemaat, tidak ada yang duduk diam mendengar firman?
atau bagaimana jadinya kalau tidak ada yang menjadi panitia, semua menjadi jemaat?
Keduanya sama penting.
Sebenarnya persoalan dalam perikop ini timbul ketika Marta
terusik melihat Maria diam saja dan tidak membantunya, Marta mulai mengeluarkan
keluhan, sungut-sungut dan mengadu kepada Yesus. Yesus, lihat tuh Maria diam
saja, suruh dia dong membantu aku begitu kira-kira katanya.
Ini susah lihat orang senang, senang lihat orang susah. Ada
orang yang senang dia terganggu. Merasa bahwa orang itu harus ikut seperti
dirinya. Seberapa sering kita demikian?terganggu ketika orang senang, dan
senang ketika orang susah?
Yesus, mendengar keluhan Marta. Ia menjawab. Marta engkau kuatir
dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, padahal hanya satu saja yang perlu
yaitu panggilanmu menjamu tamu. Maria telah memilih bagiannya yaitu
panggilannya untuk duduk diam yang tidak akan diambil dari padanya.
Marta engkau kuatir dan ragu dengan panggilanmu, padahal
satu panggilanmu itu penting. Engkau terusik dengan Maria. Padahal Maria
konsisten dan totalitas terhadap panggilannya, responnya terhadap kehadiran
diri Yesus.
Jemaat, ada alasan mengapa perikop Maria dan Marta ini
persis dituliskan setelah perikop orang Samaria yang murah hati. Penulis Lukas
ingin kita membaca perikop Maria dan Marta dengan pemahaman yang sama ketika
kita membaca perikop orang Samaria yang murah hati. Pada perikop orang Samaria
yang murah hati, orang Samaria dipuji karena
menolong orang yang dirampok tanpa sungut-sungut, tanpa mempersoalkan asal usul
orang yang ditolongnya. Totalitasnya menolong terlihat karena ia membiayai
perawatannya hingga sembuh ini respon yang diminta Yesus ketika seseorang sudah
mengundang Yesus masuk ke kehidupannya. Inilah panggilan si Orang Samaria yang
murah hati, yaitu terpanggil menolong orang yang dirampok.
Respon Marta yang menjamu Yesus, yang
terpanggil menjadi tuan rumah yang baik, bukan masalah. Sejak awal Yesus tidak
menegur dan mengatakan jangan repot-repot. Begitu pula respon Maria yang ingin
dan terpanggil untuk duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan Yesus. PERSOALAN
timbul ketika Marta mengusik respon Maria. Maka Yesus pun menegur. Marta kenapa
kau repot. Maria memilih bagiannya, panggilannya, yang terbaik yang bisa
dilakukannya, yaitu setia pada responnya terhadap kedatanganku dengan tidak
menyuruhmu duduk di kakiku. Kenapa kau usik dia dengan mengatakan bantu kamu.
Setialah pada panggilanmu. kerjakan bagianmu. kau sudah memilih yang terbaik. Maka
hidupilah dan kerjakanlah. Totalitasmu diperlukan. Inilah bagian terbaik yang
tidak akan diambil daripadamu.
Jemaat yang terkasih. Respon kita terhadap kehadiran Yesus
dalam hidup kita harus kita tunjukkan dalam panggilan kita dalam hidup
sehari-hari. Martin Luther mengatakan bahwa umat Kristen harus merespon
kehadiran Yesus dalam hidupnya dengan cara melaksanakan panggilannya di dalam
masyarakat sesuai panggilannya masing-masing, seorang demi seorang. Apa
panggilan kita? Sebagai ayah?sebagai ibu? Sebagai anak? Sebagai pegawai
pemerintah?pegawai swasta?pengusaha?
Terkadang dalam melaksanakan panggilan kita sehari-hari kita
sering terusik oleh hal lain di luar panggilan tersebut. Itulah yang Yesus
maksud sebagai menyusahkan diri dengan banyak perkara. Misalnya sebagai pekerja
kantoran, kita terusik dan iri melihat rekan lain, mungkin, yang naik jabatan
lebih cepat dari kita padahal menurut kita dia tidak lebih baik dari kita. Atau
sebagai mahasiswa kita terusik dan iri dengan mahasiswa yang lain yang mendapat
nilai bagus karena menyontek. Ini membuat kita menjadi bersungut-sungut
layaknya Marta. Kita susah lihat orang senang dan senang lihat orang susah.
Kita menjadi teralihkan dari panggilan kita yang sesungguhnya yaitu mengerjakan
yang terbaik pada pekerjaan kita, pada pendidikan kita, pada peranan kita di
dalam keluarga. Kita teralihkan dan terusik oleh hal-hal lain yang membuat kita
bersungut-sungut dan lupa memandang Yesus.
Tahun 2016 ini bagi HKBP adalah tahun keluarga. Maka
panggilan mendesak bagi kita yang harus dikerjakan tanpa bersungut-sungut di
dalam keluarga adalah sebagai ayah yaitu sebagai pemimpin, kepala keluarga, bertanggung
jawab memandu arah masa depan keluarga, memberikan teladan kepada anak-anak,
mendidik anak bersama dengan istri. Panggilan ini dijalankan dengan
sebaik-baiknya tanpa mengeluh, tanpa terusik hal lain di sana-sini. Bulan Juli
ini tema besar partangiangan Wijk adalah tentang karakter Kristen seorang
Istri. Sebagai istri, bertugas mendampingi suami, membesarkan dan mendidik anak
bersama dengan suami. Tugas mulia ini dijalankan tanpa terusik hal lain di
sana-sini, tanpa mengeluh. Tanpa memandang rumput tetangga yang sepertinya
lebih hijau dari rumput sendiri. Anak, menghormati orang tua, mematuhi nasehat
dan teladan dari orang tua, belajar untuk mempersiapkan masa depannya yang
kelak akan menjadi ayah atau ibu juga, tanpa mengeluh, tanpa sungut-sungut.
Yesus mengatakan bahwa, kalau kita telah memilih bagian yang
terbaik, maka itu tidak akan diambil dari pada kita. Ini berarti sikap sukacita
kita dalam merespon Yesus, melalui melaksanakan panggilan kita itulah yang
tidak bisa diambil. Kalau kita merespon tanpa sukacita, justru yang terbaik itu
sudah hilang seperti Marta yang kehilangan sukacita dalam melayani Tuhan karena
bersungut-sungut.
Dengan melaksanakan panggilan kita masing-masing di dalam
masyarakat, dengan sukacita kita membawa nilai Kristen, karakter Kristen kepada
dunia. Pada saat itulah kita menghadirkan Yesus kembali sehingga Yesus tidak
hanya dialami oleh kita tetapi juga oleh orang yang menyaksikan kita, mereka
mengalami Kristus dalam diri kita.
Dalam panggilan kita, kita diminta untuk total dan tidak
bersungut-sungut. Dalam panggilan kita, kita harus menjadi damai sejahtera bukan
malah mendatangkan bencana. Orang Kristen adalah orang yang menjadi solusi,
bukan menjadi masalah. Sama seperti Yesus yang datang ke dunia membawa
keselamatan, damai sejahtera, bukan membawa malapetaka.
Kiranya melalui Firman hari ini, kita dikuatkan dalam menjalani
panggilan hidup kita masing-masing. Tidak lagi terusik dan bersungut-sungut
menghadapi hal-hal yang menyusahkan dan menguatirkan kita dalam menjalankan
panggilan hidup kita. Ingatlah bahwa kita telah memilih bagian yang terbaik
yaitu merespon kehadiran Yesus dalam hidup kita melalui panggilan kita dan hal
itu tidak akan diambil dari pada kita. Selamat menjalani panggilan hidup kita
masing-masing. Tuhan Yesus memberkati. Amin.